Five

95 16 35
                                    

Akhirnya kios belakang rumahku sudah terliat. Jaraknya sisa beberapa rumah lagi. Btw, aku menyebut kios ini 'kios belakang rumahku' bukan hanya karena kios ini terletak di belakang rumahku, tapi karena namanya memang 'kios belakang rumahku'. Rafa yang memberitahuku saat kelas 6 sd.

TUNGGU. JANGAN-JANGAN DIA HANYA BERCANDA?

"Raf, emang bener ini kios namanya kios belakang rumahku?"

Tak kuduga, Rafa tergelak. Ia bahkan meghentikan langkahnya hanya untuk tertawa kencang. Untung di sekitar sini agak sepi. Jadi aku tidak perlu malu karena tingkah Rafa. Aku juga tidak perlu menghentikannya, karena tawanya terlalu indah.

Makin gila kayaknya gue.

"Ya enggak, lah! Lo tuh sejak kecil polos banget. Jadi gak tahan gue pengen ngibulin lo mulu. Reaksi lo tuh sampe sekarang bikin gemes. Pengen gigit gue jadinya."

RAFA GEMES SAMA AKU? Dan juga, APA-APAAN KALIMAT TERAKHIRNYA ITU?

Merasa salah bicara, Rafa menutup mulutnya. Kupingnya memerah. "Ma-maksud gue bukan gitu. Lo terlalu polos jadi gemes aja gitu."

"Yaudah." Hanya itu yang bisa kuucapkan.

Akhirnya aku mempercepat langkah agar Rafa tidak berbicara macam-macam lagi.

***
A/n:

Apa yang baru saja q tulis :(

Cringe sendiri nulisnya ;(

Maaf yha.

Ke Kios Belakang RumahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang