Salma berjalan di tengah gelapnya malam dengan kedua tangan yang membawa heels yang tidak dia pakai. Malam ini langit sangat gelap dan sepi. Tidak ada bintang dan bulan yang menemani, yang ada hanya awan mendung yang mungkin sebentar lagi akan menjatuhkan tetesan – tetesan air yang akan membasahi tubuh mungil Salma.

Setetes air mata lolos dari kelopak matanya. Untuk ke sekian kalinya Salma menangisi pria yang tidak akan pernah bisa ia genggam. Salma tidak menangis di depan Alvaro karena ia tidak ingin membuat pria itu semakin merasa bersalah karena dirinya.

Bayang – bayang masa lalu selalu saja berputar di dalam otaknya. Sikap – sikap manis yang Alvaro berikan kepadanya, Lelucon – lelucon Alvaro yang selalu membuat ia tertawa, bahkan ia masih ingat jelas wajah Alvaro ketika sedang mengkhawatirkan dirinya. Semuanya masih terpampang jelas di fikirannya.

Gerimis mulai turun dari langit yang lama kelamaan menjadi hujan yang deras yang disertai suara guntur yang cukup kencang. Salma tak berniat sedikitpun untuk berteduh. Ia tetap saja berjalan tanpa menghiraukan derasnya hujan.

Salma terus saja berjalan tanpa tentu arah. Sampai – sampai ia tidak megetahui dari arah kanannya sebuah mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan di atas rata – rata. Belum sempat mobil itu berhenti, mobil itu sudah menabrak Salma dan pengemudi mobil itu pergi tanpa bertanggung jawab sedikitpun.

Kepala Salma mengeluarkan banyak sekali darah. Ia terpental beberapa meter dari tempat tadi ia berdiri. Darah yang keluar dari kepala Salma semakin lama semakin banyak

"Varo..." ucapnya dengan nada yang sangat lirih

Salma tidak bisa melihat apapun yang ada di depannya, pandangannya buyar dan sampai akhirnya semuanya berubah menjadi gelap.

-*****-

Alvaro terus saja gelisah dan mondar – mandir di koridor rumah sakit. Ia menunggu seorang gadis yang sedang mempertaruhkan nyawanya di dalam ruang UGD. Ia sangat frustasi dan kacau saat ini. Ia sangat takut kehilangan gadis yang ada di dalam sana. Ia tidak mau kehilangan Salma.

Ia duduk di kursi rumah sakit yang sudah di sediakan di luar ruang UGD

"lo bodoh Ro! Lo bodoh!"

Ia sangat frustasi sekarang. Ia menyesal kerana telah meinggalkan Salma selama ini. Mungkin kalau saja ia tidak mengikuti mama nya, sekarang Salma tidak mungkin sampai masuk rumah sakit.

"LO BODOH!"

"LO EMANG BODOH, BASTARD!"

Aldi menarik kerah baju Alvaro dan langusung memukul wajah dan perut Alvaro secara brutal

"LO ITU COWOK BRENGSEK!"

Alvaro hanya diam ketika mendapatkan pukulan dari sahabatnya itu. Ia tidak berniat sedikitpun untuk melawannya. ia memang pantas mendapatkan pukulan dari Aldi.

"GUE MASIH TERIMA KETIKA LO NINGGALIN SALMA BEGITU AJA! TAPI GUE NGAK TERIMA GARA – GARA LO CEWEK YANG SELAMA INI UDAH GUE LINDUNGIN MATI – MATIAN TERBARING LEMAH DI RUANG UGD!"
satu pukulan mendarat mulus untuk ke sekian kalinya di wajah Alvaro. Ia tetap saja diam, wajahnya sudah penuh dengan memar dan sudut bibirnya yang mengeluarkan banyak darah karena pukulan yang Aldi berikan kepadanya.

"KENAPA LO DIEM AJA?! NGAK PUNYA MULUT LO?!"

"LO NGAK PUAS UDAH BIKIN SALMA TERPURUK SELAMA DUA TAHU KARENA LO NINGGALIN DIA GITU AJA TANPA KABAR!. SALMA YANG SETIAP MALAM DUDUK DI BALKON KAMARNYA, BERHARAP LO DATENG LAGI KE KEHIDUPANNYA DAN SETELAH LO DATENG LAGI KE KEHIDUPANNYA, LO MALAH BIKIN DIA MASUK RUANG UGD! LO NGAK PUAS?!"

Alvaro yang mendengar pernyataan Aldi merasa tertampar secara halus. Sebesar itukah perjuangan Salma untuk menunggu cowok brengsek seperti dirinya?

Aldi melepaskan cengkraman tangannya yang ada di kerah baju Alvaro dan langsung terduduk lemas di bangku rumah sakit

"lo ngak pernah tahu Ro! Lo ngak pernah tau seberapa berharganya lo di hati Salma. Lo yang jelas – jelas udah ninggalin dia, tapi dia tetap nunggu lo sampai lo balik. Lo ngak tahu sehancur apa hati Salma ketika lo ngasih undangan pertunangan lo di cafe sore itu, Ro"

Aldi menundukkan kepalanya dan menahan air mata yang sudah tak bisa terbendung di kelopak matanya.

"lo beruntung Ro karena Salma sayang banget sama lo walaupun lo udah ninggalin dia gitu aja. Sedangkan gue? Dia Cuma nganggep gue sebatas sahabat, Ro. Gue emang pacaran sama dia, tapi gue tahu ngak akan pernah ada yang bisa gantiin lo di hati dia, Ro" ucap nya dengan suara yang sangat lirih

"Gue yang selalu ngejaga dia mati – matian, gue yang selalu berusaha buat dia ceria lagi kayak dulu, dan gua juga yang selalu jadi sandaran dia ketika lo dengan gampangnya menorehkan luka dihatinya, Ro!. Tapi dia ngak pernah anggap gue lebih dari sekedar sahabat!"

Setetes air mata lolos dari kelopak mata Aldi, dan untuk pertama kalinya Alvaro melihat Aldi menangis di depannya. Ia menatap tubuh sahabatnya itu bergetar.

"sejahat itukah gue?"

Setelah Aldi mengucapkan kalimat terakhirnya, semuanya seketika menjadi hening. Alvaro dengan fikirannya yang kacau karena memikirkan kebodohannya yang telah ia lakukan, dan Aldi yang sedang berusaha menyatukan kepingan – kepingan hatinya yang hancur.

Setelah menunggu hampir 2 jam, pintu ruang UGD itu terbuka dan seorang dokter keluar dari ruangan tersebut

"gimana dok keadaan sahabat saya?"

"pasien mengalami koma karena kahabisan darah yang cukup banya yang diakibatkan oleh kebocoran yang ada di kepalanya"

Aldi hanya menundukkan kepalanya sedangkan Alvaro hanya diam mematung menndengar ucapan sang dokter

"tapi sahabat saya pasti selamat kan dok?"

Dokter tersebut menghembuskan nafasnya berat sambil memegang pundak Aldi

"kemungkinan pasien selamat hanya sedikit. Kita berdoa saja agar keajaiban tuhan datang dan pasien bisa secepatnya sadar"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, sang dokter langsung pergi meninggalkan Aldi. Aldi langsung masuk ke ruang UGD tersebut. Ia menatap nanar Salma yang sedang terbaring lemah di bangkar serta alat – alat yang menempel di tubuhnya.

Aldi menarik kursi yang ada di samping bangkar dan duduk di bangku tersebut. Aldi langsung meraih tangan tangan Salma dan memegangnya erat. Ia bisa merasakan betapa dingin dan kakunya tangan yang saat ini sedang ia pegang erat.

Setetes air mata lolos dari kelopak mata Aldi. Untuk pertama kalinya Aldi meneteskan air matanya di depan Salma. Ia benar – benar takut kehilangan gadis yang sudah berhasil mengambil hatinya ini. Ia tidak mau kehilangan Salma.

"Sal bangun!.lo harus kuat Sal!"

Aldi mencium tangan yang ada di genggamannya itu. Ia bingung harus berbuat apa, fikirannya sudah buyar ia sudah tidak bisa lagi berfikir jernih.

"please, jangan bikin gue khawatir, Sal. Pasti kalo misalkan lo sadar, lo bakal ketawa dan ngejek gue karena gue nangis di depan lo, Sal. Lo harus bangun Sal!"

Suara Aldi semakin bergetar, ia lebih baik melihat Salma yang selalu memarahinya habis habisan dibandingkan harus melihat Salma terbaring lemas di bangkar rumah sakit.

Sedangkan di luar ruangan, Alvaro masih mencoba mencerna perkataan – perkataan yang keluar dari mulut Aldi.

"LO EMANG COWOK BRENGSEK, RO! LO BRENGSEK!"

-*****- 

The PastWhere stories live. Discover now