Melupakan Kata; Enam

55 4 0
                                    

“Buruan kali, Ay, nulisnya. Jam pelajaran pertama gue Bu Ria. Pake acara salah halaman lagi sih lo, ah.” Sedari tadi Aretha sibuk merutuk dan merengek pada Ayana yang juga nampak repot menarikan bolpoinnya diatas buku pr bahasa inggrisnya.

Aretha, Ayana, Valda, Shenna, dan Dania sedang berkumpul di kelas Ayana. Kelas 11 IPA 3. Meskipun masih cukup pagi, Ayana sedang merugi sekarang. Ia lupa kalau ada pr bahasa inggris yang harus dikumpulkan hari ini, akhirnya semalaman dia mengerjakannya. Tapi sialnya, yang dikerjakannya pun salah dari halaman yang seharusnya dikumpulkan. Alhasil semalam ia mencontact Aretha yang kebetulan sudah mengerjakannya dan meminta untuk membawakannya pagi ini.

“Iya-iyaaaa. Nih gue balikin nih, kelar gue udahan. Thanks ya, Tha, hehe.” Ujar Ayana cengar-cengir.

Btw, Shen, gimana lo semalam?” tanya Valda pada Shenna tiba-tiba disaat semua mulai fokus bermain pada ponselnya masing-masing dan langsung mendapat jawaban dari Shenna, “Oh itu, udah kok. Makasih ya, Val,”

“Kemarin kalian habis ngapain emang?” Dania mewakili rasa heran dari dirinya, Ayana, dan Aretha yang kini keadaannya mereka sedang tidak tau apa-apa.

Shenna menarik napasnya pelan, “mumpung masih sepi nih, gue ceritain ya ke kalian.” Shenna mulai mengambil posisi untuk menarikan lidahnya menceritakan kejadian kemarin.

“Singkatnya, kemarin kan gue pulang telat gara-gara rapat OSIS. Nah, jalan yang biasanya gue lewati buat nyari taksi itu lagi rame ada kecelakaan terpaksa gue lewat jalan satunya gara-gara gue pengen keburu balik ke rumah. Pas gue lewat, parah, semua warung udah tutup tinggal warung depan sekolah yang isinya rata-rata anak laki-laki. Ditengah-tengah warung sepi tiba-tiba ada dua om-om jelek gendut gaya preman gitu gatau mau nyulik gue atau ngerampok gak tahu deh gue pokoknya mereka tiba-tiba godain gue gitu, refleks dong gue teriak minta tolong.” Shenna menjeda sejenak ceritanya.

“Eh, tiba-tiba ada yang nolongin gue, Kalfin sih namanya, gak tahu anak apa pokoknya sekolahnya sih disini tapi gue nggak kenal. Dia nolongin gue terus tangan kanannya gak sengaja kena pisau preman untung ada 2 temennya bantuin akhirnya gue ke rumah sakit dulu. Karena gue nggak ngerti urusan administrasi, gue minta Valda dateng ke rs taunya dia sama nggak taunya sama gue. Tapi akhirnya sih diurus sama temennya Kalfin. Gak tau deh si Dito apa si Ardi, lupa gue.” Shenna menutup dongengnya. Terlihat dari ekspresi temannya banyak yang ingin mereka tanyakan.

“Lo nggak kenal sama Kalfin, Shen? Serius? Parah lo.” tanya Aretha sedikit tidak yakin yang mendapat anggukan dari Shenna. “Valda juga nggak kenal kok.” protes Shenna.

“Kalian berdua sih emang, kurang bersosialisasi. Kayak orang anti sosial lu berdua lama-lama. Udah tahun kedua di SMA sini masih aja nggak kenal sama mereka.” bantah Diana.

“Lah, kok malah dibilang ansos? emang Kalfin siapa sih? lagian ini sekolah penduduknya bukan cuma itu anak doang ya.” giliran Valda yang mengajukan protes.

“Nih ya, Kalfin, Dito, sama Ardi itu anak kelas 11 IPS 2. Akhir-akhir menjelang kenaikan kelas kemarin mereka sering banyak diomongin orang satu sekolah gara-gara awalnya mereka keliatan kayak orang kalem gitu tahunya akhir semester berandalnya keluar. Tapi biasanya sih ada 4, yang satunya Dean. Emang Deannya nggak ada?” jelas Ayana yang diakhiri pertanyaannya.

Shenna mengangkat bahunya acuh, “Mana gue tau lah, Ay. Udah ah, gue mau ke kelas gue dulu. Nanti jam istirahat pertama kumpul dikantin ya. Bai.”

“Shen, buru-buru amat, sih. Masuknya masih lama, elah.” Aretha, Dania, dan Valda menyusul Shenna dari belakang lalu keluar meninggalkan Ayana dikelasnya yang masih cukup sepi.

•••

Sesuai kesepakatan pagi tadi kini Shenna, Ayana, dan Valda tengah duduk disalah satu kantin sekolah. Dengan cemilan ditangan mereka masing-masing. Sedangkan Valda dan Dania sedang ke kamar mandi sebentar.

“Shen, lo harus tau nih, Shen.” tiba-tiba Dania datang dari arah pintu kantin dengan heboh lalu duduk disamping Shenna diikuti Valda yang duduk disamping Aretha. “Tadi gue lewat lapangan basket, kasihan banget dah itu si Kalfin." lanjut Dania.

“Kenapa emang?”

“Itu temen-temennya Kalfin pada lagi main basket rame-rame sama anak kelas lain, si Kalfin cuma duduk doang ngeliatin anak lain pada main. Lo nggak mau ngapain gitu, Shen?” goda Dania.

“Apaan, sih, Dan. Ya namanya orang tangannya lagi sakit masa iya mau lo suruh main basket? Terus gue harus ngapain maksud lo? Ngapain apanya?” Balas Shenna sedikit sensi.

“Iya-iya Shen, pms lo ya. Bercanda gue. Biasalah, tingkat kepedulian gue kan tinggi” ringis Dania saat mendengar nada sewot temannya. “Hidih,” balas Shenna.

•••

tertanda

sudutharapan

Melupakan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang