Keyra [POV]
Disinilah kami sekarang, di sebuah meja makan yang hanya di tempati oleh dua orang. Aku dan Arga. Yang sedang menikmati makan malam. Aku menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya dan menikmmati rasanya.
”Ini lo semua yang masak?” tanyaku pada Arga.
“Iya.” Ujar Arga singkat.
“Lainkali kalo urusan masak itu biar gue aja.” Lanjut ku.
“Jadi gue kerja apa?”
Aku menghela nafas. “Lo bisa tugas di bagian cuci piring.” Tukas ku.
“Emang lo bisa masak?” tanya Arga dengan nada meremehkan.
“Ya bisalah!” semprot Ku kesal.
“Gimana rasa makanannya.” Tanya Arga.
“Hm.. kalo ukuran cowok ini udah lumayan.” Ujar ku.
Kalau boleh jujur, masakannya benar-benar enak (tapi lebih enak masakan aku sih). Aku sengaja tidak mengatakan yang sejujurnya karna.. apa untungnya sih jujur pada dia.
“Bukannya memang pada dasarnya cowok itu jago masak?” Ia bertanya dengan nada tengil.
“Enggak kok. Sok tau lo!” tukas ku cepat.
Ia malah menikmati makanannya seolah tidak ingin memperpanjangnya. Aku bangkit dari kursi membawa piring bekas makanan ku ke washtafel.
”Kali ini nyuci piringnya biar gue aja.” Kata ku mengingatkannya.
“Yang bilang gue nyuci piring siapa.” Arga menyahut dengan nada mengejek.
Sabar... sabar... mumpung mood aku lagi bagus aku hanya bisa diam. Jika tidak, sudah kubalas balik cibirannya itu.
Setelah mencuci piring, aku kembali menuju kamar—yang mulai saat ini aku tempati—untuk mengambil beberpa cemilan yang akan menemaniku selama nonton beberapa film yang telah ku download.
Aku berjalan menuju belakang rumah yang terdapat beberapa kursi santai juga kolam renangn membuat suasana malamnya meyejukkan.
Hmm... perfect.
Inilah suasana yang paling aku sukai.
Aku berjalan ke arah bangku santai yang telah kupersiapkan sebelumnya, ada laptopku, bahkan aku juga sempat membuat jus jeruk—yang kebetulan buah jeruknya ada di dalam kulkas.
Aku mulai surius menatap layar laptop ku yang berada di atas pangkuan ku menampilkan sebuah film yang telah ku tunggu-tunggu daritadi. Sambil sesekali mengunyah beberapa cemilan. Hingga muncul sebuah suara membuyarkan konsentrasiku.
“Ngapain malam-malam disini?” tanya Arga yang tau-tau sudah berdiri di sampingku.
Aku meliriknya sinis, hingga membelalakan mataku saat melihat penampilannya.
Cepat-cepat aku menutup pandangan ku dengan laptop. Bagaimana tidak, dia malah menghampiriku dengan celana pendek tanpa atasannya dengan handuk yang bertengger di pundaknya.
“Elo ngapain kesini?!” jeritku histeris.
Aku tak tau bagaimana ekspresinya saat ini, dan aku tidak mau tau.
“Suka-suka gue dong, rumah-rumah gue.” Jawabnya acuh.
“Ma-maksudnya lo ngapain pake gitu doang malam-malam? Jangan bilang lo mau berenang?”
Ia tidak menjawab pertanyaan ku, hingga terdengar suara ceburan air. Saat itu juga aku melihat Arga telah di dalam air.
“Argaaa!!!” jerit ku lebih histeris, tanpa sadar aku malah berjalan mendekatinya di pinggiran kolam.“Apaan sih? Ribut banget sih lo!” ujar Arga kesal.
“Cepat lo naik!” perintahku. “Jangan berenang malam-malam gini, apalagi malam ini udaranya agak dingin.”
Arga menatapku tak suka. “Biasa aja kali. Gue sering kok berenang malam-malam.”
“APA?! Sering?”
“Seminggu gue 2x berenang malam.”
Aku sedikit lega mendengarnya, untung tidak setiap malam.
Aku menjulurkan tangan ku ke arahnya. “Tapi kali ini cuacanya tidak mendukung untuk berenang malam.”
Ia menaikkan alisnya bingung.
“Jadi lo harus naik sekarang, sebel—HUUAA”
Byurrr
SI COWOK GILA INI! Bahkan aku belum selesai bicara dia malah menarikku ikut jatuh ke dalam kolam. Untung aku bisa berenang, tapi.. ini airnya dingin..
Melihat ku terjatuh ke kolam, ia malah tertawa kencang seolah-olah aku ini patut di tertawakan, aku menatapnya sinis saat ia masih menertawakanku, lalu aku mencipratkan air kolam ke arahnya hingga air itu masuk ke dalam mulut nya yang tengah terbuka karna menertawaiku hingga ia sampai terbatuk-batuk karna tersedak.
Sekarang giliran ku yang tertawa. Namun, tawaku hanya beberapa detik karna aku masih kesal dengannya.
“Rasain lo!” ujarku bangga plus kesal.
Aku berenang mendekati tangga renang, keluar dari kolam, lalu manyambar handuknya dengan asal.
“Heh! Handuk gue tu!” sahut Arga dari kolam renang.
Aku mengabaikannya pura-pura tuli lalu membereskan semua barangku membawanya kekamar ku, sebaiknya aku harus menonton filmnya di kamar saja.
Kalau di pikir-pikir, aku kenapa malah mengkhawatirkannya sih!
Gini nih, kebiasaan ku. Suka memikirkan yang tidak seharusnya aku pikirkan. Orang aku biarkan saja apa yang ia buat, toh itu urusannya sendiri. Kalau di ingat lagi tentang yang tadi, kok aku jadi malu. Mudah-mudahan dia gak baper ya dengan tingkah ku tadi.
Hallo semua!
Kalian boleh kok kasih masukan atas cerita ini^.^
Tapi dengan menggunakan bahasa yang sopan ya! Karna aku juga punya hati, siapa tau aku malah tersinggung kalo baca komentar kalian😁Tertanda
Yuranf
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockhlom Syndrome
General Fiction[DILARANG KERAS UNTUK MENJADI PLAGIAT!!] Gimana rasanya punya perasaan pada penculik yang menculiknya? [SEKALI LAGI DILARANG KERAS UNTUK MENJADI PLAGIAT]