"Rio-"
"Gak apa-apa, Fy... Aku udah bilang ke orangtua aku dan mereka pengen banget ketemu kamu. Mereka gak akan ngusir kamu atau ngelakuin hal -hal negatif yang ada dipikiran kamu."
"Lagipula sekalipun iya, aku pasti akan lindungi kalian."
Perlahan, tatapan cemas Alify meredup. Ia kembali menyenderkan tubuhnya pada jok mobil setelah duduk dengan tegak.
Hari ini, mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah Rio. Di jok belakang ada Rasya yang sedang asyik dengan mainannya sendiri, sementara sang Ibu terkena perasaan cemas tak beralasan.
Tangan Rio menggenggam sebelah tangan Ify. "Tenang ya.."
Ify mengangguk lemas. Apalagi saat mobil Rio mulai berbelok dan parkir kedalam garasi.
Rasya menatap rumah mewah nan megah itu dari kaca. "Waah, rumah siapa ini, Yah? Besar sekali!"
Rio tertawa. "Ini rumah Oma sama Opa. Kita masuk, yuk."
Rasya menatapnya berbinar. "Rasya punya Oma sama Opa?! Yeayy!"
"Tuh, Rasya aja seneng banget. Yuk kita turun." Bisik Rio pada Ify dengan tangan yang membantu membuka seatbeltnya.
Rio turun lebih dulu, disusul dengan Ify dan terakhir Rasya karena dibukakan pintunya. Ditangannya ada mainan yang sedari tadi ia mainkan.
Rio berjalan kearah pintu masuk yang tertutup itu. Menekan bel yang ada disampingnya sebelum mengucapkan salam.
"Ya, sebentar.." interupsi dari dalam.
Ify mengeratkan pegangannya pada tangan Rasya ketika mendengar suara yang sudah lama tak ia dengar. Suara Mama Rio, yang sering memujinya kala mereka berpacaran dulu.
Pintu terbuka, menampakan sosok Mama Rio pakai celemek. "Wah? Sudah datang nak?"
Rio menyalami tangan Mamanya yang basah, mungkin habis cuci tangan. "Iya, Ma."
"Ini, Rio bawa Ify sama Rasya."
Atensi Mama Rio berpindah pada sosok disamping anaknya. Lalu tersenyum haru ketika melihat Ify yang jauh lebih dewasa dengan berhijab.
"Ya ampunn! Ify!! Mama kangen banget, nak." Ujar Mama Rio yang langsung berhambur ke pelukannya.
"Kamh kemana aja? Kenapa gak bilang ke Mama waktu itu? Pasti kamu banyak kesulitan ya?"
Ify terisak didalam pelukan itu. Namun masih sempat menggeleng untuk merespon. "Alhamdulillah, Ify selalu dilindungi Allah, Ma. Selalu ada yang membantu disetiap Ify kesusahan."
Mama Rio melepaskan pelukannya. Lalu mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Ify. "Udah, jangan nangis. Maafin anak Mama ya, nak."
Ify mengangguk-anggukan kepalanya.
Kini atensi Mama Rio berpaling pada sosok kecil disamping Ify. "Ini cucu Oma?"
Rasya mengangguk antusias. Lalu menjulurkan tangannya. "Rasya mau dipeluk juga!"
Mama Rio tertawa, lalu mengangkat Rasya untuk digendongnya. "Aduhh, cucu Oma berat sekali."
"Ayo masuk, kalian nanti buka puasa disini ya?"
***
Kini, Rio, Ify, Mama dan Papa Rio tengah berkumpul di ruang keluarga. Rasya tengah bermain sendiri diatas karpet depan mereka. Mereka memang berniat untuk membicarakan tentang hubungan Rio dan Ify. Karena bagaimana pun juga mereka harus memutuskan untuk kembali bersama atau tetap terpisah.
"Jadi, gimana kalian kedepannya?" Papa Rio bertanya lebih dulu.
"Rio mau menikahi Ify secepatnya, Pah. Karena Rio sangat ingin tanggung jawab dan menebus semua waktu yang pernah Ify lalui dengan susah." Jawab Rio mantap.