LXXXVII

521 68 5
                                    

Rencana memang punya wujud terarahkan

Bergerak seperti yang termaktub dalam pikiran

Tapi kadang kenyataan menjalankan

Lebih tak sama dengan yang direncanakan

"Kau nggak pantas buat orang seperti Lesti!!".

Deg.

Rizki berdiri dengan mata terbelalak. Pikirannya sedang dalam kendali ilusi Jay.

Jay yang tadi dibakar Rizki sekarang beralih, meninggalkan Rizki yang berdiri mematung.

Rizki tak menyadari pergerakan Jay, karena dia memang sedang tak sadar dan masuk dalam ilusi.

"Kau.. kau apakan kakakku!!", seru Ridho.

Jay berjalan kearahnya, dan berhenti tepat beberapa langkah di depannya.

"Ilusi, semuanya akan jelas dalam ilusi", jawab Jay terkekeh.

Dia mengacungkan sebuah pedang ke arah Ridho, sepertinya itu adalah pedang yang sama yang menyerang Ridho tadi. Ridho juga mengacungkan pedang esnya.

"Kau ingin menghabisiku, dan aku ingin mempertahankan tubuhku!!", ujar Ridho.

Jay mulai mengayunkan pedangnya, dan

"Wuss!",

Ridho lenyap dari pandangan Jay, pedangnya mengayun tanpa mengenai Ridho.

"K..kau!!", geram Jay.

"Keluarlah!, kalau kau tak ingin jadi pengecut!!", imbuh Jay.

Mendadak sesuatu mengenai leher Jay dan segera membuatnya ambruk, itu kaki Ridho, dia menendangnya dengan kencang. Jay jatuh telungkup, wajahnya mengarah ke tanah.

"Sekarang, siapa yang pengecut hah!!", teriak Ridho.

'Benar kata Rizki, manipulasi lebih bisa mengalahkannya, tapi gimana nih Rizki malah masuk perangkap lagi kaya gitu', batinnya.

Jay bangkit, nafasnya terburu karena mungkin kaget dengan serangan Ridho tadi. Lelaki berumur kepala lima itu menatap Ridho yang berdiri gagah memegang pedang es di tangan kirinya.

Dia diam berpikir, dan terus berpikir, tentang bagaimana mengalahkan anak es itu. Ridho bergerak cepat, tangan kanannya menangkup sebuah gelembung air yang bergejolak.

Kemudian dia membalikan tangkupan tangannya, gelembung itu tidak jatuh, malah sepertinya melekat di tangan Ridho. Ridho mengangkat tangannya tinggi- tinggi, dan gelembung itu memanjang dan kian panjang, seiring tangan Ridho yang tinggi.

dan,

"Pyar!!",

gelembung itu pecah menjadi buih -buih gelembung kecil yang berterbangan memenuhi segala penjuru.

Gelembung- gelembung itu memenuhi sekeliling Ridho dan Jay.

Sepertinya itu sebuah kekuatan manipulasi. Ridho mengayunkan tangan kirinya yang memegang pedang es dan kemudian maju dengan cepat ke arah Jay.

Jay berusaha menghindar, tapi entah kenapa dia mendadak jadi lambat, sepertinya Ridho memang menggunakan manipulasi waktu dalam gelembung itu.

"Kau bisa apa sekarang hah!!", seru Ridho lantang, pedangnya mendarat menyayat lengan kakek tua itu yang seketika mengeluarkan darah dan langsung terbalut es.

Ya, semua yang terkena pedang es itu, meskipun berdarah, pasti seketika akan beku ditutupi es, pedang itu tercipta dari pemfokusan elemen es dan air milik Ridho.

Jay meringis karena sayatan itu kulitnya jadi seperti ditusuk dinginnya es. Dia tak mampu berbuat banyak di dalam manipulasi waktu milik Ridho.

"Kau menyanggah pernyataanku, tapi nyatanya memang benar, kalau kau itu pengecut Jay!!!, sekarang apa yang bisa kau lakukan?!", ucap Ridho.

Dia sekarang cukup puas, karena sudah membalas rasa sakit yang diberikan Jay pada pertarungan sebelumnya.

"Apa ini..., apa yang kau gunakan, hingga aku jadi begini?", kata Jay dengan nada lirih, dia sepertinya linglung karena kecepatannya sudah dimanipulasi.

"Kalau kau milih 'pikiran' untuk dimanipulasi, dan aku pilih 'waktu' untuk ku manipulasi, kau boleh menang dengan bisa ngendaliin pikiranku seperti serangan konyolmu tadi di sini, tapi sekarang, kau ada dalam gelembungku, dan di sini akulah pengendalinya, pikiranmu itu tak ada apa apanya sekarang", Ridho menancapkan pedang esnya lagi tepat di bahu kiri Jay hingga tembus ke belakang tubuh.

Mulut Jay terbuka lebar, darahnya mengalir lagi, tapi kemudian langsung tertutup es, dan dia merasakan perih karena dingin lagi.

Ridho tersenyum puas sambil masih memegang pedangnya yang tertancap,

"Kau tahu?, air sangat mudah dikendalikan oleh pikiran, tapi pikiran tak bisa lari kemanapun dari waktu!!", Ridho memutar pedangnya dengan kencang, membuat Jay tambah kesakitan karena tubuhnya seperti sedang dibor.

Kemudian Ridho mencabut pedang itu dengan kasar, es pada pedang itu menjadi agak kemerahan karena mungkin menyerap cairan darah, dan beberapa tetes darah itu menetes dari ujung pedang membasahi tanah dan tubuh Jay yang berlumur darah.

'Sepertinya dia tak bisa lenyap dan berganti tubuh sekarang, karena dia ada dalam kendaliku'.

Jay hanya menyeringai dan tak bergerak, karena gerakannya kian lambat dan hampir tak punya kecepatan lagi.

"Mau apa kau sekarang?!!, mau mati!!", teriak Ridho penuh amarah,

dia mungkin terbawa emosi hingga lupa bahwa dirinya adalah pengendali ketenangan.

Dia mengangkat pedangnya dan kemudian menancapkannya lagi tepat menembus dada kiri Jay, sepertinya mengenai jantung.

Jay terbelalak, darah menyembur dari mulutnya dan juga dari dadanya, jantungnya bocor, dia sepertinya mati sekarang.

Tapi ternyata dia tak mati, tubuhnya malah berganti jadi orang lain. Dan 'orang lain' itulah yang mati.

'Dan saat manipulasi itu lepas ataupun saat dia mati, maka bentuk aslinya dapat kembali lagi',

Ridho kembali mengingat kata- kata Rizki itu.

Benar saja, saat raga yang dimanipulasi terbunuh, manipulasi itu akan lenyap dari raga, dan raganya kembali seperti bentuk aslinya.

Twins [Season 2] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang