Janji kedua

83 6 10
                                    

Indonesia-italia

Aku bangun tepat pukul 07.00 pagi, aku segera menyiapkan  keperluan untuk bekal disana. Hari ini aku tidak akan masuk kuliah, begitu juga dengan para sahabatku. Hilmi hari ini ia ada acara lomba ceramah, namun aku tidak bisa hadir untuk menyaksikan penampilannya sedangkan ariz, hari ini dia ada pelatihan dasar kepemimpinan, sedangkan agis dan renaldi entah mereka ada acara apa.

Tepat pukul 07.15 aku bergegas menuju bandara. Perjalanan dari rumahku ke bandara hanya tiga jam, untung saja perjalananya tidak terlalu lama. karna pada pukul sebelas pesawat yang ku tumpangi akan berangkat.

Akhirnya aku sampai juga di bandara. Sambil menunggu keberangkatan, aku menghabiskan waktu untuk membaca beberapa buku bacaan.

"hey." Terdengar suara wanita. Aku terkejut melihat wanita itu.

"Lia, kamu ada disini, ngapain?."

"Loh harusnya aku yang tanya, kan kalau aku emang bakal pulang minggu ini."

"Kirain aku kamu udah balik ke perancis, kamu kok gak ngabarin aku."

"Aku tau kamu sibuk Ram, mangkanya aku bilang sama kamu cuman tiga hari. Aku gak mau ngegangu kuliah kamu. Kamu belum jawab pertanyaan aku, kamu mau kemana kok bawa tas segala." Ucap lia dengan penasara.

Diriku semakin panik karena pertanyaanya. Padahal tadinya aku inggin mencoba mengganti topik pembicaraan, namun Lia tak masuk dalam perangkapku.

"Ehhh, aku mau pergi ke luar negeri, buat ngerjain tugas."

"Kamu mau pergi kemana." Lagi lagi lia bertanya, sepertinya dia curiga kepadaku. Aku harus jawab apa untuk meyakinkan lia.

"Aku mau ke itali, eh maksudnya ke amerika." Dengan gugupnya aku menjawab.

"Oh amerika. Aku boleh ikut gak?." Dengan senyuman ia mengatkan hal ini.

Aku bingung dan merasa  panik, apa karna aku takut lia tau, tapi aku gak ada hubungan apa apa sama ira.

"Panggilan kepada penumpang pesawat ***** jurusan italia akan segera berangkat."

Aku semakin panik karna pesawat yang aku tumpangi akan segera berangkat.

"Rama kok diam aja?."

"ha, engga kok, mening kamu gak usah ikut, kamu kan udah dua minggu jalan jalan di indonesia, aku takut kamu kecapean."

"Ya udah deh, aku duluan ya pesawat aku udah mau berangkat."

alhamdulillah akhirnya lia pergi juga. aku segera berlari sekuat tenaga agar tidak ketinggalan pesawat.

Namun takdir berkata lain, ketika aku sampai disana, pesawat yang hendak ku tumpangi telah pergi satu detik yang lalu. Sungguh aku sangat menyesal, karena ini lah pesawat yang bisa menggantarkan tepat waktu, karna jika tidak sekarang pesawat jurusan indonesia-italia akan ada kembali pada pukul 22.00, sementara pestanya akan di mulai pada pukul 21.00.

Hatiku mulai resah dan pasrah akan semua ini, apahkah mungkin ini takdir agar aku bisa melupakan ira demi lia?.

"Rama?." Suara itu membuatku terkejut.

"ayah, ayah ngapain ke indonesia, bukanya ayah sedang ke inggris?." Ayahku adalah seorang pilot, sedangkan ibuku seorang wirausaha di perancis.

"Pesawat yang ayah Bawa mendadak Ada gangguan, Jadi mendarat darurat disini. Kamu mau kemana? Ke perancis."

"Mau ke Italia, yah."

"Nanti Ayah antar kamu kesana, tapi jam 12 soalnya pesawatnya sedang di periksa."

"Bukanya ayah mau ke inggris."

TWO TOWERS ( DUA MENARA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang