(3)

7.9K 653 10
                                    

Semoga bahagia,
Kuingatkan lagi, jika kamu
telah siap jatuh. Maka,
jangan pernah jenuh
dengan segala sakit yang
akan berteduh.

-Ur

BIRU baru saja datang saat teman-temannya mulai memiringkan ponselnya masing-masing untuk bersiap mabar. Cowok itu duduk di hadapan Arya setelah tangannya dengan iseng menjitak kepala Alan yang tidak berhenti mengeluarkan penghuni kebun binatang dari mulutnya.

"Buset! sakit kambing!"

"Tumben lo bolos, Ar?" tanya Biru tanpa memperdulikan omelan cowok di sebelahnya.

"Pelajaran pertama Pak Rud, males gue, masak yang dibahas peta peta mulu, dia pikir gue dora."

"Biarin aja napa sih, Ru. Si Murid teladan kita lagi butuh hiburan."

Biru menoleh ke sekeliling, di kantin belakang ini memang sering sepi. Saat istirahatpun yang datang rata-rata hanya anak laki-laki, jika ada perempuan paling hanya sekedar mencari seseorang atau ada urusan dengan Bi Ima, pemilik serta pengurus kantin yang letaknya lumayan jauh di belakang sekolah. Meskipun tidak mudah dijangkau, kantin yang satu ini justru menjadi tempat paling nyaman untuk komplotan Biru, mereka sering bolos ditempat ini. Saat telatpun, setelah meloncat pagar bisa langsung berbelok untuk nongkrong disini. Sip.

"Ahh! apa-apaan! gue kalah mulu perasaan." Alan menggebrak meja dengan raut kesal.

"Lo aja yang nggak bisa,"

"Bodo amat, gue ngambek," Alan menoleh pada Biru dan memeluk cowok itu dari samping. "Biru, bantuin dedek dong."

"Jijik banget lo tai."

"Eh, nggak boleh ngomong kasar."

Radit mendongak, "Lo kemarin nganter siapa, Ru?"

Biru mengerutkan alisnya sebentar sebelum akhirnya menggeleng saat tau siapa yang dimaksud Radit. Cowok itu tersenyum ketika Bi Ima berjalan sambil membawakan makanan pesanan Biru seperti biasanya. Ia menoleh pada Radit dan menunjuk Arya yang masih fokus pada ponselnya.

"Tanya Arya tuh,"

"Siapa, Ar?"

"Namanya Venus, temen sekelas gue, gebetannya Langit." Jawab Arya tanpa menoleh sama sekali.

"Langit si tengil?"

"Tikung, Dit. Mumpung masih gebetan, gas aja udah."

Radit membungkam mulut Alan dengan tahu yang sudah ia isi dengan cabai hijau. Alhasil membuat cowok itu mengumpat dan segera berlari mengambil air minum di lemari dingin milik Bi Ima. Radit memang tidak pernah tanggung-tanggung soal menganiaya Alan.

"Cantik nggak, Ar?"

"Siapa? Venus?"

Radit mengangguk sambil kembali menyesap kopinya yang tinggal setengah.

"Cantik, tapi kurang bagus body nya."

Biru hanya diam saat kedua orang itu justru sibuk membahas gadis-gadis lain di sekolah ini yang Biru saja tidak tau siapa mereka. Setelah meminum sekaleng soda yang ia beli, Biru sibuk membalas pesan dari seseorang di seberang sana. Ia mendongak, menatap Arya dan Radit bergantian sebelum akhirnya bangkit.

"Gue keatas dulu,"

"Nanti malem ada acara?"

"Balapan."

"Hadiahnya apa?"

Biru terdiam sebentar sambil memikirkan sesuatu, "Cewek."

"GUE IKUT!"

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang