Seorang pria berpostur tegap dan menggunakan hoddie merah memasuki sebuah Cafe dan menghampiri seorang gadis blasteran yang sedang duduk di pojok Cafe yang ditemani dengan secangkir Hot Chocolate di mejanya.

Pria tersebut langsung menarik kursi yang ada di hadapan gadis tersebut dan duduk. Hening. Itulah yang terjadi saat ini. Dua anak manusia itu tidak ada yang membuka suara satu sama lain. Mereka masih sibuk dengan fikiran mereka masing – masing.

"aku mau ngomong sesuatu sama kamu" gadis itu memecah keheningan yang terjadi di antara mereka.

"apa?"

Gadis bernama Lea itu menghela nafasnya berat. Ia melepas cicin yang bertengger cantik di jari manisnya lalu meraih tangan kekar Varo.

"aku mau hubungan kita cukup sampai sini aja. Aku ngak bisa melanjutkan semua ini"

Alvaro bingung dengan ucapan yang keluar dari mulut Lea. Maksudnya apa? Pernikahannya dibatalkan?

"maksudnya?"

Gadis yang ada di hadapan Alvaro hanya tersenyum lalu menggenggam tangan dingin Alvaro

"aku mau batalin semua planing yang udah di rencanain sama keluarga kita"

"kenapa?"

Lea hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum masih tercetak jelas di wajah cantiknya. Alvaro tau arti senyuman itu. Senyum kekecewaan.

"aku pengen hidup kamu bahagia, Ro. dan aku tau kamu ngak mendapatkan sedikitpun kebahagiaan selama kamu menjalin hubungan sama aku"

Alvaro hanya diam sambil menatap manik mata gadis yang ada di hadapannya. yang pertama kali ia lihat dari mata itu hanya satu, sorot kesedihan dan kekecewaan.

"aku mau kamu kejar kebahagiaan kamu"

"aku bahagia sama kamu"

Lea menggelengkan kepalanya pelan mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Alvaro. Ia tau betul bahwa sebenarnya tidak ada celah sedikitpun di hati Varo untuk dirinya. Hanya satu nama gadis yang ada di hati Alvaro saat ini, dan dia tau siapa gadis itu.

Lea melepas tangannya yang sedari tadi menggenggam erat tangan dingin Alvaro

"kamu ikutin kata hati kamu sebelum kamu menyesal"

"kejar kebahagiaan kamu Ro, sebelum semuanya terlambat dan kamu menyesal untuk selamanya"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Lea langsung pergi meninggalkan Alvaro yang masih diam membeku di tempatnya. Ia bingung harus bagaimana, hatinya sudah terlanjur mati.

"dan gue ngak akan pernah bisa dapetin kebahagiaan gue lagi"

Alvaro menatap kosong ke arah cincin berlian yang sudah ada di tangan kanannya. fikirannya sudah tidak bisa berfikir jernih. Semuanya buram. Bagaimana bisa ia mengikuti kata hatinya sedangkan hatinya saja sudah terlanjur beku?

-*****- 

The PastWhere stories live. Discover now