Raify adalah salah satu dari gadis cantik yang bisa dibilang tidak beruntung dalam memperjuangkan cintanya. Masa percintaan Ify harus berhenti ditengah jalan kala sang Ayah mengatakan bahwa ia harus menikah dengan Fahrio, seorang pengusaha yang sombong dan tak Ify kenali sebelumnya.
Itu semua karena uang. Ayah Ify menjualnya untuk setumpuk uang yang dijanjikan. Mata duitan memang, tapi segalanya harus menggunakan uang.
Ify menatap jendela hotel yang malam ini akan menjadi saksi bisu malam pertamanya dan Rio. Satu jam yang lalu mereka baru selesai mengadakan resepsi kecil-kecilan di ballroom hotel dan kini ia harus menerima malam pertamanya.
"Pakai ini." Ucap Rio yang baru saja masuk kamar dan langsung melemparkan kemeja putih yang Ify yakini milik Rio.
Ify memandang Rio penuh tanya.
"Gak perlu banyak tanya. Pakai itu saja, koper kamu isinya lingerie semua. Itu pasti ulah Mama saya." Ucap Rio menjawab pertanyaan yang ada di benak Ify.
Ify hanya bisa mengangguk lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Rio berjalan kearah balkon kamar hotelnya untuk merokok sejenak. Ia adalah seorang perokok aktif semenjak tiga tahun yang lalu. Orangtuanya tidak ada yang melarangnya karena mereka mengerti bahwa merokok adalah salah satu cara Rio untuk menghilangkan stressnya.
Bau rokok itu masuk kedalam indra penciuman Ify yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ify terbatuk sesaat membuat Rio menoleh dan menatapnya.
"Sudah selesai? Tidurlah, kamu harus istirahat. Saya mau merokok dulu."
Ify lagi-lagi hanya dapat menuruti ucapan Rio. Ia perlahan berjalan menuju pintu pembatas antara balkon dan kamarnya.
"Pintunya... boleh ditutup?" Tanyanya gugup.
Rio mengangguk tanpa mengalihkan wajahnya. Ify dengan segera menutup pintu balkon. Lalu ia berjalan menuju kasur yang berada ditengah kamar.
Hati Ify sedikit tenang melihat Rio bukanlah pria mesum mengingat kini Rio malah menyuruhnya tidur. Tandanya ia akan melewati malam pertamanya ini dengan biasa saja.
Rio memasuki kamarnya setelah ia menghabiskan satu batang rokok selama di balkon tadi. Ia mendekat kearah kasurnya yang sudah ditempati oleh seorang gadis yang kini menjadi istrinya. Rio tertawa kecil melihat sebuah note yang disimpan diatas bantalnya.
Jangan lupa sikat gigi terlebih dahulu. Selain merusak paru-paru, rokok juga dapat merusak gigi. -Wify
"Wify? Nama dia bukannya Raify?" Tanya Rio kepada dirinya sendiri yang terlihat kebingungan.
"Namanya sudah ganti?"
***
Ify menatap rumah yang ada dihadapannya. Kata Rio, ini adalah rumahnya yang sudah Rio beli sebelum menikah. Rumahnya cukup minimalis dengan dua lantai serta terdapat balkon yang menghadap langsung ke arah taman belakang.
"Ayo sayang, kita masuk." Ucap Mama Rio yang kini sudah siap sambil menuntunnya untuk memasuki rumah. Ify hanya bisa menurut saja apa yang dikatakan oleh Mama Rio ini.
Mereka mulai memasuki rumah dan berkeliling melihat ruangan demi ruangan yang ada. Hingga akhirnya mereka sampai di kamar utama yang menjadi kamar mereka berdua.
"Kamarnya luas. Kamu suka?" Tanya Mama Rio dan tentunya Ify angguki.
Mama Rio tersenyum lalu mengajak Ify untuk duduk ditepi ranjang. "Rio kemana?"
"Mungkin lagi merokok, Ma." Jawab Ify dengan suara kecil.
Terlihat Mama Rio menghela nafasnya, lalu menatap Ify serius.