Arga [POV]
"ARRGGAAA!?!?"
Suara cempreng yang membahana mengisi seluruh rumah ku, baru saja aku duduk di kasur, udah ada aja yang ganggu.
Terdengar Suara gedoran pintu kamarku seraya memanggil nama ku, terpaksa aku bangkit berjalan menuju pintu.
"Apaan—" Keyra langsung menubruk ku, hingga ucapan ku terpotong. Ia memeluk erat lenganku dengan badan gemetaran.
"Lo kenapa? Datang-datang bikin rusuh." tanyaku padanya.
"Tutup dulu pintu nya! Nanti dia masuk juga!" seru Keyra mengguncang-guncangkan lengan ku.
"Dia siapa?" tanya ku makin bingung.
"Makanya tutup dulu pintunya!" ia sedikit mengeraskan suaranya.
"Iya ya, udah gue tutup kok." kataku sedikit menenangkannya.
Ia melepaskan pelukannya di lengan ku, tapi kini ia beralih meringkuk di bawah sambil memeluk kaki. Ini anak aneh deh.
"Lo bau ketek. Makanya gue meluk kaki lo, walaupun ada sedikit bau terasi di kaki lo." ujar Keyra tenang.
Aku segera mencium ketek ku sendiri, perasaan gue baru aja siap mandi beberapa menit yang lalu. Jangan-jangan di nyium ketek sendiri tuh, makanya bau, terus malah di bilang ketek gue yang bau.
"Lo kenapa sih? Datang ke kamar gue teriak-teriak gak jelas."
"Hustt! Diam dulu bisa? Gue lagi tenangin diri ni."
Aku berdecak kesal, memberikan ia sedikit waktu. 2 menit kemudian, ia melepaskan pelukannya kemudian duduk di dekat ku berdiri, ia menarik-narik kaki ku mengisyaratkan untuk duduk. aku mengikuti perintahnya dan duduk di sampingnya.
Terdengar ia mulai menarik nafasnya sebelum cerita.
"Tadi gue di kamar lagi nonton di laptop, trus tiba-tiba mati lampu, tapi gue masih lanjut nonton karna gue gak takut gelap. Nah, waktu lagi nonton, gue ada dengar suara orang jalan, gue ngira nya itu lo. Makanya gue gak peduliin kali. Trus suara itu hilang di depan kamar gue, di situ gue udah gak fokus lagi ke film, lalu pintu kamar gue kebuka sendiri, padahal gak ada yang bukain. Gue juga udah mikir yang aneh-aneh. Apalagi gue parno sama yang namanya hantu. Makanya gue lari ke kamar lo." cerita nya dengan muka serius.
Setelah mendengarkan ceritanya yang terbelit-belit, aku dapat menyimpulkan. Bahwa ia salah paham. Dan satu lagi, kenapa ia harus menceritakan seluruhnya di mulai dari ia nonton sampai datang ke sini. Padahal, ia bisa cuman bilang, pintu kamarnya ke buka sendiri, dan kalo gue belum paham, gue bisa nanya lagi sama dia.
Flashback on.
Tep!
Mati lampu.
Palingan bentar-bentar lagi lampunya nyala balik. Jadi, aku hanya perlu menunggu.
1 menit.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2 menit.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kok gak nyala lagi sih?Pasti ada yang gak beres.
Terpaksa deh aku menghentikan games untuk cek ke bawah. Aku segera berjalan ke luar meninggalkan ruang TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockhlom Syndrome
Narrativa generale[DILARANG KERAS UNTUK MENJADI PLAGIAT!!] Gimana rasanya punya perasaan pada penculik yang menculiknya? [SEKALI LAGI DILARANG KERAS UNTUK MENJADI PLAGIAT]