18: D-day

163 18 1
                                    

Hari comeback tiba.

Jam menunjukkan pukul lima lewat tigapuluh menit waktu korea selatan. Masih ada setengah jam lagi sebelum Music Videonya dirilis.

Dihadapan Aila, Sooyeon sudah tidak bisa diam, gelisah ditempatnya. Sejujurnya Aila tidak habis pikir, energi Sooyeon tidak ada habisnya. Gadis itu baru kembali dari Jepang semalam karena memaksakan diri nonton KCON dan akhirnya ketinggalan pesawat karena sibuk belanja.

Mata Sooyeon terus menerus bolak balik menatap jam dinding dan layar handphonenya bergantian.

Disamping Sooyeon, Jia sibuk dengan laptop, tidak peduli sedikitpun apa yang terjadi sedangkan Dongmin dan Kyungsoo sudah sibuk dengan buku-buku tebal sejak tadi.

Ujian sudah didepan mata, tidak seharusnya mereka bersantai ria.

Dongmin entah yang keberapa kali kembali merelakan les privatnya demi belajar bersama teman-temannya di study cafe—lengkap dengan seragam sekolahnya.

Berkali kali pemuda itu membujuk teman-temannya agar ikut les privatnya, nuna yang mengajarpun tidak keberatan dan ibu Dongmin sudah berjanji untuk menampah upah. Tapi tetap saja, Aila merasa tak enak hati.

"Yang ini gimana caranya?" tanya Kyungsoo seraya menggeser bukunya kearah Dongmin.

Dongmin melirik sekilas kemudian membalik-balik bukunya, "Yeogi...halaman 52 caranya sama persis seperti ini, tinggal diganti angkanya."

"Kalau yang ini?" sahut Aila.

Pemuda itu kembali melihat sekilas sebelum akhirnya mengambil buku lainnya dari dalam tas kemudian memberikannya pada Aila. "Ada halaman dengan post it warna hijau terang, itu caranya," balasnya kemudian kembali sibuk dengan bukunya.

Aila menatap Dongmin tak percaya, apa apaan pemuda ini? Apa dia dapat menyerap semua yang ada didalam buku.

Setelahnya gadis itu membuka buku itu dan mencari post hijau sesuai dengan arahan pemuda itu tadi.

"YAA!! 5 menit lagi," seru Sooyeon sambil memukul pundah Jia keras.

"YAA! Neo mitcheosseo??? Apaaa!" teriak Jia kesal.

Melihat itu Aila tersenyum, setidaknya gadis itu sudah kembali ceria seperti biasanya. Walaupun menyebalkan, Aila lebih memilih Sooyeon yang ini dibanding Sooyeon berhari hari yang lalu. Benar-benar bikin sakit kepala.

"Biarkan saja, setidaknya dia sudah kembali normal," sahut Aila.

"Kau bisa berkata seperti itu karena kau tidak duduk disampingnya!" Balas Jia sewot.

Sooyeon mendadak jadi cacing kepanasan. Gadis itu kembali menepuk bahu Jia, kali ini lebih keras. "Ya unda unda, ya undaa. Aila unda. Palli palli!"

Perlahan melodi mulai terdengar.

Sooyeon tidak peduli dengan sekitar. Gadis itu menyalakan speaker paling maksimal dari handphonenya. Matanya berbinar seketika, seolah telah bertemu air digurun pasir.

Ulgo shipji ana...
Ulgo shipji ana...

Diam diam, Aila ikut mendengarkan. Memperhatikan ekspresi Sooyeon yang kelewat antusias. Bibirnya menyunggingkan senyuman selaras dengan merekahnya senyum Sooyeon.

Saranghaeseo..
Saranghandaneun mari
Bujokhaeseo...
Geu eotteon mareul kkeonaebwado

Neo hanaman akkideon nal dugoseo,
Eodi gan geoni?
Naega shireo eoeo jyeoseo meolli gan geoni

"Eoh Hoshi moksori da!" guman Aila ceria, membuat Dongmin lantas melirik tak suka.

Jangnanchiji ma, geogi itneun geo ara
Natanal geo gata, manyang gidarida
Neol chajagaya dwae chajagaya dwae
jigeum ulmyeon mot bolji moreunikka..

Capella [Hoshi, Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang