Jaehyun terbangun dari tidurnya, kali ini ia tak merasakan tangan maupun kakinya diikat, melainkan sebuah selimut hangat yang menutupi tubuhnya.
Cklek
Jaehyun mengalihkan pandangannya dan menemukan Taeyong keluar dari kamar mandi dan masih menggunakan Bathrobe berwarna cyan.
"Kau sudah bangun Jae." Jaehyun hanya diam.
Taeyong mendekat pada Jaehyun, tapi pria tampan itu bersikap layaknya seorang gadis, menutupi seluruh tubhnya menggunakan selimut. Taeyong hanya terkekeh melihat tingkah Jaehyun, pria cantik itu malah menyamankan baringannya di tempat tidur dan memainkan ponsel.
Jaehyun masih di posisi yang sama sampai Taeyong tertidur. Jaehyun berdiri dari tempat tidur secara perlahan, bermaksud ingin tidur di sofa saja. Namun matanya melihat paha mulus Taeyong karena bathrobe yang tersingkap. Pelan-pelan Jaehyun mendekat pada Taeyong dan memakaikan selimut di tubuh pria itu.
"Kenapa pria ini cantik sekali."
Jaehyun menggelengkan kuat kepalanya saat pikiran laknat itu muncul. Dengan pelan ia berjalan menuju jendela besar yang ditutupi gorden, membuka gorden itu dan matanya terpukau melihat pemandangan di depan sana. Hamparan laut yang sangat luas, benar-benar luas.
Ia menoleh kekiri dan mendapati sebuah pintu. Jaehyun langsung berjalan ke pintu itu dan membukanya. Matanya kembali dikejutkan dengan pemandangan yang benar-benar indah, bahkan kata-kata indah tak bisa mewakilkannya. Ini lebih dari indah.
Sebuah tangga yang langsung menghubungkannya ke laut terpampang jelas. Dengan pelan ia berjalan menuruni tangga tersebut dan berhenti disebuah pagar pembatas. Mengabaikan rasa dingin yang menusuk tulang, Jaehyun lebih memilih menghirup udara yang masih sangat alami itu banyak-banyak. Senyuman tulus terpatri di wajahnya, bahkan terlihat lubang manis dikedua pipinya.
"Jaeeee..." Jaehyun tersentak saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Ia dengan segera memegang tangan itu dan berusaha melepaskannya. Namun Taeyong yang keras kepala malah semakin erat memeluknya dan menyandarkan kepalanya di punggung Jaehyun.
Akhirnya Jaehyun hanya bisa diam dan membiarkan Taeyong. Taeyong tersenyum sangat manis saat Jaehyun tak melakukan perlawanan lagi, dengan cepat ia berjalan kedepan Jaehyun dan memeluknya dengan erat.
"Hangat sekali." Jaehyun hanya diam, tak bersuara dan tak membalas pelukan Taeyong. Dia hanya membiarkan Taeyong melakukan apapun sesukanya.
~~~
Jaehyun mengerjapkan matanya dan tak menemukan siapapun dikamar super besar itu. Hanya dirinya seorang yang tidur di ranjang besar itu. Taeyong sudah tak terlihat, bahkan di kamar mandi pun tak ada. Padahal ini masih sangat pagi, jam masih menunjukkan pukul 6.
Jaehyun berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Ia terbiasa bangun pagi, karena tinggal sendirian mengahrsukannya untuk memasak sarapan dan membersihkan rumah sebelum berangkat kerja.
Jaehyun terpukau dengan isi kamar mandi, sebuah bak mandi yang sangat besar, shower room yang terbuat dari kaca buram, serta peralatan dan sabun mandi yang sangat lengkap.
Setelah selesai membasuh wajahnya, Jaehyun keluar dari kamar untuk mencari dapur dan membuat sarapan.
"Maafkan aku Tuan, aku janji tak akan membohongimu lagi."
