D8

29 4 0
                                    

Ko nurun ya?
Vote nya setelah baca ya.
Dan, jangan lupa komentar

16 Agustus 2018 - 08.02

---

"Kau, tidak ingin makan?"

"Tidak!"

"Apa? Tidak, Tidak. Kau harus Makan. Akan kupesan dulu. Kau, tetap disini"

Satria pergi meninggalkan perempuan itu yang sibuk menggerutu tidak jelas. Pertemuan pertama yang tidak mengenakan saat direstoran beberapa waktu lalu kini harus kembali terulang.

"Ini, Makan!" Ucap satria sambil menyodorkan makanan yang telah dipesannya

Perempuan itu enggan mengambilnya sehingga satria geram dengan kelakuannya "Cepat, makan. Ini, anggap saja bentuk tanggung jawabmu itu."

Dengan sangat terpaksa, perempuan itu mengambilnya dan memakannya dengan pelan

"Tidak Adil." Ucap Satria tiba-tiba

Perempuan itu masih fokus dengan makanannya seolah ucapan satria hanya angin lalu

"Kau tau.." Satria menjeda ucapannya, ingin melihat reaksi yang diterima. Melihat lawan bicaranya terdiam, ia melanjutkan ucapannya "Kau sangat ta--"

"Kau ini! Mana aku tau kalau kau tidak memberitahu. Sepertinya memang kau benar-benar gila ya! Gak waras." Ujar perempuan itu kesal memotong ucapan Satria

Satria terkekeh, akhirnya usaha untuk melihat respon yanh didapatnya berhasil "Hm.. ya. Kau tau--"

"Sekali lagi kau bilang 'kau tau'. Aku akan pergi dari sini, persetan dengan tanggung jawab!"

Kali ini satria benar benar tertawa "Oke-oke"

Satria berdehem, sepertinya kali ini ada pembicaraan yang serius. Dia memajukan wajahnya membuat perempuan itu terkejut "Ini sangat tidak adil, bagiku"

Pak!

Sendok mendarat dikepala satria "Gausah maju-maju, bisa?"

"Ya allah, apa salahku. Dari tadi, perasaan gak mulai-mulai" ujarnya sambil mengelus kepalanya

"Huh. Siapa suruh maju-maju itu muka! Mau modus, ya!" Tuduh perempuan itu

"Eh enak aja! Kalaupun saya mau, udah dari tadi. Saya bawa kamu!"

"Udahlah, saya mau bicara tidak selesai-selesai"

"Jadi gini, saya butuh keadilan."

"Keadilan?"

Satria mengangguk membenarkan "Ya, tidak adil. Jika saya belum tahu namamu sedangkan kamu sudah tau nama saya."

Masya Allah!

×

"Gimana sat? Nge-date nya lancar?" Tanya Genta saat melihat satria kembali

Satria merebahkan tubuhnya disofa. Hari ini benar-benar melelahkan walaupun hanya itu kegiatannya. Apalagi pikirannya yang mengingat perlakuannya terhadap perempuan yang baru dikenalnya. Aneh.

"Siapa yang Nge-date."

"Lah pura-pura dia. Cantik tuh kenalan lo. Kenal dimana Sat"

"Gaktau"

"Elah iyadah. Btw, tar malam mau ikut ga?"

Satria membuka matanya "Ngapain?"

"Ada kayak acara api unggun gitu"

"Males ah"

"Serah deh. Sat, bikinin makan dong"

"Capek"

"Ya allah, nih anak kenapa sih?" Ucap Genta heran. Tidak biasanya satria berbicara irit seperti itu. Baru kali ini dia melihatnya begitu. Apa ini karna perempuan tadi.

Genta mengingat sesuatu yang harus diberitahukan kepada satria "Oh iya Sat. Hp lo bunyi terus dari tadi. Dari pada berisik yaudah gue angkat."

Satria segera mendudukan dirinya "Siapa?"

"Uhm, kalo gasalah tadi dia bilangnya Sepupu lo"

Satria langsung berdiri dari duduknya dan mencari ponselnya "DIMANA HPNYA?"

"KASUR"

Dia langsung menghampiri kasur. Kalau sepupunya yang menelpon pasti ada sesuatu hal yang penting mengenai semua yang disana.

Walaupun dia pergi meninggalkan itu semua tapi dia tetap memantau keadaan semuanya yang ada disana. Bagaimanapun juga dia peduli dengan apa yang terjadi selama ia pergi.

Tut.
Pada sambungan kelima, baru diangkat oleh sepupunya itu

"KEMANA AJA SIH! DITELPON GAK DIANGKAT!"

"Gak bawa hp tadi, ketinggalan. Serius, ini ada apa"

"..."

"JAWAB FIAN"

"Lo sabar. Xenia..."

"Xenia kenapa!"

"Dia ngurung diri."

"Kenapa bisa?"

Satria makin mempertajam pendengarannya, bersiap untuk mendengar kelanjutannya

"Xariz meninggal"

28/05/18

Satu Hati BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang