Pelajaran berharga

6 2 1
                                    

Jogjakarta

Waktu kuliah sudah selesai akhirnya aku memutuskan untuk bertemu para sahabatku di markas besar kami, untuk memastikan bahwa mereka baik baik saja.

Di markas sudah ramai teman teman berkumpul. Diriku masuk dan langsung duduk di pinggir azka.

"Apa kabs Ram?." Tanya agis.

"Gua baik, kalian marah sama gua?." Jawab diriku, untuk memastikan.

"Yang ada kita kali yang nanya sama elu, lu tadi pagi kemana, katanya lu sakit, tapi sekarang baik baik Aja?." Dengan sedikit nada marah aris menanyakan hal itu.

Sepertinya Renaldi berbohong pada mereka. Aku tak menjawab apa pun, aku hanya diam dan melamunkan masalah yang sedang aku alami. Hingga akhirnya suara hand phone membuat ku terkejut.

"Suara hand phone siapa sih? Kaget gua. Nada deringnya serem lagi, lagu Yang biasa ada di Film horror."

"Maaf." Jawab Azka. Kemudian ia maju beberapa langkah Untuk mengangkat telponya. Di sisi lain aku, hilmi, dan agis tertawa riang.

Keadaan hening ketika azka menjatuhkan ponsel miliknya. Azka menangis, terlihat dari wajahnya pun sepertinya Azka sedang mengalami kesedihan, tak biasanya azka menangis tersedu seperti ini.

"Ada apa Az." Hilmi maju beberapa langkah mencoba mendekati azka dan mencoba menenangkanya. Sedangkan azka tak berkata sedikit pun.

Tak lama datang Renaldi. Renaldi datang dan kaget ketika ia melihatku. Kemudian ia mencoba duduk di dekat ku.

"Sepi amat." Ia merangkul pundakku. Sepertinya Renaldi sudah memaafkan ku.

"Loh azka lu nangis kenapa." Renaldi baru sadar bahwa Azka sedang menangis di dekat pojokan kiri, kebetulan disana terdapat lemari dan kursi yang   menghalangi keberadaan azka.

Kemudian hilmi seperti memberikan kode pada Renaldi untuk diam.

"Nyokap gua...." Dengan napas agak sesak ia mengatakan itu ditambah tanggis yang tersedu sedu.

"Nyokap lu kenapa?." Tanya agis.

"Nyokap gua kecelakaan, sekarang ia di Bawa ke Rsud." Suasana hati Azka terlihat masih terpuruk. Kita semua mencoba menenangkan azka.

"Ya udah sekarang kita ke sana." Ajak agis yang bergegas menarik azka kesana.

Kami pun menyusul satu per satu menuju parkiran. Aku di tarik oleh seseorang di belakangku, ketika aku hendak pergi ke luar ruangan.

"Jangan sesekali lu bilang sama mereka tentang masalah kita, jadi gua harap lu bisa jaga rahasia. Dan inget satu lagi gua  baik sama lu bukan berarti gua maafin lu, gua cuman pura pura agar mereka gak curiga." Renaldi mengatakan hal itu dengan penuh amarah dan penuh penekatan para setiap kata katanya.

"Ren, gua tau gua salah tapi jangan lu bawa kesalahan gua ke persahabatan kita berdua. Gua minta maaf Ren." Aku memohon dengan wajah sedikit memelas agar Renaldi dapat memaafkan ku memaafkan ku. Namun apa daya Renaldi meningalkan ku.

Aku duduk terpurung di dekat pintu markas. Aku melamunkan masalah yang ku alami.

"Gua tau kenapa renaldi marah sama gua, karna dia gak rela adik dia jadi bahan perselingkuhan. Dan gua bodoh kenapa gua mau pacaran sama ira." Ucap diriku pada hatiku.

Aku segera bergegas menyusul Azka ke Rsud. Di sana telah ramai orang termasuk bokapnya azka.

"Gimana Az, nyokap lu baik baik aja Kan?." Azka hanya diam, aku tau betul bagaimana rasanya di tinggalkan oleh orang yang kita sayang.

Keadaan makin lama makin menegangkan bokap Azka pun bulak balik ke sana ke mari tak karuan. Hingga akhirnya seorang dokter keluar dari Ruangan.

"Dok gimana keadaan istri saya." Tanya bokap azka dengan penuh kegelisahaan.

Dokter menghembuskan napas pelan pelan, sepertinya hendak mengatakan sesuatu.

"Maaf pak, istri bapa tidak bisa di selamatkan akibat perdarahan yang begitu besar."

"Jeb..." Ucapan dokter itu membuat hati kami tak karuan. Azka pun Sudah menangis kencang dari tadi, sementara aku, Hilmi dan Renaldi hanya diam.

Tiba tiba ada yang jatuh. Semua terpokus pada suara itu,  Itu adalah Azka, ia pingsan karena tak terima semua kenyataan ini. Untung saja agis segera memanggil dokter.

*****

Kejadian itu membuatku merasa kasihan pada azka. Azka harus ditinggalkan oleh orang yang paling disayang.

Aku bergegas ke rumah sakit setelah tadi pulang dari rumah azka untuk memgemas barang, aku akan mengindap menemani azka di rumah sakit bersama renaldi, agis dan hilmi pada malam ini.

Aku terbangun tepat di tengah malam, teman teman terlihat tertudur pulas karna mereka baru saja tidur tadi. Aku melihat ke arah tempat duduk yang berada di dekat pintu. Disana terlihat ayah azka yang sedang menangis. Diriku mendekat ke arah tempat ayah azka duduk.

"Om belum tidur?." Ayah azka menoleh ke arahku.

"Om gak bisa tidur, ram." Ucap ayah azka sambil mencoba menghapus air mata yang mengalir.

"Yang sabar om, tuhan pasti tahu mana yang terbaik buat om." Mencoba sedikit menghilangkan ketegangan antara aku dan om Purwa(papah Azka) dan mencoba menenangkan.

"Kamu harus jadi pria sejati Ram!. " perkataan om purwa membuatku terkejut sekalipun heran.

"Emang kenapa?."

"Om ini bukan laki laki sejati Ram, kamu tau om ini pernah bawa mantan pacar om ke rumah, padahal om sama mamahnya azfa sudah menikah. Tapi mamahnya azfa sabar, malah mamahnya azfa nyapa mantan pacar om itu." Aku menelan ludah dengan kesabaran mamahnya azfa, namun disisi lain aku pun merasa tersindir oleh kata kata yang keluar dari mulut om purwa.

"Pada saat ulang tahun mamahnya azka, mantan pacar om datang ke rumah om, pada waktu itu om ada disana. Mamahnya azka malam suruh masuk mantan pacar om dan ia jadi seperti pembantu, padahal dirumahnya sendiri. Ia menyiapkan segala kepentingan seperti orang yang berpacaran, Padahal om gak nyuruh. Dan  dia malah membiarkan om sama mantan pacar om romantis romantisan di ruangan tamu. Disitu pas mantan pacar om pulang ke rumahnya, om bertanya pada mamahnya azfa, kamu gak sakit atau cemburu liat aku sama dia(mantan pacara) tapi mamahnya azka bilang gini,  Buat apa aku cemburu mas,  kalau kamu bahagia aku ikut bahagia, lagi pula aku kan udah memiliki cinta mas walau gak seluruhnya, tapi aku senang mas udah bisa jadi isti kamu. Ketika lejadian iti om sadar akan kasih sayang dan kesabaran dari mamahnya azfa, disitu om mulai setia dan membangun keluarga yang harmoni hingga bisa sampai saat ini.  jadi jangan heran yah kalau azfa playboy mungkin nurun dari om." Tertawa kecil terdengar dari om purwa aku pun ikut tertawa

"Ram om hanya mau berpesan kamu cari pasangan yang mencintaimu dan jangan pernah kamu menghianati cinta yang telah kamu jalin." Aku diam, aku mulai resah dan inggin menyelesaikan semua permasalahan ini.

"Rama." Suara ayahnya azka membuatku terkejut.

"Iya om kenapa." Kemudian ayahnya azka menyuruhku untuk tidur. "masih malam sudah kamu tidur lagi, makasih banyak yah kamu mau dengerin cerita, sama mau nenenin azka disini." Aku hanya tersenyum pada ayahnya azka

TWO TOWERS ( DUA MENARA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang