Salma berjalan dengan terburu – buru di koridor kampusnya sambil membawa setumpuk tugas yang di berikan oleh Dosennya beberapa hari yang lalu. Sesampainya di depan sebuah pintu yang tedapat tulisan "RUANG DOSEN" Salma langsung membuka pintu tersebut dan menghampiri dosen yang dia cari.

"siang pak, ini tugas saya yang kemarin"

Dosen berkumis tipis itu langsung mengambil alih tugas tersebut dari tangan salma dan mengecek tugas tersebut satu persatu.

"ok, tugas kamu benar semua. Sekarang kamu boleh pulang"

Salma yang mendengar ucapan dosen tersebut langsung tersenyum dan keluar dari ruangan tersebut. Baru beberapa langkah Salma keluar dari ruang dosen, ia malah menabrak seseorang dan membuat buku yang orang itu bawa terjatuh.

"sorry"

Salma mengambil buku milik orang tersebut, belum sempat ia memberikan buku tersebut kepada pemiliknya ia menjatuhkan lagi buku terebut. Tubuhnya menegang seketikan melihat orang yang ada di hadapannya saat ini.

Ketika Salma hendak pergi meninggalkan pria tersebut, pria tersebut menarik tangan Salma dan langsung di tepis oleh Salma

"don'n touch me"

Salma masih diam. Ia amat sangat tidak ingin melihat wajah pria yang ada di hadapannya sekarang

"aku mau jelasin semuanya ke kamu"

Ucap pria itu dengan nada yang lirih. Salma merasa sangat sesak ketika mendengar suara berat itu. Salma tidak berani menatap mata coklat itu lagi.

"please, dengerin penjelasan aku. Setelah kamu dengerin semua penjelasan aku, kamu bebas mau menjauh dari aku atau ngak. Yang jelas aku pengen ngejelasin semuanya ke kamu"

Salma yang mendengar ucapan pria yang ada di depannya hanya diam tanpa meresponnya. Entah mengapa hatinya terasa teriris ketika mendengar permohonan pria itu.

Akhirnya Salma meng-iyakan ajakan pria tersebut. Mereka duduk di salah satu Cafe yang dulu menjadi tempat yang paling sering mereka datangi.

Pria tersebut langsung melambaikan tangannya untuk memanggil seorang pelayan "ada yang bisa saya bantu?"

"kamu mau pesen apa?"

"kopi hitam tanpa gula"

"hot Chocolate satu kopi hitam tanpa gula satu"

Setelah mendengar pesanan yang di pesan oleh Pria yang ada di depan Salma, pelayan itu langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Mereka tidak membuka suara sama sekali, mereka asik dengan fikiran mereka masing – masing sampai seorang pelayan mengantarkan pesanan ke meja mereka.

"lo mau ngomong apa, Ro?"

Pria yang ada di hadapan Salma saat ini adalah Alvaro, tepatnya Alvaro Nugroho. Orang yang berhasil mengobrak – abrik kehidupan Salma dan membuat kehidupan Salma menjadi hancur dan berantakan.

"maaf"

Ucapnya dengan nada yang lirih. Sedangkan Salma hanya diam mendengar pernyataan maaf yang dilontarkan oleh Alvaro

"maaf karna aku udah ninggalin kamu"

"aku ngak ada niatan sama sekali buat ninggalin kamu. Waktu itu aku harus pergi ke amerika karena mamah nyuruh aku pergi ke sana. Aku udah mohon ke mama biar aku ngk pergi ke sana, tapi mamah tetep maksa aku untuk pergi ke sana"

"selesai kuliah nanti aku harus ngurus perusahaan papah yang ada di Amerika. Kamu jaga diri baik – baik. Jangan sampai kamu terluka lagi untuk kedua kalinya, dan maaf semuanya. aku akan tetap sayang dan cinta sama kamu, karna kamu adalah satu satunya tempat aku untuk kembali"

Salma yang mendengar ucapan Alvaro hanya diam tepaku. Ia tidak berani menatap mata elang itu. Ia takut pertahanan yang sudah ia buat runtuh seketika hanya karena Alvaro.

Hatinya benar – benar hancur sekarang. Dari lubuk hatinya yang paling dalam ia masih sangat mencintai Alvaro, tapi hati kecilnya selalu saja kalah dengan egonya.

Alvaro mengambil sesuatu dari tasnya dan memberikannya ke Salma

"aku ngak maksa buat kamu dateng ke acara pertunangan aku, na. Tapi aku berharap kamu bisa dateng"

Setelah memberikan undangan tersebut, Alvaro langsung pergi meninggalkan Salma sendiri.

Salma melihat nama yang tertera di undangan tersebut langsung menagis. Pertahanannya benar – benar runtuh sekarang. Air matanya mulai jatuh membasahi pipinya.

Untuk kedua kalinya, hatinya terluka. Luka yang kemarin belum kering dan sekarang luka itu bertambah. Luka di hatinya kini semakin melebar. Semakin ia ingin melupakan Alvaro, semakin sulit ia untuk melupakannya.

Entah mengapa hatinya sangat mencelos ketika melihat 2 nama yang tertera di undangan tersebut.

Alvaro Nugrogo dan Elea Marquel

Salma meremas undangan yang ada di tangannya. Bagaimana bisa dengan mudahnya Alvaro melupakan semua kenangannya bersama Salma. Semua kenangan yang sampai saat ini masih terpampang jelas di fikiran Salma.

"kenapa dengan mudahnya lo ngelupain semuanya, sedangkan gue disini masih kebayang dengan semua perlakuan manis yang lo kasih ke gue"

Salma semakin terisak. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Hatinya kini semakin hancur. Ibarat kaca yang telah retak, kini hatinya bukan hanya sudah retak melainkan hancur berkeping – keping.

"gue belum bisa ngelepas lo, Ro"

-*****-


The PastWhere stories live. Discover now