(23)

4.7K 579 92
                                    

Mencintaimu pernah menjadi
kesalahan terbesarku, tapi
yang aneh, aku malah
mengulanginya sekali lagi.

-Venus
yang masih sayang

"Kamu dikeluarkan dari sekolah ini!"

Apa?

Keluar?

Biru dikeluarin?

Venus tidak bisa bersuara, kata-kata yang ingin ia keluarkan tersendat begitu saja di tenggorokan. Matanya menatap Biru yang saat ini masih terdiam dengan pandangan datar. Cowok itu mengusap rambutnya, menyambar tas, dan mengangguk begitu saja. Langkahnya bergerak mendekati laki-laki yang baru saja menyuruhnya mendekat. Ayahnya Biru.

"Pulang, Biru." suruh laki-laki itu dengan suara yang sangat tegas dan berwibawa.

"Iya yah."

Arya menoleh pada Langit. Cowok itu tersenyum tipis, berusaha bangkit cepat-cepat, mungkin sengaja ingin merayakan kepergian Biru. Arya mengeraskan rahangnya, bahkan Radit dan Alan yang biasanya tidak bisa serius, kini justru menatap kepergian Biru dengan pandangan tajam, penuh emosi.

"Ru! lo diem gitu aja ketika Langit justru senyum penuh kemenangan?"

Biru menoleh, "Gue udah keluar dari sini, bukan hak gue lagi bikin keributan disini."

"Tapi, Ru.."

"Pulang sekarang, Biru!" Suara tegas itu sekali lagi membuat Biru mengangguk dan segera melangkahkan kaki menuju ke parkiran, meninggalkan teman-teman nya yang kini terdiam.

Venus masih juga tidak bergerak, matanya berkaca-kaca menatap punggung Biru yang mulai menjauh. Ingin rasanya gadis itu menyusul, setidaknya mengucapkan selamat tinggal. Tapi entah kenapa, mulutnya kaku, seolah sedang diplester untuk tidak berbicara sepatah katapun. Ia tau, mungkin setelah ini Biru masih berada di kota yang sama dengannya, tapi entah kenapa hatinya mengatakan bahwa Biru akan pergi sangat jauh.

"Biru," gumam Venus, pelan sekali.

Elena dan Manda mendekati gadis itu. Elena yang baru saja sampai di tempat sedikit bingung. Ia tadi pergi sebentar ke ruang guru untuk mengumpulkan pekerjaan anak satu kelas. Tapi setelah ia kembali, koridor depan ruang OSIS sudah dipenuhi banyak murid. Dan ia dibuat semakin terkejut saat mendapatkan informasi bahwa Venus ditampar Langit dan Biru dikeluarkan dari sekolah. Kok bisa Langit yang nampar tapi Biru yang dikeluarin?

"Kejar dia Ven," Elena mengusap bahunya, meyakinkan Venus untuk menyusul Biru.

Venus menggeleng, "Kita sekarang nggak kenal."

"Berarti barusan dia belain orang yang nggak dia kenal dong?" Amanda kini ikut meyakinkan Venus meski ia masih sedikit kesal dengan Biru.

Benar juga, bukannya Biru sendiri yang bilang bahwa setelah kemarin di kantor polisi, mereka tidak lagi mengenal. Tapi kenapa barusan Biru justru datang dan membela Venus, bahkan membalaskan pukulan pada apa yang telah pipi Venus terima. Jika mau, Biru bisa saja tidak peduli, memilih acuh atau bagaimana terserah dia.

"Biru tunggu!!"

---

"Biru tunggu!!" Biru menoleh, matanya menatap ayahnya sebentar sebelum akhirnya mengamati Venus yang berlari mendekatinya.

"Kenapa?"

Biru menatap kedua mata Venus yang sedang berkaca-kaca. Wajahnya masih datar, seperti enggan menampilkan ekspresi apapun. Gadis yang ada di hadapannya saat ini akhirnya mulai menangis, mengeluarkan air mata yang sejak tadi mati-matian ia tahan.

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang