<Tiga>

62 4 0
                                    

Dapur sudah berantakan akibat aku mencari bahan masak untuk sarapan, dan terakhir aku malah menemukannya di samping kulkas. Sarapan kali ini aku hanya membuatkan makanan yang biasa di masak untuk sarapan. Nasi goreng.

Seperti pesan Arga, setiap kali aku masak, aku harus membuatnya lebih banyak karna penghuni rumahnya ini memang banyak.

Selesai masak, aku menghidangkan 2 piring nasi goreng ke atas meja, lalu beranjak menuju kamar Arga membangunkannya.

Aku mengetuk kencang pintu kamarnya sambil berseru memanggil namanya.

"WOIII ARGAA BANGUNNN!! GUE UDAH BIKIN SARAPANN!!"

Bahkan aku tidak berhenti mengetuk pintu kamarnya dengan kencang hingga ia keluar dari kamarnya dengan muka kusut, rambut berantakan-khas orang baru bangun tidur-sambil menatapku nyalang, Aku malah terkikik melihatnya muncul.

"Bisa gak lo bangunin orang itu dengan lembut." ujarnya dengan lemah.

Aku pura-pura berpikir. "Hm.. Lembut? Untuk kali ini gk bisa."

Arga langsung menoyor kepala ku, aku mengaduh.

Ia mengambil hp nya lalu menelpon seseorang.

"Halo."ucapnya.

"...."

"Kalian udah bisa ngambil sarapannya."

"...."

"Gue juga gak tau sarapannya apa, karna bukan gue yang masak."

Setelah itu Arga menutup panggilannya.

"Lo tunggu di sini." ucapnya pada ku.

Aku menatapnnya bingung. "Ngapain?"

"Mereka lagi ambil sarapannya. Pokoknya lo nunggu di sini sampe gue selesai."

Aku ingin membantah tapi ia malah menutup pintunya seolah tak ingin mendengarkan bantahan ku. Dan aku hanya bisa menurutinya.

Setelah beberapa menit ia keluar dari kamarnya dengan muka yang sudah lebih segar.

"Yukk." ucapnya.

Aku mengikutinya dengan perasaan dongkol.

Aku segera mengambil tempat di meja makan dan langsung memakannya dengan nikmat.

"Ini nasi nya kepedesan." komentar Arga tanpa aku minta.

"Gue suka pedas." ujar ku singkat.

"Tapi gue gak suka."

"Ya udah tambahin lagi aja kecapnya." kataku asal.

Tak ku sangka ia malah benar-benar menaruh kecap ke dalam nasi. Aku tertawa dalam hati. Ini anak bodoh atau gak tau sih.

"Hm.. Sudah lumayan."

Mendengar katanya aku langsung menyambar nasi nya dengan sedok ku, mencoba nya sedikit.

Ternyata pedasnya Berkurang. Aku merasa bangga pada diri ku sendiri, mungkin kata asal-asal itu juga kadang bermanfaat juga.

Sedangkan Arga menatapku cengo saat aku mengambil sedikit nasi nya. "Ngapin lo ngambil nasi gue!" ujarnya tak terima.

"Gue cuman rasa."

Aku melanjutkan makan ku hingga nasi di piring sudah habis, lalu aku nambah lagi ke piring ku.

"Lo gak takut tinggal di rumah yang isinya cowok semua?" tanya Arga tiba-tiba, aku menghentikan makan ku mendengarnya.

Kok aku gak kepikiran sampe ke situ ya? Tapi entah kenapa perasaan takut itu gak muncul saat aku pertama kali menginjak rumah ini—walaupun kesan pertama masuk rumah ini salah satu hal yang aneh.

Stockhlom SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang