Dari awal dia berpesan,
bahwa hadirnya tidak butuh
disandingkan dengan perasaan.
Sekarang terserah mau
bagaimana kamu menanggapinya.-Ur
GADIS itu berjalan pelan menuju bangkunya. Menarik kursi dan segera duduk tanpa berbicara apapun. Membuat Elena menepuk bahunya sekilas sebelum menanyakan sesuatu. Ada yang ganjal dari Venus kali ini. Membuat Manda pun akhirnya menyadari hal itu juga dan menoleh ke arah Elena.
"Tumben nggak bareng Langit?"
"Dia kakak kelas lo, Elena! jangan dibiasain."
"Terserah terserah," Elena menatap Venus yang menoleh. "Jadi, alasan apa lagi yang bikin cowok itu nggak bisa barengin lo hari ini?"
Venus menunjuk kalender, "Hari ini hari Sabtu, jadwalnya dia bimbel pagi."
Elena mengangguk dan menghela nafas pasrah. Percuma saja menyadarkan Venus, temannya itu sudah terlanjur menyayangi Langit. Seseorang yang bahkan tidak pantas berdampingan dengan gadis sebaik Venus, astaga.
"Man, nanti temenin gue ke kelasnya Kak Langit ya, mau ngembaliin jaketnya."
Manda mengangguk senang, tanda bahwa ia menyetujui permintaan Venus.
Saat bel istirahat berbunyi, Venus dan Manda segera bangkit. Elena menyuruh mereka duluan saja, karena gadis itu ada rapat jurnalistik di ruang aula. Keduanya pun mengangguk, Venus baru akan ada kumpul OSIS nanti pulang sekolah. Sedangkan Manda, gadis itu pun sama, club renang sekolah akan latihan nanti sepulang sekolah di gedung olahraga.
"Itu Kak Langit." Venus menoleh ke arah yang ditunjuk Manda, disana Langit sedang berkutat dengan buku pelajaran yang tebalnya, ah udahlah, nggak perlu dijelasin.
Venus menatap sekeliling untuk memastikan ia tidak menjadi sumber perhatian orang. Kelas Langit sudah sepi, membuat keduanya memutuskan masuk dan menghampiri cowok itu.
"Hai Kak," Venus tersenyum saat Langit menoleh dan tersenyum menyapanya.
"Kenapa?"
"Ini, jaketnya udah selesai aku cuci." Gadis itu menyerahkan jaket milik Langit.
"Oh iya, makasih ya, Ven."
"Lagi belajar apa?" tanya Venus membuat Langit menatap bukunya sekilas. "Biologi, nanti ada kuis."
"Oh ya Ven, besok nggak usah jalan dulu ya, kamu harus belajar. Senin kan ada ujian."
"Kok kakak tau?"
Langit mengacak pelan rambut gadis itu, "Udah tugas aku tau semua tentang kamu."
"Aku bisa belajar malem kok."
"Ven, belajar." ucap Langit tegas membuat Venus mengangguk patuh.
"Cepetan ke kantin, keburu habis."
Venus mengangguk dan pamit untuk pergi dari sana, diikuti Manda. Langit memang berubah menyebalkan jika sudah menyangkut pelajaran. Apalagi kepada Venus yang memang butuh usaha keras untuk mendapat nilai bagus. Cowok itu selalu menyuruhnya belajar, belajar, dan terus belajar. Tapi ada untungnya juga, selama bersama Langit, nilainya tidak pernah lagi berada di garis merah.
Langit hanya ingin yang terbaik untuk Venus.
---
"Kumpul jam berapa, Ven?" tanya Manda yang sudah bersiap pergi dari kelas untuk menuju gedung olahraga.
"Habis ini, gue bareng lo ke depan ya." Manda mengangguk setuju.
Keduanya pun berjalan ke area depan sekolah dan berpisah di persimpangan jalan. Manda ke kiri, dan Venus ke kanan, menuju ruang osis. Di depan ruangan itu ia melihat Langit dan Putra sedang berbincang seperti biasanya. Mengetahui pacar sahabatnya datang, Putra memilih bangkit dan segera masuk ke dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
Teen FictionIni mengenai Biru dengan segala ketidakmungkinannya. Sempat ada rasa tidak percaya terhadap perubahan, apalagi soal hati. Itu dulu, dulu sekali sebelum aku menemukan salah satu dari sekian juta kata dalam kamus kehidupan. Tentang Biru, makhluk Uranu...