"Assalamua'alaikum ... Rafa," Masih dengan bajunya yang terlipat rapi dipelukanku, Aku mengetuk pintu rumah Rafa untuk ke-sekian kalinya. Namun sang pemilik rumah belum juga keluar.
Aku merutuki diriku sendiri dalam hati. Kenapa aku sampai tidak sengaja mengambil baju milik Rafa saat mengambil jemuran? Rekorku untuk tidak bertemu Rafa selama 3 tahun ini jadi berantakan kalau sudah begini (belum berantakan juga, sih. Teknisnya kan, aku belum bertemu Rafa sampai detik ini).
Aku menghela napas lagi. Berusaha menetralkan detak jantungku yang masih menggila. Bagaimana tidak?! Ini merupakan pertemuan pertamaku dengan Rafa semenjak 3 tahun lalu aku menyatakan perasaanku dengan gamblang.
Masih terpatri dengan jelas diingatanku apa yang terjadi sampai-sampai aku berani menyatakan perasaanku. Saat itu, kita masih kelas 2 SMP. Seorang temanku menyuruhku mengatakan kata-kata keramat itu kepada Rafa, karena katanya ia tahu aku menyukai Rafa dan tidak ingin Rafa direbut orang lain.
Kalau dipikir-pikir bodoh juga aku saat itu. Mau saja didoktrin temanku sendiri untuk melakukan hal yang memalukan. Akibatnya, aku tidak berani muncul di hadapan Rafa lagi. Padahal rumahku berada tepat di depan rumahnya.
Baiklah. Percobaan terakhir.
Aku mengetuk pintunya lebih keras dari sebelumnya, "Rafa!" Nihil. Tidak ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu rumah ini untukku.
"Biasanya juga langsung masuk lo."
***
A/n:Akhirnya mendapat hidayah membuat cerita ini setelah melihat-lihat foto di galeri :))
Hope you like it!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ke Kios Belakang Rumahmu
Short StoryYang Akila tahu, saat ia berumur 11 tahun, ia sangatlah naif. Yang Akila lakukan, menghindar dari hadapan Rafa sebisa yang ia mampu. Yang Akila rasakan, hidupnya seperti tercekik karena perbuatan memalukannya beberapa tahun yang lalu. Yang Akila tid...