Two

115 18 36
                                    

"Biasanya juga langsung masuk lo."

Baru saja aku membalikkan badan dan memutuskan untuk pulang ke rumah, suara Rafa malah terdengar dari atas. Aku mundur beberapa langkah lalu mendongak, tapi aku tidak melihat siapa-siapa di balkon rumah Rafa.

"Gue di atas pohon." Suara itu datang lagi, kali ini aku langsung menoleh ke pohon yang dahannya berdekatan dengan jendela kamar Rafa.

Aku melihat Rafa di sana, dengan senyum jahilnya yang sudah lama tidak kulihat. Aku tertegun untuk beberapa saat sebelum menunduk kembali.

Rafa terlalu ganteng untuk di pandang lama-lama. Entar kalau aku kelamaan natap takutnya keceplosan bilang dia ganteng. Mau taruh dimana mukaku kalau udah gitu.

"I-ini baju kamu. A-aku salah ambil pas ngambil jemuran." Sialan, suaraku bergetar saking gugupnya. Dan juga, aku-kamu??!!!

Aku masih setia menunduk saat mendengar daun-daun yang bergesekan. Mungkin Rafa sedang berusaha turun dari pohon itu. Udah kayak monyet aja. Monyet ganteng tapi. Eh.

Kemudian dia sampai di depanku. Kita berdua saling diam, canggung. Lalu karena teringat, aku langsung menjulurkan tanganku yang menggenggam bajunya.

"Hm ... makasih." Katanya setelah menerima baju itu.

Setelah mengangguk, aku berbalik lalu berjalan dengan langkah lebar. Aku masih mendengar Rafa memanggilku, tapi sengaja aku abaikan.

Baru dua langkah aku tempuh dari pagar rumah Rafa, ibuku yang sedang menyapu halaman berteriak, "AKILA SEKALIAN BELI GAREM DI KIOS BELAKANG RUMAH, YA. MINTA TEMENIN SAMA RAFA AJA KALO LUPA DI MANA KIOSNYA."

Aku melotot, "Mama!"

Ke Kios Belakang RumahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang