HEY READERS. KANGEN NGGAK NIH AMA AUTHORS?, ATAU CUMA CERITANYA AJA?
Tak ada kata sesal yang selalu sedih
Karena mereka pastinya tertawa
Di atas kebimbangan perih
Yang datang melingkup ismiya lara
"Kau penghianat, kenapa, kenapa kau pisahkan aku dan dia, kau tak punya hati!".
Deg.
"Kau tak punya hati!".
Deg, deg.
'Kenapa?',
"Tak punya hati!".
'Apa aku terlalu kejam tak punya hati sehingga aku berbuat begitu?',
"Tak punya hati, penghianat!".
"Dho kau tak punya hati!".
Ridho terperanjat, duduk dari sebelumnya tidur dengan nafas terburu.
Kata- kata itu terus terngiang membuatnya bangun dari ketidaksadarannya.
"Apa itu?, dan di mana aku?, seingatku aku sedang bertarung dengan Rizki, tunggu di mana Rizki?, apa aku sudah mati?".
Kemudian dilihatnya Putri yang sedang tidur bersandar di samping Ridho. Sepertinya dia kelelahan hingga tertidur sambil menjaga Ridho.
Dan tepat di jendela seseorang berdiri menghadap keluar menghalangi cahaya matahari yang masuk ke dalam. Ridho mengenalinya, dia Rizki kembarannya.
'Jadi aku belum dibunuh dia, apa yang membuatnya tak lagi berubah jadi iblis seperti waktu itu?, Putri, apa dia .....'.
"Ki....", Ridho menyapanya,
walau sebenarnya dia tak yakin melakukannya. Mungkin Rizki masih marah. Tapi apa responnya?.
Rizki memutar badannya pelan, kemudian benar- benar menoleh pada Ridho dengan wajah datar.
"Hmmm, apa?".
"Apa kau.......?", Ridho berusaha mengira- ira, apa kakaknya itu masih marah.
Rizki tak menjawab dengan Ridho yang tak meneruskan perkataannya, dia mendekat tatapannya mulai serius sekarang.
"Apa kau tak menyimpan dendam pada Masmu ini yang hampir memutuskan lehermu?", tanyanya serius.
Ridho menggeleng, dia mulai mengerti arah pembicaraan Rizki.
"Maaf Dho......, aku tahu kau udah lakuin itu, tapi aku malah balas dengan niatan membunuhmu".
"Tak apa Ki, ini juga salahku".
"Ya, aku tahu kau melakukannya, tapi aku tahu kau juga tak ingin melakukannya". "Hah, apa maksudmu?",
Ridho mulai tak mengerti apa yang sedang dikatakan Rizki.
Tapi menurut perkiraannya, Rizki sudah mengerti tentang dirinya yang yang sampai hati merusak hubungannya, mungkin Putri sudah memberitahunya.
"Dho, maaf............".
"Ya, tak apa Ki, aku memaafkanmu, tapi maafkan aku juga ya".
"Tentu......, maaf, karena aku tak memahami posisimu, kalaupun aku ada di posisimu saat itu, mungkin aku akan melakukan hal yang sama, apalagi aku lebih sering gegabah tinimbang kau".
Rizki menyesali,
menyesali apa yang sudah dia lakukan itu.
"Kau pun tak salah di sini Ki, aku juga paham posisimu, kau tak tahu apapun, tapi kau harus masuk dalam semua ini, wajar kalau kau marah Ki".
Mereka saling bermaafan satu sama lain, walaupun mereka dalam keadaan didesak takdir saat melakukannya.
"Ya Dho, aku pun menyesal menyerangmu, aku tak memahamimu dan tak mengerti posisimu, mungkin menurumu kau bikin Lesti sampai kaya gitu karena kau ingin lari untuk mengejar hidup Putri. Tapi aku, aku malah lari begitu saja dari kenyataan hidup seperti ini, apalagi kau adikku Dho, aku tak habis pikir kau lakuin itu, tapi aku juga nggak habis pikir kenapa aku nyerang adikku sendiri Dho. Maaf, maaf ya Dho...".
"Sudah Ki".
"Dho...., kamu sudah bangun?", Putri mengangkat kepalanya, membuka matanya, sambil mengedipkannya beberapa kali.
"Istirahat saja Putri, makasih ya sudah menungguku", saran Ridho.
"Udah, aku udah istirahat dari tadi, gimana keadaanmu Dho?".
"Oh, masih agak cenat cenut di beberapa luka ini", ucapnya sambil menunjuk beberapa luka bakar di lengannya.
Rizki tertunduk malu, mengusap tengkuknya pelan, tak berani melihat Ridho.
"Maaf Dho, aku ini jahat".
"Sudahlah Ki, tak apa".
"Rizki kau....", heran Putri.
"Ya..., aku masih di sini, memang kenapa".
"Bagaimana dengan kalian?" tanya Putri.
"Kami baik-bik saja Put...", ucap Rizki merangkul pundak Ridho sambil tersenyum senang.
"Put, apa kau yang.....", tanya Ridho.
"Yups, akhirnya dia mengerti kan Dho".
"Makasih ya Put, kau pacar yang baik".
Putri mengarahkan tangannya ke depan, menarik pipi Ridho kencang,
"Gombal!".
"Auh", Ridho tersipu dengan pipinya yang merah.
"Awalnya aku pun tak percaya dengan itu Dho, tapi setelah ku pikirkan lagi, mungkin benar perkataan Putri", sambung Rizki,
"Coba ceritakan selengkapnya Dho".
"Gini..., mungkin aku sudah ditipu kakek itu Ki, hingga membuat semuanya jadi rumit begini".
Rizki memukul kasur tempat Ridho tidur dengan kencang,
"Kurang ajar, mau apa kakek itu!", bentaknya.
"Aku nggak tahu, tapi dia sepertinya punya niatan jahat untuk kita".
"Apa kakek itu punya keanehan Dho, seperti Baron gitu?, nggak mungkin dia menyiapkan konspirasi hingga begini", teka Rizki.
"Baron?, benar juga Ki, memang Kakek itu ada yang aneh, dia punya supranatural juga, dia sampai bisa muncul di mimpiku, tapi aku tak tahu pasti apa tujuannya".
"Kesimpulannya Dho, kau sudah masuk dalam perangkapnya, dan sepertinya masih banyak perangkap lain yang menanti kita, kita harus hati-hati, agar kita tak terjebak lagi Dho".
"Ya, entah apa tujuan Kakek itu, kita harus tetap waspada, dia sudah berhasil mempermainkan kita".
"Lalu abis ini kalian mau ngapain?", tanya Putri.
"Ehmm". Mereka setengah berpikir menjawabnya.
"Aku ada usul....,", sambung Ridho.
"Ya, apa?".
"Gimana kalau aku perjuangin cintaku!!", jawab Rizki menyela perkataan Ridho lantang.
Sepertinya dia yakin sekali dengan yang dia katakan.
"Loh...., gimana Ki?".
"Ayo ikut aku ke Jakarta Dho, bantu aku njelasin semua ini ke Lesti, aku ingin dia kembali, bantu aku", jelas Rizki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins [Season 2] [Tamat]
Fantasy"Apiku adalah pelayanku, yang akan selalu patuh dengan setiap perintahku. Kalau Aa' tak ingin dia membakar pacarku, dia tak akan membakarnya. Dia tahu kalau Aa' sayang Dede, dan dia tahu kalo Aa' nggak pengin kehilangan Dede". ... "Put, aku tahu kal...