LXV

652 62 0
                                    

Cinta kan tetap ada

Walau di sana menjulang tinggi kerasnya karang

Walau api terus berkobar membakar

Dan meskipun dunia fana ini juga sirna

Langkahnya gontai, dia memeras otaknya untuk tetap berpikir,

'Apa yang sedang terjadi'.

Hingga membuat wajahnya cemberut tak karuan.

"Ada apa sih?, kok semuanya aneh gini".

Dahinya mengkerut seolah seperti seorang siswa yang sedang memikirkan rumus rumit.

"Hmmmm.. Dede kenapa ya?".

Dia benar- benar tak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia juga tak hentinya berpikir, Apa yang sebenarnya terjadi.

"Dede sampe gitu banget ngomongnya, tapi mungkin dia marah besar. Kok ke aku?, emang aku ngapain dia?", celotehnya.

"Eittsz....., tadi ada kata-kata 'karena wanita lain'?, ya, aku ingat itu, tapi kenapa Dede ngomong kaya gitu?, wanita lain".

Rizki mengacak rambutnya geram.

"Arghhhh..... kenapa ini semua begitu rumit!!, aku tak mengerti apapun, dan aku harus jalani semua ini!".

Dipukulinya tembok di samping tempatnya berdiri.

"Lesti!!!!", Rizki berteriak sekencang-kencangnya.

Meluapkan emosinya yang sedari tadi di tahan.

Dengan tubuh berkobaran api yang menjilat-jilat. Apinya tambah panas, pertanda emosinya yang juga tambah meluap.

Matanya merah, tanda di perutnya hilang. Emosinya berhasil membangkitkan kekuatan apinya. Yang bertambah besar dan hampir sampai pada puncaknya.

"Kenapa waktu ini begitu tak adil!!!!".

Tiba- tiba seseorang menepuk pundaknya. Dia yang tadinya akan berubah menjadi iblis api, mendadak sadar dan melemahkan kekuatannya.

"Ki, kamu kenapa?", tanya Ridho.

Entah kenapa dia bertanya menunjukan seakan dia tak tahu. Padahal sebenarnya dia sudah mengerti semua itu, mungkin dia masih bingung, bagaimana menceritakan semuanya pada Rizki.

"Lesti pergi, nggak tahu apa alasannya", nada bicara Rizki masih meninggi, emosinya masih ada.

"Memang kenapa?", tanya Ridho lagi.

Tak tahu sampai kapan, Ridho akan menutupi semua ini. Dia masih belum terus terang walau sebenarnya hatinya sudah senang.

Senang karena atas kejadian ini, hilang sudah ketakutannya akan kematian Putri. Tapi justru dengan ini, dia punya masalah baru, masalah bagaimana dia harus terus terang.

"Apa kau tak mendengarapa yang ku katakan tadi Dho?!", Rizki mendorong Ridho kencang, Ridho hampir jatuh.

Dia malah tertunduk malu pada Rizki, dia tahu semua itu karena perbuatannya.

"Aku udah bilang!, 'nggak tahu alasannya' Dho, nggak tahu kenapa Dho".

Ridho menepuk pundaknya lagi, dengan terbata dia bicara "Apa kau masih mencintainya?".

Mata Ridho berkaca- kaca, dia benar- benar menyesali perkataan ngawurnya itu. Rizki mendorongnya lagi, sekarang Ridho jatuh tersungkur.

"Pertanyaan retorik!, kau tak perlu nanyain kaya gitu kalau kamu tahu jawabannya!", teriak Rizki kencang.

Dia setengah mengajak Ridho berkelahi, karena saking emosinya dia dengan masalah ini. Ridho berdiri, berusaha menenangkan kakaknya itu.

"Ki, aku tahu kamu sangat mencintainya, kalau memang dia cintamu, dia akan kembali padamu, sabarlah Ki".

Raut wajahnya sedih menyesal, tak disangka karena kata-kata bodohnya itu, bisa merubah keadaan hingga seperti ini. Kebingungannya dengan kematian Putri sudah selesai, tapi justru kebingungan tentang terus terangnya malah menghantuinya seperti itu.

 Kebingungannya dengan kematian Putri sudah selesai, tapi justru kebingungan tentang terus terangnya malah menghantuinya seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twins [Season 2] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang