19: Melancholy

157 17 2
                                    


Sampai pulang Sooyeon tetap getol meminta Aila ikut menyaksikan showcase dengannya besok setelah akhirnya gadis itu dapat satu slot tambahan dari teman jauhnya sesama fangirl. Walaupun tidak dekat dengan panggung.

Dan Aila kekeh menolak karena waktu mulainya acara sangat mepet dengan jam pulang sekolah. Gadis itu sudah terlalu sering tidak ikut kelas malam. Ayah pasti akan kecewa jika Aila sekali lagi melanggar janjinya. Masa iya Aila dateng masih pake seragam.  Lagipula gadis itu ada kuis keesokan harinya.

Jia berkali kali menarik tangan Sooyeon untuk menghentikan tingkah gila gadis itu karena semua orang memperhatikan mereka bertiga. Dongmin dan Kyungsoo sudah lebih dulu pulang kerumah setelah Aila dengan keras menolak diantar pulang. Karena rumah Dongmin sangat jauh berlawanan arah dengannya.

Sungguh  Aila sejujurnya sangat kagum dengan dedikasi Sooyeon terhadap Kim Mingyu sampai terbang jauh-jauh ke Jepang hanya untuk menyaksikan penampilan mereka yang sangat sebentar. Apalagi setelah kejadian itu.

Maksud Aila, bukankah masih ada penampilan di lain waktu yang dia bisa saksikan dinegara sendiri. Gitu. Paham ga sih. Aila hanya tidak habis pikir.

Jam menunjukkan pukul sembilan lebih sepuluh. Aila akhirnya, setelah sekian lama kembali duduk disini. Didepan mini market dengan Insung Eonnie yang tengah menyantap makan malamnya sambil membaca buku tebal. Menunggu giliran shiftnya.

"Orang itu barusan datang," kata Insung memecah pikiran Aila yang entah berkelana kemana.

"Nuga?"

Tangan Insung membentuk gestur menutupi wajah, membuat Aila langsung paham. Lantas kenapa jika pemuda itu datang? Toh ini tempat umum. Semua orang bisa datang kapan saja. Tidak perlu laporan karena bukan aku pemiliknya. Ha? Apa maksudnya. Aila sudah gila.

"Dia menanyaimu."

Oh kalau ini lain cerita. Tanpa sadar ekpresi wajah Aila berubah ceria.

"Mworae?"

Aila menunggu Insung menelan makanan dimulutnya dengan sabar, "Tidak ada yang spesifik. Sambil membayar minumannya dia bertanya apa kau akan kemari dan aku bilang aku tidak yakin karena kau datang semaumu tanpa jadwal," katanya, dimasukannya lagi sesendok besar kedalam mulutnya.

"Setelah dipikir pikir sudah lama aku tidak melihatnya. Apa dia sering kemari selama aku tidak mampir?"

Insung menggeleng tanpa berkata.

"Hmm...berarti tidak ada yang penting," simpul Aila. Tangannya kemudian merogoh saku roknya, mengeluarkan handphone lalu menaruhnya diatas meja, "Eonni Dongminie jinjja isanghae. Akhir-akhir ini tingkahnya menyebalkan, seperti bukan dirinya. Ah matda...sudah liat mvnya? Hari ini keluar."

"Sudah dan mengejutkan," jawab Insung, "Menyebalkan gimana maksudmu?"

"Geujji. Wah.... Sooyeon sudah hampir gila saat menontonnya tadi. Kupikir aku juga akan begitu sekarang. Aku belum melihatnya dengan benar. Ah nanti saja bahasnya, mungkin karena dia memang menyuruhku untuk fokus belajar saja," balas Aila seraya mengotak-atik handphonenya.

Detik kemudian musik mengalun dan gadis itu tampak fokus. Sesekali gadis itu mendecak kagum, mulutnya membentuk kata ooh tanpa suara.

Insung menatap Aila lama seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan. Tapi diurungkan begitu melihat gadis didepannya tampak sumringah menatap layar handphone.

"Aila apa kau selalu seperti ini?" tanya Insung.

Dipausenya MV itu, mata Aila lantas menatap Insung menyelidik, "Mwogayo?"

Capella [Hoshi, Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang