Melupakan Kata; Dua

84 4 0
                                    

“Sungguh memalukan!”

Kini pak Basuki sedang berada diatas mimbar sembari menatap tajam murid-muridnya yang berbaris di lapangan upacara. Ada satu barisan yang berbeda dari lainnya, yaitu barisan para anak-anak yang kabur keluar sekolah namun aksinya masih dapat digagalkan alias berhasil tertangkap. Sisanya berbaris normal sesuai kelasnya masing-masing.

“Saya tidak habis pikir dengan kalian semua, diperintahkan untuk belajar sendiri dikelas masing-masing malah buyar semua. Nihil, satu atau dua anak pun tidak tersisa didalam kelas, rata-rata jajan ke kantin semua. Apalagi ini nih, barisan anak-anak yang berusaha kabur. Sudah melakukan kesalahan, bukannya mengakuinya malah kabur.”

Kepala sekolah SMA Nusa Bangsa itu sepertinya sedang kalap dalam emosinya. Sudah kecewa atas tindakan para murid, malu dengan warga yang melihat aksi kabur-kaburan tadi dan hal yang lainnya.

“Coba kalian lihat teman-teman OSIS ini. Bisa dijadikan panutan sebagai contoh. Kok tetap saja anak rajin yang itu saja, anak yang bikin ulah ya yang itu-itu aja. Tidak ada kemajuan!"

Ucapan pak Basuki yang kali ini sepertinya sedikit membuat beberapa murid salah paham bahkan tersinggung.

“OSIS aja terus yang dibanggain, dari jaman baheula OSIS! OSIS! OSIS! terus yang diandelin.”

Shenna yang mendengar hal itu sebenarnya sedikit setuju sampai batasan tertentu. Sekarang semua anggota OSIS sedang disebar, ada yang menjaga di belakang barisan, ada yang menjaga disetiap kelas ada juga yang di halaman belakang sekolah.

“Sebenarnya kalo misal gue tadi nggak di panggil kak Hafis buat rapat OSIS, bisa jadi gue juga termasuk masyarakat yang jajan ke kantin.”

•••

Suara rintikan hujan diluar kelas masih cukup keras, kini Shenna sedang di dalam kelasnya, tenggelam dalam suasana kisah novel yang sedang dibacanya dengan headset menempel di telinganya sedang mengalunkan sebuah lagu.

Sebenarnya para murid-murid disuruh untuk belajar sendiri dikelas karena para guru ada rapat dadakan, Tapi nihil, bahkan dikelas Shenna yang kelas IPA saja beberapa anaknya sudah banyak yang keluar untuk jajan dikantin, main bola dilapangan basket atau sekedar berbincang diluar kelas.

Intinya tidak ada yang belajar di kelas.

“BACA BUKU MULU NENG, NGANTIN YUK!”

Suara gaduh Valda membuyarkan konsentrasi Shenna yang sedang membaca buku. Pandangannya teralihkan pada keempat temannya yang melangkah mendekat sekedar untuk mengajak ke kantin.

“Kuy lah, bosen gue.” Shenna menutup novel lantas menaruhnya dikolong bangku dan bergegas keluar kelas bersama keempat kawan mainnya.

“Jajan apa nih ya enaknyaaa." ujar Aretha yang mengundang ricuh teman-temannya atas hawa nafsu makan mereka.

“Adem-adem gini soto angetnya Bu Nik enak banget nih,”

“Ih bakso lah bakso, baksonya Bu Mina enak, hangat.”

“Mie kuah nya Mbok Di mantep nih.”

“Shenna!” ditengah gaduhnya Shenna dan kawan-kawan memilih makanan ada satu suara membuyarkannya. Suara sang ketua OSIS, Hafis yang memanggil Shenna. Otomatis langkah Shenna dan keempat temannya terhenti dan keseluruhan menoleh ke arah asal suara.

“Shen, rapat OSIS ya, ngelanjutin rapat yang kemarin, sekalian nih mumpung jamkos. Lo ke ruang OSIS sekarang, buruan, gue mau nyari anak OSIS yang lain dulu.” setelah mengucapkan serentetan kalimat perintah tersebut Hafis langsung bergegas melangkah pergi tanpa memberi ruang Shenna berucap. Shenna menoleh ke arah teman-temannya yang pasti mendengar ucapan Hafis.

“Ya udah, Shen, lo rapat dulu aja, ntar kalau masih sempet susulin aja ke kantin. oke?” ucap Ayana memaklumi.

Shenna mengangguk pelan lalu berpisah dari para temannya menuju ruang OSIS. Tanggungan normal anggota OSIS.

“Jadi kalau emang kepepet keadaannya ya udah gi--” ucapan Hafis yang sedang menjelaskan materi harus terpotong karena ada ketukan pintu diruang OSIS. Lalu masuk seorang pria yang bila ditaksir berusia hampir setengah abad.

“Maaf mengganggu, saya mau minta tolong beberapa anak OSIS keluar bantu saya dan guru-guru yang lain, sepertinya murid-murid ada yang lari ke kantin. Tolong delapan anak disebar ya.”

Akhirnya dipilihlah delapan anak secara acak untuk disebar dan Shenna termasuk menyebar ke arah kantin.

•••

tertanda

sudutharapan

Melupakan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang