(7)

6.3K 573 41
                                    

Dan bodohnya,
Manusia tidak pernah
ada yang tau.
Titik dimana kamu benar-benar menggunakan ekspresi yang serupa dengan isi hati.
Kamu ini, bercanda atau tidak?

-Ur

PAK KUMIS yang baru saja keluar dari salah satu ruangan yang ada disana langsung terfokus kepada Venus. Gadis itu pun sama, langsung menoleh saat dirasanya sepatu berhak milik guru berkumis tebal itu mulai hadir diantara suara detak jam dinding dan kipas angin.

"Eh Venus? ada apa, Nak?"

Venus bangkit saat Pak Kumis mulai mendekat. "Ini Pak, dokumennya Bu Ria. Beliau ada rapat di ruang kepsek, jadi nggak bisa kesini dulu."

Pak Kumis mengangguk paham dan mengambil alih dokumen itu dari tangan Venus.

"Terimakasih, Venus."

"Sama-sama, Pak."

"Biru, kamu boleh keluar sekarang, setidaknya jangan berusaha bikin ulah lagi."

Cowok itu mengangguk seadanya, bersikap seolah ia tidak akan melakukan kesalahan lagi besok-besok. Padahal tidak ada yang bisa menjamin, bahwa detik berikutnya orang itu akan kembali membuat Pak Kumis berteriak marah. Bukan tipikal Biru jika mudah diatur.

"Mau banget disuruh-suruh."

"Bukan disuruh, Biru. Itu namanya nolongin."

"Sama aja,"

Venus menoleh pada cowok di sebelahnya. Membuat Biru ikut menatap sekilas gadis itu sebelum akhirnya mengalihkan pandangan. Ia takut disangka pemberi harapan lagi, padahal niatnya kan nggak gitu!

"Kayaknya lo emang harus potong rambut deh."

"Sekali-kali aja nurutin Pak Kumis kan nggak ada salahnya."

"Iya," Hanya seperti itu jawaban Biru.
Dan Venus pun tidak keberatan.

"Biru Laut!!"

Keduanya menoleh ke asal suara. Disana ada Alan yang sedang melambaikan tangan, bersama Radit dibelakangnya. Cowok itu menyunggingkan senyum pada Biru, yang hanya dibalas dengan tatapan datar andalannya. Alan berlari ke arah Biru dengan senyum konyol, membuat Venus terkekeh pelan.

"Eh ada kakak cantik. Siapa nih namanya?"

Venus tersenyum, "Kenalin gue Venus, temen sekelasnya Arya."

"Gue Alan, cowok paling ganteng dengan sejuta cara untuk mencintai orang. Gue suka minum es jeruk nipis lho, biar nggak sariawan."

Radit melangkah maju ingin berkenalan. Namun gerakannya tertunda saat Biru segera menarik keduanya menjauh dari sana. Kedua orang ini tidak akan menghentikan aksinya jika tidak segera dijauhkan dari makhluk bernama perempuan.

"Kita duluan."

"Eh eh Biru tunggu," Radit menolehkan kepala pada Venus. "Kenalin gue Radit, salam kenal cantik."

"Jangan tarik adek dong bang, sakit nih."

Biru menghempaskan tangan mereka kasar, kadang merasa sejijik itu berteman dengan keduanya, terutama Alan!

"Kasar banget, gimana mau jadi idaman kaum hawa."

"Ru, lo udah mulai terima taruhan dari kita?" tanya Radit membuat Alan baru menyadari tindakan Biru beberapa menit yang lalu.

"Oh iya! kok gue baru ngeh, lo beneran nerima? katanya nggak mau!"

Biru lagi-lagi hanya diam.

"Buset, berasa jadi vlogger, ngomong sendiri sama kamera."

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang