LXVII

625 69 0
                                    

Semua itu rumit

Kalau tak ada yang tahu di mana kuncinya

Semua itu rumit seperti pintu

Dimana kuncinya?

Ridho tersungkur meratapi apa yang sudah dia lakukan.

Cinta memang buta, membuat dirinya buta dan tak mampu berpikir jernih. Tapi bagaimana lagi.

Semua sudah terlanjur.

Dia menghirup udara pagi sekitar sekencang- kencangnya.

Diperhatikannya keadaan pagi yang begitu sunyi. Hawa sejuk yang semilir berterbangan bersama kilau embun pagi.

Lagi-lagi, di ufuk timur itu dia lihat matahari yang mulai muncul.

"Kenapa!, kenapa kau muncul dengan seperti itu hey Aruna!, aku tahu kau mengejekku, kemarilah!, akan ku bekukan kau!".

Ridho tak bisa mengendalikan dirinya, dia menembakan tembakan esnya ke arah matahari.

Ingin dia bekukan matahari itu, yang hanya tertawa akan dia yang terjerembab dalam masalah- masalah itu. Tak mungkin dapat, tak mungkin bisa.

"Arrgh!!!", dia mengerang sekencang- kencangnya.

Badai saljunya muncul lagi, tapi kali ini tak sekuat sebelumnya.

"Di mana aku harus memulai ini, di manakah aku harus terus terang mengatakannya".

Dia tak punya arah, dengan brutal, di tembakan peluru- peluru es ke semua penjuru.

Entah mengenai apa, dia tak peduli, dia hanya ingin meluapkan emosinya sekarang.

Semburat cahaya menyala terus bergerak mendekati Ridho.

Dia mengenalnya, walau dilihat dalam badai salju buatannya.

Itu Rizki, dia berjalan dengan pasti, ke arah Ridho dengan tubuh dilindungi api yang menyala, membuatnya tak beku dalam pembekuan waktu Ridho.

"Rizki?, mengapa aku tak ingat kalau dia bisa lolos dari pembekuanku, apa aku sebodoh ini karena hal sepele begini aku pun lupa?".

Rizki mendekat,

"Dho, kamu kenapa?, ada masalahkah?".

Deg.

Sekejap badai esnya berhenti, bejatuhan di atas tanah yang sudah putih dipenuhi salju. Ridho sempat menangkap raut kekesalan dari wajah Rizki, dia tahu kalau Rizki masih kesal dengan masalah itu.

Tapi bagaimana?, bagaimana wajah kekesalan Rizki tambah jadi saat dia harus terus terang atas semuanya?. Pertanyaan yang dilontarkan itu, adalah pertanyaan yang memaksanya untuk terus terang.

Tapi bagaimana?, keterusterangan ini hanya membuat Ridho bingung saja.

"Dho?". Ridho menoleh.

"Kenapa kau begini, seharusnya aku yang seperti ini Dho".

Rizki memperbesar kekuatannya. Api tubuhnya yang menyala itu tambah besar, menjilat- jilat ka arah langit. Semua tempat yang dibekukan Ridho, sekarang mulai mencair, karena terpancar panas dari api Rizki.

Semua mencair, semua jadi normal, waktu berjalan normal.

"Kau tahu apa yang sedang ku rasakan kan Dho?".

Ridho mengangguk kecil, mulutnya belum terbuka sedikitpun untuk berkata.

"Jadi jangan buat aku tambah bingung dengan kelakuanmu ini, jelaskan ada apa!", kata Rizki.

"Apa aku harus menceritakannya?", tanya Ridho.

"Memang kenapa?".

"Aku hanya tak ingin kau marah dengan semua yang akan ku ceritakan".

"Dho, kau tahu aku sekarang kan, kalau kau bicara tentang marah, sekarang pun aku sedang marah Dho", ucap Rizki menjelaskan,

"Kau tahu kan".

"Sudahlah.....", Ridho beranjak pergi tanpa alasan jelas.

Dia masuk ke dalam rumah tanpa sedikitpun menoleh Rizki yang benar-benar tak tahu apapun.

"Kenapa dia?, aneh".

Rizki berdiri mematung, meratapi semua yang sudah terjadi.

"Apa ini ya yang namanya saudara kembar?, yang satu sedih, yang lain ikut sedih, mungkin......".

Sekarang ganti Rizki yang melihat pemandangan pagi hari itu, melihat matahari yang tambah tinggi dari ufuk timur.

Dia menatap pada setangkai tanaman perdu liar yang tumbuh di tanah tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Sekarang aku nggak sendiri, nggak seperti tanaman itu, aku punya saudara yang pastinya bisa ngertiin aku saat ada masalah kaya gini, dan aku yakin pasti ada yang terbaik dengan ini, yang terbaik untuk hubunganku dengan Dede".

Sekejap, api datang membakar tanaman perdu itu, hangus gosong tak tersisa.

Rizki sekarang benar berubah, dia tak seperti dulu saat di Jakarta. Dia yang dulunya emosional, dan sekarang dia bisa mengendalikan emosinya dengan baik bersamaan dengan kekuatan apinya.

Dia tambah hebat dalam menyikapi semua masalah.

Bagaimana dengan Ridho, justru sekarang dia sedang dilanda kebingungan menyelesaikan masalah yang seharusnya cepat dia selesaikan.

Cinta membuatnya buta, membuatnya tuli, dan juga menumpulkan pikirannya.

YE ALHAMDULILLAH, PASNYA HAMPIR SELESAI, JADI BISA UPDATE

YE ALHAMDULILLAH, PASNYA HAMPIR SELESAI, JADI BISA UPDATE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SALAM DIKSI

Twins [Season 2] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang