Chapter 4

336 29 1
                                    

Pada hari jumat di kantin pada saat istirahat, Shinwoo mendapatkan sebuah ide, "Bagaimana kalau besok sabtu kita pergi ke tempat wisata?" usul Shinwoo pada teman-temannya, "Sudah lama kita tidak pergi ke tempat wisata di akhir minggu, biasanya kita ke rumah kepala sekolah" ujar Yuna yang setuju, "Ada yang punya usul kita mau kemana?" Tanya Shinwoo pada teman-temannya

Lala sibuk membaca buku yang berjudul 'Yang terindah namun tak dapat kumiliki', "Aku besok sabtu berencana pergi ke museum yang ada di kota Seoul" jawab Lala yang salah dengar karena sedang membaca buku, yang dia dengar adalah Shinwoo bertanya kemana dia akan pergi besok

"Ide bagus! Ayo kita ke museum di Seoul besok!" seru Shinwoo yang disetujui oleh teman-temannya, sedangkan Regis, Seira, dan Rai diam saja, "Eh aku salah dengar ya?" ucap Lala yang bingung kenapa Shinwoo dan kawan-kawannya mau ikut dia ke museum

~~~~~~~~~~~~~~~

Hari sabtu

Shinwoo, Yuna, Suyi, Ikhan, dan Lala menunggu tiga teman mereka di depan gerbang rumah kepala sekolah. Tak lama kemudian tiga orang yang mereka tunggu muncul menggunakan seragam, "Apa tidak masalah kalian bertiga pakai seragam ke tempat wisata hari ini?" Tanya Lala yang merasa aneh dengan pakaian tiga orang yang baru keluar dari rumah Frankenstein

"Jangan khawatir, mereka bertiga selalu berpakaian seperti itu saat pergi kemanapun walaupun hari libur" sahut Yuna yang sudah terbiasa, tapi tidak dengan Lala

Akhirnya mereka berjalan menuju stasiun kereta dan Suyi membelikan tiket untuk mereka berdelapan, "Tumben stasiun tidak sepi di hari sabtu" pendapat Ikhan yang bingung, apalagi ketika kereta listrik menuju Seoul tiba

Isi gerbong kereta yang mereka naiki juga hampir kosong, "Bahkan kereta kosong. Padahal ini hari sabtu" pendapat Ikhan lagi yang bingung karena biasanya setiap hari sabtu stasiun dan kereta pasti penuh dari pagi sampai malam, "Itu artinya kita beruntung. Bisa dapat tempat duduk dan tak perlu berdesakan dengan orang-orang" sahut Shinwoo langsung duduk di kursi kereta listrik yang kosong

Lalu Ikhan duduk di samping Shinwoo, Yuna dan Suyi duduk di samping Ikhan, Seira dan Regis duduk di kursi seberang, dan ketika Lala mau duduk di samping Shinwoo, Rai langsung menduduki tempat yang Lala mau duduki

"Rai?" ucap Lala bingung kenapa Rai duduk di tempat yang ingin didudukinya, daripada pusing Lala memutuskan untuk duduk di tempat kosong yang ada di samping Rai, "Lala, kenapa kau ingin ke museum yang ada di Seoul?" Tanya Ikhan pada Lala

Lala mengeluarkan buku dari tasnya, "Di dalam buku yang kubaca ini, perhiasan yang membuatku tertarik dipajang di sana" jawab Lala membuka bukunya dan memperlihatkan gambar seperti apa kalung yang membuatnya tertarik, "Wah gambarnya cantik sekali" puji Yuna terkagum dengan gambar kalung di buku

"Nama kalungnya apa?" Tanya Shinwoo, "Je t'aime" jawab Lala, "Itu Bahasa perancis yang artinya 'aku mencintaimu'" komentar Suyi, "Di buku ini dijelaskan kalau ada seorang pedagang perhiasan berasal dari perancis yang memberikan kalung ini secara gratis kepada selir raja. Dikatakan pedagang itu mencintai selir itu dan karena itulah dia dilarang oleh raja untuk berjualan di Korea lagi" jelas Lala

"Oh jadi kalung ini masuk ke Korea saat jaman perdagangan asing di Korea" gumam Ikhan, "Aku kasihan pada pedagang itu" ucap Yuna, "Tapi ada misteri di balik kalung ini" kata Lala tiba-tiba

"Misteri apa?" Tanya Ikhan yang penasaran, "Misteri siapa yang membuat kalung ini, apa nama asli kalung ini, dan darimana asal kalung ini, pedagang perancis itu mendapatkan kalung itu dari seseorang yang menjual kalung itu padanya. Dan yang menjual juga mendapatkannya dari orang lain" jawab Lala, "Jadi itu misterinya?" Tanya Shinwoo, "Iya, konon kalung itu tidak dapat dirusak" jawab Lala

"Apa kita coba rusak saja supaya tahu misteri itu benar atau tidak?" dan pertanyaan Shinwoo dibalas dengan jitakan Suyi, "Kau bisa dipenjara kalau merusak barang sejarah di museum!" peringat Suyi dan dibalas dengan tawa hambar Shinwoo