"Aku tidak akan percaya dengan penipu sepertimu lagi brengsek."
Namun suara keribuat terdengar oleh Jaehyun, dengan penasaran ia menuruni tangga dan membawanya keruang tamu yang besar. Ia masih bersembunyi dibelakang sebuah lemari kayu tinggi.
Disana ia melihat seorang pria paruh baya yang menggunakan setelan jas mewah sedang berlutut di depan pria yang menculiknya. Ia hanya diam dan mendengarkan apa yang dibicarakan kedua orang itu.
"Aku mohon maafkan aku Tuan. Aku akan melunasinya secepatnya."
"Dasar sialan. Kau meminjam uang dariku untuk wanita murahanmu itu kan? BAGAIMANA BISA KAU MENDAPAT BANYAK KEUNTUNGAN SEDANGKAN AKU TIDAK BRENGSEK!" Jaehyun tersentak kaget. Teriakan yang sangat kuat.
"Aku mohon maafkan aku Tuan. Maafkan aku."
"Aku tak bisa memaafkanmu, kau tau aku bukanlah orang yang baik hati."
Dorr
Jaehyun membelalakkan matanya dengan mulut yang terbuka lebar.
"Bawa dia."
Jaehyun melihat beberapa orang anak buah Taeyong menggeret pria yang baru saja ditembak jantungnya itu layaknya seekor binatang.
~~~
Taeyong hanya menatap datar pria bersimbah darah didepannya. Hal seperti ini sudah jadi makanan sehari-harinya. Dengan santai ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
"JAEHYUN!" Matanya membola saat melihat Jaehyun yang bersembunyi di balik lemari.
Taeyong dengan cepat berjalan mendekati Jaehyun. Dapat dilihatnya wajah pucat Jaehyun dan mata berkaca-kaca itu.
"Jae, kau sedang apa disini?" Jaehyun tak menanggapi ucapan Taeyong. Dia masih shock. Pikirannya melayang entah kemana.
"Jaeeee... Jawab aku..." Taeyong mulai khawatir dan menepuk kedua pipi Jaehyun.
"Jaehyunnn..." Taeyong memeluk tubuh pria tampan itu dengan erat. Entah kenapa kali ini ia merasa amat bersalah telah membunuh orang. Karena dia melakukannya tepat didepan mata Jaehyun.
~~~
Jaehyun hanya diam. Padahal tadi ia sangat lapar dan didepannya sudah tersaji berbagai macam jenis masakan. Tapi rasa mual malah menghinggapinya saat mengingat darah berserakan di ruang tamu tadi.
"Jae, ayo makan, dari semalam kau belum makan sepiring pun." Taeyong dengan telaten mengambilkan nasi dan lauk-pauk untuk Jaehyun.
"K-kau, bagaimana bisa kau bersikap santai saat kau baru saja membunuh orang?"
Taeyong menghela nafas dan menatap Jaehyun dengan intens.
"Kenapa tidak? Bukankah lebih baik aku langsung membunuhnya, daripada aku menyiksanya?" Jaehyun mengernyitkan alisnya. Bagaimana bisa orang didepannya menganggap pembunuhan itu lebih baik?
"Kau bukan manusia."
"Ya. Aku memang bukan manusia. Aku iblis, oh tidak, bahkan aku lebih dari iblis. Kau puas?" Setelah berkata seperti itu, Taeyong pergi meninggalkan Jaehyun sendirian di meja makan.
Jaehyun hanya terdiam, membiarkan Taeyong pergi meninggalkannya.
"Sebenarnya siapa kau?" Gumamnya.
TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS! [Jae❤Yong] END
Fantasía1st #Jaeyong (22 April 2020) Apa jadinya jika seorang Boss Mafia tergila-gila pada malaikat? Lee Taeyong, seorang Boss mafia yang langsung mengklaim Jung Jaehyun sebagai miliknya saat mereka pertama kali bertemu. Sikap yang kasar, keras kepala, keja...