Dermaga

7.1K 564 15
                                    

Pernah sekali aku terbuai akan cinta.
Indahnya yang begitu mempesona, membuai ku begitu eloknya. Tak pernah merasa kecewa, tapi sekali aku kecewa... Aku dijatuhkan begitu dalamnya.

Semuanya memudar...

Layaknya untaian senja diatas sana, yang perlahan hilang dan entah kapan kembali datang. Rasa kepastian begitu mencekik hingga aku tak mampu bersuara. Deburan ombak begitu menyejukkan telinga, dan aku menikmati nya dalam keheningan.

Pikiran ku melayang, membayangkan sebuah hubungan yang membuatku berdegup kencang. Namun pada akhirnya, aku di tinggalkan karena ketidakpastian.

Akan lebih baiknya... Cinta harus dilewati dengan suka dan duka. Namun aku begitu terbuai akan menawan nya rasa cinta, hingga lupa bahwa tak ada yang abadi di dunia. Begitu pun sebuah rasa yang kerap kali memudar tatkala rasa sayang semakin melambung tinggi, dan akhirnya terhempas tak bersisa.

Mengenaskan.

Rumit.

Tapi aku tak pernah menyerah perihal cinta. Meski terkadang terlalu penat hanya untuk bangun lagi dan bangkit lagi dari rasa sakit yang menjalar memenuhi arloji sepanjang hidup ini.

Meski begitu... Selama nafas masih berhembus... Angin masih bertiup... Deburan ombak masih terdengar, dan senja masih menghiasi angkasa...
Aku takkan pernah menyerah.

Aku tak ingin menyerah hanya karena pengalaman masa lalu yang membuat ku kecewa.

Hidupku masih panjang, dan aku masih bisa menemukan kebahagiaan di setiap sudut dunia. Salah satunya, menikmati Senja di tepi pantai.
Itu adalah kebahagiaan sederhana yang kini cukup meneduhkan hati ku yang gundah.

Seperti biasa, di sore hari setiap pukul jam 17:00, langkah kaki ku terhenti saat menemukan kayu panjang tempat ku duduk untuk menikmati sang Senja di Dermaga. Dulu di Singapur, aku selalu melakukan hal yang sama. Namun ku rasa, pemandangan di Indonesia lebih indah daripada di Singapura.
Aku tersenyum tenang, menutup mata sejenak, menikmati semilir angin yang menerpa wajahku begitu sejuknya. Kemudian saat ku buka mata ku untuk menyaksikan senja yang sebentar lagi tiba...
Kisah ku di mulai.

Di ujung dermaga, atensi ku teralihkan saat menemukan sosok gadis dengan gaun merah merentangkan kedua tangan nya. Ia membelakangiku, dan menatap sang mentari yang telah berwarna jingga. Awalnya aku curiga dan merasa aneh, kenapa ia merentangkan tangan seperti itu? Apakah ia hendak terjun ke dalam laut dan bunuh diri? Oh tidak tidak! Aku harusnya tak berpikir negatif bukan?

Dan saat gadis dengan surai hitam panjang itu mulai memutar badannya, pikiran negatif ku sirna, dan sia-sia. Gadis itu kini menari di bawah langit jingga, merentangkan tangan begitu lentur seolah ia tengah punya sayap dan siap terbang menyusul mentari yang akan tenggelam.

Aku melihat gadis itu tersenyum, kelopak mata nya tertutup, dan lewat tariannya, ia seolah menyuarakan segala gundah, resah, dan seluruh emosi di sana. Seolah tengah menahan beban berat di bahu kecil nya. Ia terlihat kelelahan, namun ia sepertinya tak ingin menghentikan tarian nya.

Wanita hebat, ia tangguh, dan begitu kuat. Mentalnya pasti sudah terlatih untuk terbiasa menahan beban hidup.

Kau pasti bertanya, kenapa aku tau? Karena aku pun punya keahlian di bidang seni tari, dan kau tak perlu terkejut jika aku bisa langsung menebak jika wanita yang sedang menari di ujung Dermaga itu kini tengah merindukan seseorang yang telah meninggalkan nya. Karena lewat tariannya, ia tengah bercerita akan kesedihan nya.
Kicau burung seolah jadi musiknya, deburan ombak seakan jadi ketukan gerakan nya, dan senja yang tenggelam telah menjadi penutup nya.

Aku terdiam menatap pemandangan yang baru pertama kali ku saksikan ini. Sungguh menarik, dan aku tak berniat memalingkan wajah.

Untuk yang pertama kali nya, aku mengabaikan Senja untuk menatap hal yang tak biasa. Hingga saat sinar jingga itu tak lagi terlihat, aku mengerjapkan manikku tiga kali dan seketika...

Sosok itu menoleh pada ku.

Dengan kibasan angin yang membuat rambut panjang nya berkibar. Dan tatapan sayu nya yang membuat ku membeku. Dan hal terakhir yang membuat ku terbisu adalah...

Ia tersenyum padaku .


Manis sekali.

Hingga perlahan ia menghilang. Seolah tertelan ikut bersama Mentari yang tenggelam dibalik bukit tinggi di ufuk barat.

Aku takkan pernah melupakan parasnya.
Begitu anggun.
Dengan hiasan bunga di kepalanya semerah apel, dengan rambutnya yang menjuntai indah.

Sangat cantik.

Dan aku berdegub karna tatapannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Story ini diceritakan dari Taeyong side.

—Publish on 28Feb 2019—


©ayuuohh, 2019

SENJA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang