Part 25

6.4K 354 28
                                    

Vanisa dan Excel sekarang sudah berada diruang tamu, ditemani dengan bisingnya suara TV agar tidak terlalu sunyi.

"Jadi benar selingkuhan mas Arken itu mantan istri mu?" Kata Vanisa memecahkan keheningan.

"Iya, aku juga kaget. Aku nggak tau apa-apa soal ini Van, sumpah" jawab Excel seserius mungkin.

"Kalau boleh tau kenapa kamu cerai sama dia?" Tanya Vanisa lagi seperti mengintrogasi lawan.

"Dia nggak pernah ada waktu dirumah Van, kerjaan dia dugem, mabuk. Nggak mungkin aku biarin anak aku punya Ibu seperti Chicka. Bisa hancur masa depannya"

"Oh namanya Chicka. Udah tau dia seperti itu, kenapa kamu mau menikahinya dulu?"

Excel terdiam. Seperti air yang tiba-tiba beku. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata selama beberapa menit. Dan kemudian dia membuka suara.

"Karna waktu itu kamu menikah dengan orang lain. Aku frustasi Van! Bertahun-tahun kenangan kita, susah payah aku mempertahankannya, kamu dijodohin dengan Papa kamu? Kamu kira aku biasa saja mendengar berita itu?"

Vanisa terdiam dan sedikit merunduk. Menahan air matanya yang sedari tadi ingin pecah.

"Sudah. Jangan diteruskan, aku mau tidur" jawab Vanisa yang tanpa babibu segera pergi meninggalkan Excel. Dan langsung masuk kekamarnya, membanting pintu sedikit keras. Kemudian menguncinya.

Excel diam, tidak mengejar atau menahannya, kemudian Excel tertidur di sofa.

***

Vanisa : mas, surat perceraian kita sudah aku urus. Mksh.

Rahang Arken mengeras, dia sangat tidak terima apa yang telah Vanisa putuskan.

Arken pun seperti orang yang kesetanan, membanting semua peralatan rumah tangga yang ada didekatnya.

"Anjing! Kenapa harus begini sih?!!!"

Kemudian Arken meninggalkan rumahnya, dan pergi menghampiri Chicka di apartnya.

Setelah sampai tanpa basa-basi Arken langsung mengetuk pintu dan masuk kedalam.

"ATM aku mana?"

"Mau ngapain?" Tanya Chicka terkejut.

"Urusanku" jawab Arken, kemudian dia membongkar dompet Chicka, mengambil ATM dan mengambil kartu kredit milik Chicka, tentunya tanpa sepengetahuan Chicka.

Setelah itu dia pergi meninggalkan Chicka.

***

Arken pergi menuju sebuah tempat yang sunyi. Dia pergi ke Puncak, menyewa Villa. Dan sepertinya ingin bermalam disana.

Drtt..drtt

Ponsel Arken bergetar, tertulis nama Chicka disana.

"Halo?" Jawab Arken malas

"Kartu kredit aku mana? Kamu ambil ya?!"

"Enggak, udah ya aku mau sendiri. Jangan ganggu" belum sempat Chicka menjawab telepon sudah dimatikan sepihak oleh Arken.

Tak lama kemudian ponselnya bergetar lagi.

"Vanisa?" Ujar Arken terkejut karena Vanisa mengiriminya sebuah pesan lagi.

Vanisa : lo dimana? Jgn trllu seneng sama selingkuhan lo ntr sampe lupa buat hadir ke pengadilan.

Tak berniat membalas pesan dari Vanisa, Arken justru mematikan ponselnya.

"Sial. Secepat ini? Ah terserah. Vanisa sayang, kamu nggak akan bisa cerai dari aku. NGGAKK AKANN!!" Arken berteriak kencang didalam Villa itu, seperti tidak perduli seberapa kencang suara yang ia keluarkan.

"Nggak, nggak akan cerai. Nggak akan nggak akan nggak akan" ujar Arken berulang-ulang.

***

Double post nih... hmm, pokoknya hrs vote komen and follow ya, baru bakal lanjut lagi hehe

PELAKOR (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang