Hear

1.6K 338 15
                                    

Aku benar-benar merasa lega saat ia sudah mulai tenang saat berada dipelukanku. Dan ia melepas pelukanku. Mengucap kan kata terimakasih, hingga akhirnya memilih kembali bercerita.

"Kakak ku dan aku sama-sama mencintai musik dan dance. Kami memiliki impian untuk bisa menjadi Bintang diatas panggung satu saat nanti, tapi ia benar-benar meninggalkan itu semua dan memilih menjadi pecundang seumur hidupnya. Bagaimana bisa ia bunuh diri hanya karna saat mendengar fakta bahwa kekasihnya memilih memutuskannya setelah tau ia mengalami penyakit mematikan, aku benar-benar marah padanya." Nada Lalisa terdengar tajam, ada amarah sekaligus kesedihan disana, dan aku memilih menepuk punggung nya pelan, menguatkan.

"Kekasihnya memutuskannya? Pasti ia juga punya alasan," ucapku mencoba meluruskan keadaan tapi Lisa malah menatapku tajam.

"Alasan? Alasan untuk meninggalkan kakakku lebih tepatnya. Ia selingkuh dengan pria lain, dan memutus kan kakakku setelah tau penyakitnya. Seharusnya saat tau penyakit kakakku ia harus berada disampinya, menguatkan, bukan semakin membunuhnya. Aku benar-benar benci jalang seperti dia!"

"Sssttt, jangan seperti itu Lalisa. Nanti jika kakakmu mendengarnya ia akan marah padamu karna mengatai pacarnya— em lebih tepatnya mantannya, kau pikir bagaimana perasaanya? " tanyaku mencoba mengontrol emosi gadis ini.

Aku benar-benar menemukan hal baru dalam diri seorang Lalisa. Ia benar-benar seorang gadis baik yang peduli dan sangat ramah. Tapi saat ia marah, kecewa atau emosi. Benar-benar 180° yang jika boleh jujur itu sangat menyeramkan, dan aku hanya berusaha mengontrol nya saat ini. Agar ia tidak meledak, dan memilih mendorong ku ke hamparan laut didepan kami.

Lisa membuang nafasnya kasar, mencoba mengatur emosinya. Dan sepertinya aku berhasil mengontrol emosinya.

"Maafkan aku," ucapnya lembut dan enggan menatapku, sepertinya ia malu karna kelepasan emosi seperti tadi.

"Tak apa, kalau kau mau, kau boleh menamparku tadi karna ucapanku," ucapku mencoba menghibur nya dan akhirnya ia tersenyum menatapku.

Benar-benar permata yang indah.

"Jadi, inti dari semuanya adalah... Kakakmu bunuh diri karna pacarnya selingkuh dan memutuskannya setelah tau ia memiliki sebuah penyakit mematikan dan menyerahkan hidupnya dengan memilih terjun ke hamparan laut itu. Dan kau memiliki dendam pada mantan kekasih kakakmu? " ucapku menyimpulkan dan ia mengangguk, tersenyum padaku.

"Kau pengamat yang baik," pujinya padaku dan aku hanya terkekeh disana.

"Kalian berdua suka musik dan dance? " ucapku memastikan

"Mhm... Kami sering menari di sini
Jika kau dari dulu sering mengunjungi dermaga ini. Kau pasti tau sosok kakakku seperti apa," ucapnya padaku dan aku mengangguk paham.

"Aku memang penghuni baru di daerah sekitar sini. Aku baru pindah beberapa bulan lalu."

"Pantas saja... Kau pindahan dari mana?"

"Singapore."

"With your parents or?"

"I'm alone. "

"Oke."

Kami berdua terdiam beberapa saat, hingga aku pun memilih menyuarakan rasa penasaranku pada gadis dihadapanku ini.

"Mm jika boleh bertanya. Apa kau sudah memiliki kekasih La? " tanyaku, membuat ia menatap ku dengan sebelah alis terangkat keatas. Apa aku salah bertanya?

"Memang nya kenapa? " tanya nya dengan tersenyum.

"Hm.. I-itu, aku cuma penasaran." Terkutuklah mulutku yang terbata karena gugup, takut jika Lisa memikirkan yang tidak-tidak.

"Untuk saat ini belum....," jawabnya.

Dan entah kenapa jawabannya membuat ku ingin berteriak senang saat itu.

"Kalau kau? Sudah mempunyai gadis? " tanya nya padaku

"Sama sepertimu, untuk saat ini belum." Dan jawabanku membuatnya terkekeh.

"Mungkin kita ditakdirkan bertemu untuk mengisi kekosongan satu sama lain."

Tunggu sebentar...

Aku salah dengar kah?

Mengisi kekosongan satu sama lain katanya?!

Kenapa degup jantung ku berdetak keras!?

Ada apa ini?!

"Maaf jika kalimat ku membuat mu tak nyaman," ucap Lisa yg melihat ku terdiam dengan kalimat sebelum nya.

Aku langsung menggeleng.

"Tidak, aku hanya berfikir apakah aku tidak salah dengar tadi," ucapku membuat nya lagi lagi tersenyum. Aku menggaruk tengkuk ku. Hingga aku meyakinkan diriku sendiri.

Dan aku menggenggam tangannya lembut. Ia menoleh, bingung.

"Karena sudah terlanjur membahas ini... Apa kau mau menjalani sisa hidup bersamaku? " ucapanku membuat nya terkejut.

"Aku tau ini terlalu cepat. Tapi semenjak melihatmu di dermaga ini untuk yang pertama kali. Aku tak bisa berhenti memikirkan mu. Itu gila bukan? " ucapku padanya.

"Taeyong.... "

"Aku hanya merasa peduli padamu. Melebihi peduli pada diriku sendiri. Mungkin rasa peduli itu membuatku terjebak dan jatuh pada pesona mu. "

Lisa hanya terus menatap ku, dan ia terdiam.

"Tapi jika kau tak ingin, tak apa. Aku akan terus berada disampingmu, meski sekedar mendengar keluhan mu. Menjadi teman pun aku tak keberatan, " ucapku tersenyum tulus dan perlahan melepas genggaman jemariku padanya.

Tapi...

Ia menahan jemari ku, dan kini dirinya yg menggenggam jemariku.

Aku terkejut.

"Aku mau. "

Satu jawaban darinya dan semua nya jelas. Dan bahkan mimpi yang pernah berada di alam tidurku... menjadi kenyataan, saat dengan gerakan tubuh ia mengizinkan ku untuk menciumnya.

Dan senja di dermaga hari itu
Menjadi saksi perjalanan kisah kami, dimulai dari sini.

Kisah sesungguhnya dimulai dari sini guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kisah sesungguhnya dimulai dari sini guys.

—Publish On 27August 2019—

©ayuuohh, 2019

SENJA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang