Dentuman musik terdengar di seluruh ruangan ini. Orang-orang menari tak beraturan. Mereka tampak menikmati nya. Kecuali satu orang.
Annabeth Anderson.
Dia dengan sangat terpaksa mengikuti 'pesta kelulusan' yang dia anggap sebagai acara sampah. Dari dulu dia memang tidak menyukai pesta. Apalagi di malam hari. Tapi apa daya. Orang tuanya memaksa karena berpikir apa salahnya mengikuti pesta perayaan kelulusannya sebagai lulusan terbaik. Alasan lain yaitu sahabatnya Giselle Hadid yang datang kerumahnya dengan sejuta alasan agar orang tuanya mengijinkan Annabeth ikut pesta.
Dan, ya. Bisa kalian tebak dengan kehadiran Annabeth di pesta ini. Pesta yang sebenarnya tidak wajib untuk didatangi. Bahkan tidak ada satupun dosen yang terlihat menghadiri pesta ini. Tapi, apa boleh buat.
Yang sedang Annabeth pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya dia keluar dari acara sampah ini. Karena dari tadi, Giselle melarangnya untuk pergi.
Berbagai alasan dia buat agar bisa keluar. Mulai dari pura-pura ke toilet, ingin berbincang dengan teman yang lain, hingga mengatakan bahwa orang tuanya sudah meminta untuk pulang. Namun semuanya sia-sia. Giselle selalu tau maksudnya. Ah, dia hampir lupa kalau Giselle salah satu lulusan terbaik di jurusan Psikologi. Pasti dengan mudah Giselle tau kalau dia berbohong.
Merasa kehilangan akal, Annabeth pasrah dan mulai mengikuti pestanya. Dia lalu meminta minuman kepada Giselle, karena dia haus dan terlalu malas untuk berkeliling.
"Gi, boleh ambilkan aku minum? Aku haus sekali." Anna meminta dengan halus.
"Tentu Ann. Tunggu di sini. Jangan coba-coba untuk lari dari tempat ini. Sekalipun kau lari..." Giselle belum sempat menyelesaikan bicaranya.
"Aku pasti tidak bisa pulang, karena kunci mobilku ada padamu. Dan jika aku ingin naik taksi, tidak akan ada yang lewat pada jam seperti ini. Begitu kan maksudmu?" Potong Anna dengan tepat.
"Kau tau sekali Ann. Lalu untuk apa dari tadi kau berusaha lari dari sini?" Giselle tertawa.
"Sudahlah, aku menyerah! Minumku, tolong Gi." Peringat Anna.
"Baiklah, aku hampir lupa." Giselle pun melenggang pergi untuk mengambilkan air.
Saat Giselle pergi, dia mencoba melihat sekeliling. Orang-orang menari di lantai dansa seperti orang gila, sebagian ada yang tengah mabuk karena terlalu banyak minum, bahkan yang paling menjijikkan dari itu semua adalah orang-orang yang tengah bercumbu -dengan kekasihnya mungkin pikir Ann- tanpa rasa malu. Tidakkah itu semua sampah? Oh, begitu kuat keinginan Ann untuk cepat pulang sekarang.
"Hai, Ann. Maaf membuat mu menunggu. Tapi, dengan sangat menyesal aku katakan kepadamu bahwa minuman normal di sini sudah habis."
"Apa maksudmu, Gi?" tanya Ann dengan heran.
"Sial. Kau ini katanya lulusan terbaik. Begini saja tidak mengerti. Maksudku, di sini tinggal tersisa minuman beralkohol. Jika kau mau, kau boleh ambil punyaku. Tapi kupikir kau tidak akan mau meminumnya, jadi.." belum selesai Giselle berbicara, Annabeth langsung mengambil gelas yang ada di tangannya lalu meneguknya hingga habis. Jangan tanya kenapa, karena Annabeth sangat kehausan.
"Sial. Minuman macam apa ini Giselle? Sangat tidak enak. Kupikir ini hanya wine." Annabeth mengomeli Giselle setelah dia meneguk minuman beralkohol tadi.
"Wow. Kupikir kau tidak akan mau. Maaf, aku tadi ingin bilang kalau ini Vodka. Tapi kau malah merebutnya terlebih dahulu. Jadi.. nikmati saja Ann." Giselle tertawa setelahnya.
"Owh, aku mulai pusing sekarang. Lihatlah Giselle, kau menjadi dua. Sejak kapan kau punya kembaran? Katakan!" Minuman itu mulai bereaksi pada Annabeth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Husband (Hendall)
FanfictionKau adalah orang yang sangat aku cintai. Tapi kau juga adalah orang yang sangat aku benci. Annabeth Anderson