~~~~~~~~~

Mereka turun di stasiun yang dekat dengan museum. Kemudian mereka jalan sebentar dan sampailah ke museum, "Seperti biasa, museum selalu sepi" komentar Shiwoo

Lalu mereka membayar tiket masuk dan masuk ke museum itu, "Apa kau tahu dimana kalung di buku itu dipajang?" tanya Yuna pada Lala yang mengambil denah museum yang disediakan untuk pengunjung

Lala membuka denanhnya, "Mungkin ada di ruangan dimana banyak senjata dipajang" jawab Lala yang mencari ruang senjata di denah yang dibacanya

"Kenapa sebuah kalung harus ditaruh di daerah senjata? Bukan di daerah aksesoris atau harta?" tanya Ikhan bingung, "Entahlah. Di buku yang kubaca sudah jadi peraturan kalau kalung itu harus ditaruh di tempat yang dikelilingi dengan senjata" jawab Lala yang tak paham juga

"Mungkinkah kalung itu adalah kalung kutukan?" tanya Shinwoo ngeri, "Tidak mungkin! Kutukan itu tidak ada!" omel Suyi ke Shinwoo

Mereka melewati ruang lukisan, ruang perabotan, dan ruang alat siksaan yang ada di museum, mereka juga melewati ruang patung dimana patung-patung bersejarah ditaruh

"Barang-barang disini banyak yang tak berkelas" kata Regis ketika mereka melewati di ruang penuh alat siksaan, "Ya jelaslah, tidak mungkin barang yang dipakai untuk menyiksa orang ada yang berkelas" sahut Ikhan keringat dingin

Mereka juga melewati ruangan penuh dengan pakaian perang, "Yang ini berkelas" kata Regis kagum melihat baju zirah milik raja Korea jaman dulu, "Itu milik Kim Su-Ro, pangeran yang menyatukan 12 negara kecil untuk menjadi Dynasti Geumgwahn Gaya" jelas Lala ke Regis

"Kok kamu bisa tahu?" tanya Shinwoo yang sendirinya tak paham sejarah Korea soal kerjaan, dia ingatnya soal perang, "Aku pernah membaca sejarahnya di salah satu buku sejarah Korea yang diterbitkan di Indonesia. Aku bahkan menulisnya di Blogku" jawab Lala

Lala teringat ketika Drama Korea berjudul Kim Su-Ro, The Iron King tayang di televisi di Indonesia, banyak orang yang membaca Blognya tentang Geumgwahn Gaya. Bahkan para pembaca Blog bertanya pada Lala yang jelas seorang Blogger tentang ending drama Korea itu, padahal Lala bukan sutradara yang membuat naskah filmnya

Akhirnya mereka sampai di ruangan yang penuh dengan senjata yang dipajang, ada yang dari jaman batu, jaman kerajaan, jaman perang dunia 1 & 2, dan yang sudah tak dipakai lagi

Di tengah-tengah ruangan itu ada sebuah kalung yang dipajang di sebuah meja kayu yang ditutupi oleh kaca, "Wah indahnya, lebih bagus dibandingkan yang ada di foto" komentar Suyi, "Iya indah sekali" sahut Yuna. Di meja itu terdapat nama kalung tersebut

Nama kalung itu adalah: 'Je t'aime' seperti yang tertulis di buku

Mereka mengagumi keindahan kalung itu, bahkan Seira dan Regis terpana, "Kalung ini sungguh-sungguh berkelas!" ucap Regis dan dibalas dengan anggukan dari Seira. Rai diam saja, tapi matanya tak lepas dari kalung itu

"Mendadak aku lapar, kita pergi makan yuk" ajak Shinwoo yang disetujui teman-temannya. Mereka berjalan keluar ke museum, sampai di dekat pintu keluar Lala menyadari sesuatu, "Rai mana?" tanya Lala

Mereka kaget dan menyadari kalau Rai tak bersama mereka, "Duh gawat, Rai kan gampang sekali tersesat. Jangan-jangan tadi dia terpisah dari kita" ucap Ikhan panik, "Rai mudah tersesat?" tanya Lala tak percaya

"Begitulah, karena itu untuk pulang saja harus kami temani" balas Regis dan disampingnya Seira menggangguk, "Coba kita ingat-ingat, dimana terakhir kita lihat Rai?" ujar Shinwoo

"... Kurasa di ruang senjata" jawab Lala yang ingat

Kemudian mereka kembali ke ruangan senjata, di sana ada Rai yang masih memperhatikan kalung itu, "Rai, kau suka sekali dengan kalung itu?" tanya Ikhan

Rai yang tadi menatap kalung itu sekarang menatap mereka dan mengangguk, "Nah karena Rai sudah ketemu sekarang kita bisa pergi mencari tempat makan" seru Shinwoo, "Kira-kira kalian mau makan apa?" tanya Suyi yang membuka Hpnya untuk menggunakan aplikasi yang bisa melacak restoran dan tempat makan di sekitar mereka

"Ramyeon" jawab Rai langsung

"...." Tak ada satupun dari mereka yang mebalas kata-kata Rai, namun dalam hati mereka bertanya-tanya apa yang membuat Rai segitu sukanya dengan ramyeon

(To be continue in chapter 4)

Raizel x OC: Cinta adalah berkah dan malapetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang