Part 8

1.4K 63 0
                                    

Beep..

Beep..

Suara mesin EKG (Elektro Kardio Grafi) terdengar sebagai penanda munculnya secercah keajaiban mengembalikan kehidupan Joanne yang hampir direnggut kecelakaan naas.

"Please... please wake up. I love you so much Ann... please... if you love me, you would come back to me, won't you?"

Julius yang larut dalam kesedihannya dan keputasaannya tiba-tiba merasakan ada sentuhan lembut yang menyentuh tangannya. Hampir 1 bulan lebih Joanne tidak sadarkan diri. Dan kini gadis itu telah bangun dari tidurnya.

"Julius..?" Joanne memanggilnya dengan lembut.

"Ann?!! Ann! Kau telah sadar!!" Gadis yang sedang terbaring lemah itu bisa mendengar teriakan Julius disertai air mata kebahagiaan.

"Bisakah kau tolong nyalakan lampunya? Di sini sangat gelap." Tanyanya. Tapi dia bisa merasakan Julius berhenti tersenyum.

"What do you mean Ann? What do you mean by turning on the light, it's already on silly. Dan kau sedang memandangku, gosh apa kau tau seberapa kangennya aku? Aku benar-benar minta ma-," Joanne dapat mendengar suara Julius dengan jelas, tapi kenapa ia tidak bisa melihat pria itu?

"Aku tidak bisa melihatmu... Julius." Beritahunya pada pria yang menjadi lawan bicaranya saat ini.

"Apa maksudmu?" Julius bertanya sembari melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Joanne. Tapi tidak ada respon, tidak berkedip, tidak ada pergerakan dari pupil matanya.

"Julius???" Suara Joanne mulai bergetar seiring dia melepaskan genggaman tangan Julius dan beralih menyentuh kedua matanya.

"Aku tidak bisa melihat Julius, aku takut!!" Teriaknya histeris, beberapa tetes air mata jatuh dari wajah rupawannya.

Julius syok dan langsung menekan tombol merah di atas kepala ranjang agar dokter datang.

"Ya, ada ap-," sebelum dokter bisa mengatakan apa-apa, Julius mendatangi dokter itu dan mengguncang tubuhnya bolak-balik.

"Kenapa Ann tidak bisa melihat apapun?! Apa yang salah dengan penglihatannya? Apa yang terjadi?!?!" Kecemasan bisa terdengar dari suaranya yang membuat Joanne menangis lebih keras.

"Julius... di-dimana?" Dia menyentuh sekitarnya, ingin merasakan Julius di sampingnya.

"Julius aku sangat takut. Apa aku buta?!" Jeritnya tiba-tiba menutup kelopak matanya erat-erat.

"Ini hanya mimpi. Ini hanya mimpi." Gumamnya, ia mulai membentur dahinya ke binkai tempat tidur. Julius segera meletakkan tangannya di tempat di mana Joanne menghantam dahinya. Tidak mau dia terluka.

"Dokter, lakukan sesuatu! Sekarang!" Serunya dan dokter tidak menyia-nyiakan waktu, langsung menyuntikkan obat penenang ke kulitnya, membuatnya sedikit tenang lalu tertidur.

"Aku harus memeriksanya, kelihatannya dia telah kehilangan penglihatannya."

"Dok bisakah Anda berhenti mengatakan hal yang sudah jelas? Bahkan seorang anjing pun bisa mengatakan bahwa dia kehilangan penglihatannya. Katakan saja padaku sesuatu yang aku tidak tau, sialan!" Julius membanting tangannya di atas meja, mengejutkan sang dokter.

"Baiklah, katamu tadi bahwa gadis itu mengalami kecelakaan yang membentur kepalanya kan? Dampaknya telah menyebabkan sistem syarafnya menjadi malfungsi, dengan kata lain, penglihatan matanya, penglihatannya... hilang. Takutnya, tidak ada harapan lagi bagu gadis itu." Dokter itu menjelaskan.

"Apa Anda yakin tidak ada cara satupun?"

"Ada satu, tapi terlalu berisiko. Selain itu, sangat jarang bisa mendapatkan sepasang mata."

25 Mei 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


25 Mei 2018

Hopeless Without You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang