Dua orang pria menatap dengan tatapan kosong ke arah gundukan yang tanahnya masih basah dan bertaburkan bunga yang masih segar. Dua pria itu saling diam tanpa membuka suara satu sama lain.
Salah satu dari mereka berlutut di samping gundukan tanah tersebut. Tangannya terulur dan mencengkram erat tanah yang ada di genggamannya. Pria tersebut sangat terpukul. Luka lama yang belum sepenuhnya sembuh sudah bertambah lagi. Tapi kali ini lukanya lebih parah.
"kalo lo baru nyesel sekarang, lo telat Ro. Salma udah pergi dan dia ngak akan pernah bisa balik lagi buat ngedengerin semua permintaan maaf lo"
Pria itu semakin mencengkram erat yang ada di genggamannya. Menyesal? Ya dia benar – benar menyesal karena sudah menyia – nyiakan gadis setulus Salma. Minta maaf? Luka yang ia goreskan di hati gadis itu terlalu lebar dan dalam untuk bisa di maafkan.
"lo tuh cowok brengsek yang nyia – nyiain cewek setulus Salma. Lo ngak tau seberapa besar pengaruh lo di hidup dia"
"mungkin lo fikir selama ini Salma bakalan benci sama lo karena lo ninggalin dia gitu aja, tapi sayangnya ngak segampang itu Salma membenci seseorang yang bahkan udah bikin dia sakit hati. Dia selalu berharap bisa balik lagi ke pelukan lo, Ro"
Ucapan yang keluar dari mulut sahabatnya itu bagaikan sebuah tamparan keras yang bahkan menambah luka yang ada di hatinya. Ia benar – benar merasa bodoh karena telah menyia – nyiakan gadis setulus Salma.
Aldi berjalan beberapa langkah menghampiri sahabatnya yang sedang meratapi penyesalannya. "ngak guna lo nangis dan nyalahin diri lo sendiri, semua udah terjadi dan Salma ngak akan pernah bisa bangun lagi"
Aldi merogoh saku celananya. Ia memberikan beberapa lembar kertas berwarna tosca yang ada di tangannya ke arah Alvaro. "ini punya Salma, dan gue fikir lo harus tau semuanya"
Setelah menyerahkan beberapa lembar kertas itu Aldi langsung pergi meninggalkan Alvaro yang masih berlutut di samping gundukan tanah tersebut.
Alvaro menatap kosong ke arah kertas berwarna tosca yang ada di tangan kanannya. Ia masih sangat ingat warna kertas itu. Kertas yang dulu ia berikan kepada Salma agar gadis tersebut bisa menulis semua hal yang tidak bisa ia ucapkan dengan kata – kata.
Dia mulai membuka lembar pertama kertas tersebut
Di hari itu aku bertemu dengan dia
Dia pria yang berhasil membuat hati ku berdebar - debar ketika aku menatap mata elangnya
Wajahnya lumayan tampan dan manis
Dan mulai hari itu aku mulai dekat dengan dirinya
Pria itu adalah Varo
Lebih tepatnya Alvaro Nugroho
Alvaro tersenyum sekilas setelah membaca lembaran pertama dari lembaran – lembaran kertas tersebut. Lalu ia membuka lembaran kertas yang ada di bawahnya
Untuk pertama kalinya
Aku merasakan debaran aneh ketika aku berdekatan dengan dirinya
Aku merasa amat sangat gugup ketika ia meraih tangan ku lalu menggenggamnya erat
Dan aku juga merasa amat sangat gugup ketika ia mencoba untuk menatap manik mataku dengan mata elangnya yang terlihat tajam namun terasa teduh
Ia mengingat kembali bagaimana wajah gugup Salma ketika untuk pertama kalinya ia mencoba untuk menatap manik mata indah gadis itu. Wajahnya saat itu sangat lucu dan menggemaskan.
Hari ini dia mengajakku berkencan
Ia mengajakku makan malam bersama
Aku rasa ia sangat tampan hari ini
Garis wajahnya yang tegas
Wajahnya yang tampan
Serta senyumannya yang manis
Aku tidak menyangka bahwa....
Dia menembakku hari ini!!!
Dia berlutut di hadapanku
Lalu ia mengeluarkan setangkai mawar putih dari balik punggungnya sambil tersenyum manis
Dan untuk pertama kalinya, aku merasakan apa itu cinta
Alvaro hanya tersenyum miris mengingat semua kejadian – kejadian manis yang ia lakukan dengan gadis itu. Lukanya semakin bertambah, tapi tidak ada lagi air mata yang lolos dari kelopak matanya.
Kini,
Dia adalah penyebab dari setiap senyum yang terukir indah di wajah ku
Ia adalah alasan ku untuk mengukir sebuah senyuman indah di setiap harinya
Dia berjanji kepadaku,
Dia tidak akan pergi dari kehidupan ku
Dan aku berharap,
Dia bisa menepati janjinya itu
"dan gue ngak bisa nepatin janji gue untuk selalu ada di samping lo, Na"
Untuk pertama kalinya,
Dia mengingkari janji yang ia ucapkan sendiri
Ia pergi entah kemana
Bagaikan bayangan yang hilang ditelan malam
Kini dia hilang
Ia pergi membawa semua kenangan – kenangan manis dan janji – janji manis yang ia berikan kepada ku
"dan sekarang gue udah kembali Na, kembali untuk lo"
Tepat dua tahun ia menghilang
Dan tiba – tiba dia datang lagi bagaikan angin yang berhembus di tengah gelapnya malam
Rindu yang selama ini terpendam kini sudah terbalas
Namun luka yang aku tanggung pun semakin bertambah
Luka yang belum sembuh kini semakin melebar
Pertahanan yang telah ku buat selama dua tahun,
Kini telah roboh
Dinding pertahannan itu roboh dan hancur berkeping – keping dalam sekejap
Dia adalah alasan mengapa aku membuat dinding pertahanan itu dengan sekokoh mungkin
dan dia juga yang telah berhasil menghancurkan dinding pertahanan yang kokoh itu
untuk kesekian kalinya, hatinya terasa hancur benkeping – keping ketika membaca tulisan rapih nan cantik itu. Ia memang pria brengsek yang telah membuat Salma merasakan apa itu sakit hati. Ia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.
"maafin gue Na, maafin gue"
Dia benar – benar merasa menyesal. Ia benar – benar menyesal telah meninggalkan Salma begitu saja selama dua tahun tanpa memberikan sedikitpun kabar kepada gadis itu.
Memang benar kata orang, penyesalan itu selalu datang di akhir dan sekarang pria itu sedang merasakan apa yang orang – orang bilang.
Jika masih bisa memilih, ia akan memilih untuk melihat gadis yang ia cintai itu berada di pelukan orang lain dibandingkan harus melihat gadis itu berada di pelukan bumi untuk selamanya.
Tapi semua penyesalan yang ia rasakan saat ini sia – sia. Gadisnya kini telah terkubur dan dipeluk oleh bumi.
Kini semuanya telah berakhir. Kisah antara dua anak manusia yang saling mencintai itu kini sudah berakhir. Semua yang datang membawa kebahagiaan pada akhirnya akan pergi meninggalkan luka yang membekas dan sulit untuk di sembuhkan.
"nama lo akan selalu ada di hati gue Na. Ngak akan ada yang bisa gantiin posisi lo di hati gue, Salma Adriana"
YOU ARE READING
The Past
Short Storyketika luka yang belum sembuh bertambah lagi dengan luka baru, serta penyesalan selalu datang di akhir cerita