8 : Relieved

231 26 1
                                    


Siapa yang bilang kalau sekolah dikorea itu seperti didrama-drama kebanyakan?

Siapa?

Kesinilah rasakan sendiri. Aila baru bersekolah tiga bulan kurang sedikit tapi rasanya gadis itu benar-benar sudah sangat lelah.

Dibandingkan sekolah di Indonesia, jam belajar sekolah Korea benar-benar sangat panjang. Enam belas jam kalau ditotal, belum lagi ditambah dengan adanya les dan jam tambahan yang lainnya.

Wajar saja jika Aila baru sampai rumah jam satu pagi setiap harinya dan wajar saja jika Aila sudah kedapatan membolos kelas malam lebih dari lima kali dalam kurun waktu yang sedikit ini.

Aila menguap lebar-lebar sambil merenggangkan otot tangannya keatas. Pelajaran aritmatika hari ini benar-benar membosankan, ah tidak tidak, tidak hanya hari ini, hari sebelumnya juga seperti ini.

Cara mengajar yang monoton membuat Aila berkali-kali menguap, kalau boleh bilang Aila sudah belajar pelajaran ini semester lalu. Tapi apa boleh buat, persaingan kelas yang sangat ketat membuat ia mau tak mau ikut jam pelajaran ini.

Disamping Aila, Lee Dongmin tengah sibuk memperhatikan bukunya sambil mendengarkan penjelasan guru.

Tidak terlihat bosan sedikitpun. Manusia porselin ini memang benar-benar sesuatu.

Sampai hari ini Aila bahkan masih tidak habis pikir mengapa cowok super tampan nan pintar ini mau duduk sebangku dengan Aila. Setelah sebelumnya duduk dengan orang lain dimeja paling depan.

Bukan gimana-gimana, Aila sebetulnya agak minder dengan pemuda disampingnya ini, selain tampan dan pintar, pemuda satu ini termasuk dalam 3 besar rangking pararel sekolah.

Sedangkan Aila, mentok mentok paling hanya sampai tiga besar didalam kelas, itu juga kalau gadis itu berlajar mati-matian sampai berdarah-darah. Walaupun faktanya Aila pernah ikut kelas akselerasi—yang Aila tidak tau alasannya sampai sekarang—tetap saja rasa minder itu selalu muncul.

Sekali lagi diliriknya jam didinding kelas, masih tiga puluh lima menit lagi menjelang bel makan siang. Sumpah demi kerang mutiara pengabul doa spongebob, Aila benar-benar sudah tidak kuat lagi.

Pernah tidak merasa mual saat terlalu lama belajar? Itu yang Aila rasakan sekarang. Rasanya Aila ingin menangis, kenapa di Korea harus ada sekolah dihari sabtu.

Aila membentur-benturkan kepalanya di meja, merutuki kebodohannya kenapa meninggalkan handphonenya diruang siaran tadi pagi. Ditambah lagi gadis itu sedang pusing memikirkan nasib siarannya hari ini.

Melihat tingkah Aila, Dongmin mengalihkan fokusnya dari buku, "Wae geurae neo?" tanyanya heran.

Aila menolehkan kepalanya, "I'm so bored and i wanna die," bisik Aila pelan, takut terdengar oleh guru yang sedang mengajar.

Dongmin terkekeh, "Gwiyeopta."

"Ya Dongmin-ah, apa kau tidak mengantuk?" tanya Aila dengan sebelah mata yang masih terbuka.

Beberapa murid dikelas ini sudah menundukkan kepalanya diatas meja, beberapa mungkin sudah benar-benar terlelap.

Sekali lagi Aila menguap. Entah apa lagi yang harus dilakukan oleh gadis itu. Tapi tiba-tiba Dongmin menarik telapak tangan Aila dan menekankan jari jempolnya dengan keras membuat Aila sontak berseru kesakitan.

"Micheosseo?!"

Semua mata langsung menoleh kearahnya termasuk Im ssaem yang tengah menjelaskan dipapan tulis. Dengan isyarat tangan, guru muda itu langsung menyuruh Aila keluar dari kelas. Aila menatap Dongmin yang sekarang tengah terkikik geli dengan tatapan kesal lalu bangkit dari duduknya.

Capella [Hoshi, Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang