D3

58 8 0
                                    

Berapa lama, kalian nunggu Ar update cerita ini?

Hei, maaf karena gak nentu ditambah lagi gak mood banget buat publish.

13 Juli 2018 - 02.21

----

📍 Bali, Indonesia

Entah apa yang ia pikirkan sehingga memilih untuk memulai dinegara ini. Yang pasti, jauh dari mereka semuanya.

Satria sudah ada tempat untuk ia menetap disini. Sebuah apartemen salah satu milik perusahaan yang kebetulan ada cabang diindonesia. Biarlah cabang yang ditempat sebelumnya sudah ia serahkan kepada sepupunya untuk bertukar tempat.

Ia sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Sebuah roti bakar dengan isi utama keju. Ia sangat menyukai keju, apapun makanan yang ada kejunya pasti ia makan jika dia mau.

Sarapan sendiri dipagihari sambil menonton TV.

"Ugh.. Sepi, biasanya ada anak-anak yang selalu bikin rame sekarang malah sendiri."

"Aduhh Sat-Sat, gimana sih kan lo sendiri yang milih pergi. Cukup! Satria lo harus lupain semuanya. Satri pasti bisa!" Satria tersenyum menguatkan hatinya dan pikirannya yang sempat berdebat.

Setelah selesai sarapan, ia kembali lagi ketempat tadi, mengganti Chanel tv. Siaran berita kebanyakan dipagi hari.

"Masih jam setengah tujuh, ada waktu buat olahraga pagi"

Xenia berlari memasuki ruangannya dan segera memakai jas putih kebanggaannya.

Ia telat, hari ini ada jadwal operasi pagi. Dia cepat-cepat memasuki ruang operasi. Sesampainya disana, ia terpaku melihat orang yang harus dioperasi.

"Xariz.. "

Ia cepat-cepat melakukan operasinya sebelum terlambat. Selama operasi, dirinya masih sibuk dengan banyak pertanyaan yang bersarang dikepalanya tetapi sekarang yang terpenting ia harus menyelamatkannya.

Setelah tiga jam berada diruangan itu akhirnya Xenia berhasil melakukan operasi itu.

"Ada apa denganmu, Xariz. Bagaimana bisa kau seperti ini" Xenia terduduk lemah diruangannya.

Ia tidak habis fikir, kenapa bisa Xariz bisa menutupi semua ini darinya. Kalau ia tahu, ia pasti akan mendukungnya. Kenapa juga Xariz tidak membantah semuanya. Apa jangan- jangan dia melakukan itu karena ini akan terjadi. Jika benar--

"Ya tuhan.. " Xenia menutup mulutnya, tidak menyangka Xariz nekat berbuat seperti ini. Jika sudah seperti ini, Xenia harus apa.

"Kenapa kau tega Xariz denganku. Kau jahat, menutupi semuanya dariku. Kau anggap aku apa"

Handphone tersebut berbunyi meminta untuk mengangkatnya. Muncul nomor tidak dikenal yang ada dilayarnya.

Kiran mengangkat itu dengan sebelah tangannya karena tangan kanannya sedang merapihkan buku- bukunya.

"Halo. ini Kiran, Siapa ya?"

Tidak ada jawaban dari seberang sana. Kiran melirik handphonya, masih tersambung.

"Halo, siapa ya, kalau gak penting. Kiran matiin ya"

"Kiran.. "

Tangan kiran mengantung diudara tatkala mendengar suara jawaban dari sana.

Ia mengenali, bukan, sangat mengenali suara ini. Dia tidak menyangka akan mendengar suara ini lagi.

"Kiran, apa kabar"

Tidak baik

"Kiran, aku tahu kamu masih disana"

Iya, merekam suaramu kedalam memoriku

"Kiran, aku minta maaf"

Tidak, kau tidak salah

"Baiklah, jika kau tidak ingin menjawab, aku matikan ya"

JANGAN! Aku masih ingin mendengar suaramu

"Selamat malam, Kiran aku masih mencintaimu"

Aku pun sama, Zafran

Kiran terduduk lemas dilantai dengan handphone yang masih berada digenggamannya.

Ia kembali mengingat masa-masa itu.

Dulu. Kiran yang polos, kiran yang ceria. Kiran yang pernah jatuh cinta pada satu orang yang kini masih mencintai orang itu.

Dan,  sekarang. Setelah mengenalkan itu semua, keadaan berubah.

Kiran menangis hanya mendengar suaranya, dia merindukan pria itu. Sangat merindukannya.

Zafran. Satu nama yang masih melekat dihatinya. Satu nama yang ia cintai hingga sekarang. Satu nama yang mengenalkan apa itu jatuh cinta. Jatuh akan cinta.

Apa kabarmu, Zafran.


30/03/18

Satu Hati BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang