Basecamp

79 7 0
                                    

Entah ide gila dari siapa atau mungkin ketiganya terjebak dalam excited yang luar biasa, mereka memutuskan untuk segera berangkat sepulang sekolah. Tidak peduli lelah, Jam 2 siang mereka berangkat dari Solo menuju cemara kandang. Awalnya mereka tergoda untuk memulai pendakian via candi cetho. Tapi Agas menemukan satu artikel yang menuliskan bahwa pendakian lewat candi cetho cukup berbahaya karena kesaksian dari beberapa pendaki, masih terdapat hewan buas disana. Harimau lebih tepatnya. Begitu dalam artikel dijelaskan sehingga mereka memilih cemara kandang menjadi basecamp pendakian pertama mereka.

Sesampainya di basecamp cemara kandang, mereka beristirahat sejenak. Edo mengeluarkan beberapa bekalnya. Dari bekal yang mereka bawa, terlihat jelas bahwa mereka adalah pendaki pemula. Snack, kripik, makanan ringan dan kawan-kawannya. Haha
Mungkin juga mereka kurang teliti dalam membaca mengumpulkan informasi. Terbukti lagi dari bekal air yang mereka bawa hanya sedikit. Terlalu sedikit bahkan untuk pendakian selama 8-10 jam bagi pemula. Dan parahnya lagi, tanpa rasa berdosa mereka minum sebagian airnya pada waktu di basecamp. Iyalah, habis makan snack kan. Pfff...

Jam di tangan Agas menunjukkan pukul 17.30, merasa sudah cukup melepas lelah, mereka berniat untuk segera berangkat memulai pendakian. Dengan pertimbangan keesokan paginya mereka bisa menikmati sunrise di puncak Lawu. Lagi-lagi pertimbangan yang ngawur bagi para pemula.
Ketika mereka mulai membereskan barang-barang dan bawaannya, seorang laki-laki di sudut ruang basecamp yang sejak tadi mengamati mereka bertiga bertanya...

"Mau gas sekarang dek?"
"Iya mas." Jawab Edo
"Cuman bertiga to dek?"
"Iya tu mas"

Ibu pemilik warung dekat basecamp yang mendengar percakapan mereka dengan wajah yang sangat serius langsung menimpali dalam bahasa Jawa

"Ampun cah telu ngger... golek konco. Ora ilok mlaku wong telu"

Yang artinya, jangan bertiga saja nak. Cari teman yang lain. Nggak baik melakukan perjalanan hanya bertiga.
Spontan saja mereka bertiga saling menatap wajah kedua temannya yg lain. Entah apa arti tatapannya. Mungkin mereka baru tersadar dan membenarkan kata-kata ibu pemilik warung. Pendakian pertama dan hanya bertiga memang terlalu nekat. Atau mungkin tatapan untuk saling meyakinkan dan menenangkan, sudah abaikan saja... kita bulatkan tekad dan semangat kita, kita pasti bisa (haghaghag). Atau bisa jadi justru mereka saling balik nanya. "Emang kenapa kalau cuman bertiga?" Bhahaha...

"Itu mitos dek, orang sini memang mempercayai hal seperti itu. Mereka percaya pamali kalau melakukan pendakian dalam jumlah ganjil. Apalagi bertiga. Tapi bagi kami, kami lebih berpikir dari segi safety nya saja. Kalau cuman bertiga, jika terjadi hal yang tidak di inginkan sangat kurang jumlahnya untuk melakukan tindakan pertolongan pertama. Jadi kalau bisa cari barengan aja dek."

Tiba-tiba saja mas-mas disudut ruangan yang ternyata adalah salah satu anggota SAR yang saat itu sedang sedang bertugas di basecamp sudah berada di dekat mereka.
Seketika wajah Agas, Edo, dan Deo berubah. Yang tadinya tampak ber api-api, gagah pemberani, gahar garang siap mendaki tiba-tiba jadi cowok-cowok ABG imut yang biasanya jalan ke mall dan tiba-tiba kehilangan nyali. Hahaha. Mungkin mereka tidak menyangka bahwa pendakian serumit ini. Ini belum dimulai ya mas~

"Bareng kita aja dek, kita berangkat sebentar lagi tunggu temen masih ke kamar mandi."

Seorang gadis berambut pendek seperti memberi sebuah hadiah kejutan buat mereka bertiga. Dengan senang hati mereka kompak menerima tawarannya.
Dan pendakian pun dimulai, berjalan beriringan ber sembilan. Cukup banyak. Hanya saja tidak sepuluh, tidak juga delapan.
Sembilan.

Setapak Kisah Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang