Ternyata
Sesederhana itu aku ingin
menjadi bahagiamu,
Serumit itu kau memilih
akan bahagia dengannya.-Venus
"Selamat sore, dengan Biru disini, ada yang bisa dibantu?"
Venus terkekeh sebentar, "Biru apa sih? serius."
"Kenapa Ven?"
"Biru lagi ngapain?"
"Barusan pulang dari rumah Venus."
"Biru sibuk?"
"Ini lagi sibuk ngangkat telfon."
Venus spontan memutar bola matanya malas, "Kesibukan lain?"
"Nggak ada, kenapa? kangen?"
"Enak aja!"
"Kalau kangen bilang aja, gue kesana ntar."
Venus merubah posisinya menjadi terlentang, "Jangan gombal, basi."
"Siapa juga yang gombal?" tanya Biru sambil entah melakukan apa di ujung sana, yang jelas ada suara barang dipindahkan.
"Biru?"
"Iya?"
"Venus boleh jujur satu hal?" tanya Venus dengan sedikit hati-hati dan semakin gugup saat diujung sana Biru hanya diam.
"Venus takut kehilangan Biru."
Tutt tuttt
---
"DOR!!!!!"
Venus yang pada saat itu melamun otomatis terkejut saat Manda tiba-tiba berteriak kencang di sebelahnya. Gadis itu bukannya minta maaf atau merasa bersalah justru tertawa terpingkal-pingkal saat melihat ekspresi kaget dari Venus. Di sampingnya, Elena hanya menggelengkan kepala heran dengan tingkah laku gadis satu ini.
"Muka lo jelek banget Ven!"
"Apa sih?! jangan ngagetin! gue bisa kena serangan jantung mendadak kalau kayak gini."
"Eittss, jangan marah dong bunda."
Venus berdecak kesal sekali lagi, "Bunda bunda apaan."
"Lo kenapa sih Ven? PMS ya?" Elena ikut menimpali dengan tawa.
"Lo pikir aja sendiri!"
"Wussss, pagi-pagi di Senin ceria itu harusnya bahagia, kok malah mukanya kusut gini kayak kain pel."
"Alan!!"
Alan menoleh dengan tampang tak berdosanya, "Apa bidadari?"
"Pagi-pagi jangan ngerusak mood!"
"Efek digantung Biru ternyata bahaya juga ya."
Venus menoleh ke arah Radit dengan muka datarnya, "Jangan sok tahu!"
"Itu Biru."
Venus yang mendengar suara Alan spontan menoleh ke arah yang cowok itu tunjuk. Ternyata benar, Biru dengan model seperti biasanya sedang berjalan ke arah mereka berdiri saat ini. Venus diam, ingin melempar senyum tapi takut, ingin biasa saja nyatanya dia tidak bisa biasa saja. Astaga!
"Tumben nggak telat Ru?"
"Ya bagus dong."
"Berasa nonton film ya, cowok nakal bisa berubah saat menemukan tambatan hati." Alan mendramatisir keadaan seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
Teen FictionIni mengenai Biru dengan segala ketidakmungkinannya. Sempat ada rasa tidak percaya terhadap perubahan, apalagi soal hati. Itu dulu, dulu sekali sebelum aku menemukan salah satu dari sekian juta kata dalam kamus kehidupan. Tentang Biru, makhluk Uranu...