Seri lanjutan dari cerita sebelumnya yaitu I am (not) an indigo
I hope you like it, and don't forget to tap ⭐ and 💬
Warning! Typo bertebaran
***
"BUMI?!" Pekikan Rain membuat beberapa warga yang mengerubungi korban kecelakaan itu menoleh kearahnya."Adek kenal sama orang ini?"
"Iya, pak. Tolong antar dia ke rumah sakit, saya mohon."
"Adek tenang ya, sebentar lagi ambulance datang."
Rain mengangguk. Dalam hati ingin sekali ia pergi dari sini. Ia tidak nyaman berada disekeliling orang yang memperhatikannya. Jikalau ia tidak mengiyakan dengan makhluk yang benama Bumi itu, mungkin ia tidak akan berada disini.
***
Rain menatap ponselnya, ia sedang berusaha mencari identitas Bumi melalui sosial media. Bumi yang mengikutinya tadi mendadak hilang ketika jasadnya kembali bernafas. Sama saja hal itu dengan arwahnya yang kembali keoada jasad.
"Ah, ketemu!" Gumam Rain yang akhirnya menemukan salah satu akun Bumi di facebook.
Dengan segera ia mengirimkan pesan kepada salah seorang yang pernah berfoto bareng dengan Bumi disertai keadaan Bumi sekarang. Maka dari itu, tugasnya akan selesai.
"Maaf mba, silahkan urus administrasi pasien sebelum anda pulang."
"Hah?" Seorang suster membuat Rain terkejut dan mendecak kesal. Sial, uang jajannya harus terbuang sia-sia lagi.
***
Beberapa bulan kemudian...
Rain memasuki ruang kelasnya seorang diri. Entah mengapa perasaannya tidak enak semenjak pagi tadi. Hal itulah yang membuatnya enggan untuk kemana-mana.
Lantunan hymne sekolah bersiar ke seluruh penjuru sekolah, membuat Rain kembali menutupi telinganya menggunakan headsheat.
Hampir saja Rain memejamkan matanya sebelum kebisingan dari luar membuatnya terbangun dan ikut kepo. Disana beberapa guru ikut berlari menuju jajaran kelas dua belas. Rain menatap aneh ketika melihat sesosok yang dikenalnya.
"Rain, lo mau kemana?!" Cegah Rihan ketika Rain hendak membuka pintu kelas.
"Gue mau lihat."
"Jangan, nanti lo kena!" Kini Fay yang mencegahnya.
"Kena? Emangnya ada apa?"
"Plis deh, Rain. Lo cek grup kelas atau angkatan. Ada yang kesurupan disana, dan lebih baik kita beristigfar serta baca ayat kursi biar gak kena."
Rain menatap teman-teman sekelasnya. Ia menghela nafasnya sebelum berkata, "gue indigo dan bisa melihat apa yang sedang terjadi disana."
***
Rain berlari ketika menyusuri koridor menuju kelas dua belas yang dikabarkan terdapat murid yang kerasukan. Sudah banyak yang memadati kelas tersebut sehingga membuat Rain kesulitan untuk melihatnya. Dengan nekat, Rain naik keatas bangku yang menjadi pembatas koridor dan membulatkan matanya.
"BUMI?!"
Disana ada Bumi yang sedang menangis meraung. Terlihat jika ia seperti sedang emosi namun Rain tak bisa melihatnya dengan jelas karena Bumi sedang merasuki seseorang.
"Rain? Ada apa?" Tanya salah seorang guru. Rain menatap ke guru itu dan beberapa siswa yang memang tengah menatapnya aneh sekarang.
"Sa- saya bisa melihatnya, Bu. Biarkan saya yang masuk dan mengusirnya." Izin Rain.
"Kamu gak apa-apa?"
Rain mengangguk. Lalu sang guru pun menuntunnya dan membawanya masuk kedalam kelas yang kosong itu. Rain bisa merasakan keberadaan Bumi disini.
"Pak, Rain bisa melihat dan dia yang akan mengusirnya." Ucap sang guru kepada pak ustad sekolahnya.
"Tapi kita awasi ya."
Rain mendekati Bumi setelah mengangguk mengiyakan pesan pak ustad. Disana Bumi juga sedang melihatnya.
"Ra...iin..." panggilnya lirih.
"Iya ini aku. Kamu sedang apa disini?" Tanya Rain ketika ia tepat berada dihadapan Bumi.
Seketika Bumi memeluk Rain dan menangis dibahunya. "Aku mencarimu, namun tidak ketemu. Ini sudah hampir seratus kali aku merasuki seseorang agar bertemu denganmu."
"Kenapa kamu menghilang? Aku sekarat sekarang."
Rain menggeleng. "Tempat aku disini, Bumi. Kamu harus kembali, ini bukan tempat kamu."
Bumi melepaskan pelukannya. "Tapi aku mau sama kamu, Rain. Aku suka sama kamu saat kamu menolongku."
"Kembalilah, Bumi. Jika kita berjodoh, kita pasti bertemu."
"Sulit, Rain. Aku tidak bisa." Ujar Bumi dengan nada yang merengek.
Rain menangkup wajah Bumi. "Pintar sekali kamu merasuki seorang pria yang tampan." Gumamnya.
"Kembalilah dan sembuh. Kamu tahukan dimana aku sekarang? Tanyakan kepada temanmu yang pernah mendapatkan pesan dariku. Disitu, aku memberikan alamat rumahku."
Bumi perlahan mengangguk. "Berjanjilah." Ujarnya sambil menyodorkan kelingkingnya dan dibalas oleh Rain.
"Aku pergi dulu. Bye..."
Bumi terlepas dari jasad kakak kelas Rain yang kini langsung melemas. Pak ustad dan bu guru pun langsung membantu Rain yang hampir terjatuh karena menahan berat sang kakak kelas.
"Terima kasih, Rain. Jika boleh tau, kamu mengenali sosok itu?"
Rain mengangguk. "Saya pernah menolongnya dan sekarang dia menyukai saya."
***
Untukmu, Rain.
Maaf aku tidak bisa bertemu denganmu bersama jasadku. Maaf terus mengganggumu dengan arwahku. Maaf selalu merepotkanmu dan menghantuimu. Percayalah, kamu terlalu nyaman sehingga membuatku ketagihan.
Rain, aku yang membangunkanmu saat itu. Mungkin kamu merasa aneh mengapa aku menghantuimu jarang-jarang. Aku sakit, Rain. Bukan karena kecelakaan itu, tapi karena penyakit turunan.
Aku terkena penyakit jantung dan aku bosan sekali dengan bau rumah sakit. Hingga saat aku koma, aku ingin mencari kebahagiaan terlebih dahulu dan itu adalah kamu. Dan kelebihanku saat itu adalah berpisah dengan jasadku sendiri.
Awalnya aku mengira bahwa kita berjodoh. Kau yang membuatku bersemangat menjalani pengobatan. Namun penyakit tetaplah penyakit. Dan sialan tetaplah sialan. Aku kalah dengannya, Rain.
Terima kasih sudah menjadi temanku dan bisa melihatku, Rain. Aku sayang denganmu. Setelah ini, kamu tidak bisa melihatku lagi. Kamu tidaklah Indigo, kamu hanya memiliki keistimewaan. Jangan takut, aku akan selalu melindungimu.
Percayalah...
Maaf tak bisa berpisah denganmu secara elit. Aku sayang kamu.
Dari Bumi, yang siap menerma Rain kapan saja.-
***Tamat***
Tunggu cerjta dari ONESHOOT lainnya ya!
Mau request? Just comment!
Thank you..
Selamat menjalankan puasa bagi yang menjalankan!
-swadebas