31 Desember 2018, pukul 18.35 malam
Ting Tong... Ting Tong...
"Coming!" Irene bersegera menyudahi kegiatannya mengeruk buah semangka dan berlari kecil menuju pintu depan masih dengan apron berenda di tubuhnya, "Wih, bawa apa aja, nih? Kayak mau selametan bawaannya."
Samuel dan Wendy yang tangannya dipenuhi dengan beberapa wadah plastik berisi berbagai makanan langsung memasuki rumah The Ananta's tanpa permisi.
"Biasalah, Rene. Nyonya bawaannya banyak kalau soal makanan," Samuel menyikut lengan Wendy yang masih cemberut karena tingkahnya kemarin malam.
Wendy memasuki area dapur dan menaruh bawaannya di atas meja makan, "Gue bawa spagetti, lasagna, sama kue coklat. Nanti tinggal dipanasin lagi aja. A Liam mana?"
"Belum pulang, masih otw," Irene membuka semua wadah yang diletakkan di atas meja makan, "Gue cuma nyiapin sliced beef, turkish salad, sama buah. Sliced beef-nya udah dimarinasi, jadi nanti tinggal panggang. Mau tambah yang lain? Eh, mau pada minum apa? Ambil aja sendiri, ya."
"Ini pesta barbekyu, kan? Dagingnya cuma sliced beef aja?" Samuel sukses mendapat pukulan di belakang kepalanya dari Wendy yang langsung memelototinya, "Aduh, Yang ihh. Gimana kalau tambah sosis? Udang? Ribeye?"
Irene tak pernah habis pikir bagaimana bisa seorang Wendy menikah dengan Samuel yang banyak maunya. Samuel adalah tipikal laki-laki yang terbiasa dipenuhi semua keinginannya sedari kecil, itulah yang membuatnya sedikit manja dan mungkin terlihat romantis namun menjijikkan bagi Wendy. Entahlah, cinta punya caranya sendiri untuk saling mendekat.
Irene menghela nafasnya dan membuka kulkas dua pintunya, "Cuma ada sosis sama udang. Dimakan ya lo Mas, awas kalau gak lo abisin, lo yang gue abisin nanti," Irene melirik Samuel yang mengacungkan kedua ibu jarinya.
"Uuh, mau dong diabisin sama Irene," Samuel mengeluarkan mimik gemas yang dibuat-buat, sukses membuat Wendy melemparkan sendok ke arahnya, "Yak!"
"Watch your mouth, Mr. Samuel Dirganegoro," Wendy memamerkan death glare-nya sembari Irene yang menjulurkan lidah pada Samuel.
Samuel sudah beranjak ke depan televisi dan menyalakan game yang biasa ia mainkan bersama Liam setelah berhasil dibungkam mulutnya oleh Wendy. Sementara Irene dan Wendy menyibukkan diri di dapur.
"Gak jadi nih kita berangkatnya?" Wendy memulai percakapan mereka sembari menusukkan beberapa sayuran potong untuk dipanggang nanti.
Irene mengangkat kedua bahunya, "A Liam gak ngebolehin, katanya kejauhan."
"Dan Sam malah pengen ngikut, kan ngeselin," Wendy mengangkat tinggi-tinggi tusukan yang dipegangnya dan berlagak seolah membidik suaminya dari jauh.
"Seenggaknya kalian bisa tetep berangkat, gue?" Irene benar-benar sedih memikirkan Liam yang tidak memberikannya ijin untuk pergi liburan kali ini.
"Enggak, gue gak mau berangkat kalau gitu. Kan niatnya kita mau ngebolang di negeri orang, nyasar-nyasaran, seru-seruan. Bikin malu juga gak apa-apa, gak ada yang kenal. Kalau sama Sam mana bisa begitu."
"Wah, udah pada ngumpul nih kayaknya," Liam yang baru memasuki rumah langsung menuju dapur tempat istrinya berada.
Irene mendekati Liam dan disambut dengan usakan tangan Liam di puncak kepala Irene setelah sesaat ia melambaikan tangannya ke arah Wendy "Udah makan, A?"
"Belum dong, kalau makan dulu nanti keburu kenyang. Sam mana, Wen? Gak ikut?"
Wendy mengendikkan dagunya ke arah depan, "Tuh, lagi main game."
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE TRAVEL DATE |exovelvet
General FictionHighest rank: #1 in backpacker #1 in travel #6 in holiday #8 in baekrene A short journey about two pair love birds who travel with so damn much love. 해라 ❤