Lets talk

1.8K 344 11
                                    

Semenjak insiden pengenalan itu... Sejujurnya kami semakin dekat satu sama lain. Dimulai dari kami saling bertukar nomor telepon, saling mengabari satu sama lain. Dan bertukar pesan di malam maupun pagi hari.

Meskipun masih terasa kikuk, tetap saja, aku menikmatinya.

Semuanya tak harus instan, akan ada proses yang membuat setiap jalurnya semakin menarik. Dan aku menikmati proses itu. Tapi sampai saat ini, ia belum bisa menceritakan masalahnya padaku.

Saat ditanya, ia hanya bisa tersenyum. Mungkin belum saatnya, karna kami pun bahkan belum genap satu minggu berkenalan. Jadi kubiarkan ia memendamnya dahulu, sebelum ia bicara banyak padaku.

Entah kenapa, aku begitu peduli pada gadis ini, dan hal yang mengganggu nya membuatku serasa gila karna trus memikirkan nya. Hanya memikirkannya.

Kau kira masalah ku tak ada ? Hingga repot-repot mengurusi masalah orang lain? Tidak.

Masalah ku pun begitu banyak.

Masalah kantor, pekerjaan, hidup sendirian di apartemen, mengurus kelangsungan hidupku, mengurus masalah bawahanku dikantor. Semuanya begitu rumit.

Tapi kurasa, gadis itu memikul beban di pundaknya begitu berat dan tak kasat mata. Terlihat dari guratan senyumnya yang terlihat begitu redup. Seolah ada satu hal yang membuatnya enggan bersinar.

Aku hanya peduli.

Dan karna aku yang ingin peduli ini membuat ku melangkah sejauh ini demi gadis itu.

Hingga saat sebuah pesan masuk di handphone ku membuat aku melupakan semua pekerjaan yang tengah aku kerjakan saat ini. Dan memilih menemui sang gadis yang begitu aku pedulikan.

📩From LaLalice
"Aku di dermaga."

Tak biasanya Lisa berada di dermaga jam 4 sore seperti ini. Biasanya ia akan datang tepat jam 17:00 sore.

Mungkin ada suatu hal yang penting ingin ia katakan... adi disinilah aku sekarang. Duduk disampingnya yang tak kunjung menyuarakan apa yang ingin ia katakan.

"La, you ok? " tanyaku padanya dan ia tersenyum tanpa menoleh padaku. Tatapannya hanya fokus pada hamparan laut di depan kami.

"Mungkin aku tak bisa bilang bahwa aku baik-baik saja."

"Aku pernah mengatakan padamu bukan? Jika ingin berbagi, bagilah denganku," ucapku padanya dan ia menoleh menatapku, ia tersenyum. Hatiku menciut, lewat pancaran maniknya jelas saja ada kepedihan yang tergambar disana, tapi ia tetap saja tersenyum mencoba menyembunyikannya dengan mahir.

"Oleh karna itu aku menginginkanmu kemari."

"Aku mendengarkan," ucapku padanya dan tatapannya kembali sendu, kemudian satu kalimat darinya membuat ku membeku.

"Lelaki yang ku cintai bunuh diri disini."

"Lelaki?"

Entah perasaan dari mana, hatiku tiba-tiba sakit saat ia mengatakan lelaki yang ia cintai mati di dermaga ini. Bukan karna rasa iba, tapi sedikit rasa cemburu, ini memang bukan waktu yang tepat, tapi entah kenapa aku tak bisa menyembunyikan rasa 'sedikit' sakit itu.

"Umm lelaki. My brother," ucapnya menatapku, dan aku mengangguk mengerti. Aku takut pada hal yang sia-sia... Ini benar-benar memalukan. Tapi jujur ada rasa lega didalam hatiku.

"Kenapa?"

Ia terdiam sejenak, dan menatap lurus pada burung-burung yang mulai beterbangan di sore ini. Dan ia mulai bercerita... Menceritakan semuanya.

"Kakak ku itu adalah salah satu lelaki yang paling rapuh di dunia. Hanya saja ia terlihat kuat didepan semua orang, terutama padaku. Padahal aku sangat tau segala hal tentangnya, apa yang ia suka dan apa yang tidak ia suka. Hal yang ku sesali adalah, aku terlalu percaya padanya bahwa suatu saat ia akan menjadi lelaki yang kuat tapi sampai kematiannya ia tetaplah lelaki paling lemah di dunia. Ia menyerahkan hidupnya sebelum saatnya tiba."

Ia berbicara dengan nada sedih, tapi ada pancaran kebencian di manik mata gadis itu, aku benar-benar mahir membaca nya. Dan aku juga mengerti, ia tak butuh komentar ku saat ini. Ia hanya butuh telinga ku untuk mendengarkan segala perasaanya. Semuanya, yang telah ia pendam sejak lama.

"Saat ia memilih terjun ke lautan itu, dan mengakhiri hidupnya disana... Aku benar-benar kehilangan kesadaranku, aku memilih menyelamatkan nya tanpa memikirkan bahwa aku tak bisa berenang. Aku mencoba menggapai jemarinya, tapi aku gagal. Ia sudah terlalu jauh untukku gapai, dan karna sudah cukup lama kehilangan oksigen, aku pun kehilangan kesadaranku. Tapi saat aku terbangun, aku berada dirumah sakit, dan mencoba berharap aku bisa melihat kakakku terbaring disampingku tertidur dan selamat. Tapi sayang sekali, kain putih menutupi seluruh tubuhnya disana."

Suaranya mulai bergetar, hatiku benar-benar sakit melihat gadis itu seperti ini. Benar-benar menyayat hatiku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, selain hanya bisa mendengarkan... Karna itu yang ia inginkan.

"Ia sempat mengatakan padaku... Apapun keputusannya, aku harus tetap mendukungnya. Tapi apakah sekarang aku harus mendukungnya, disaat ia mengambil jalan seperti ini. Aku benar-benar merasa gila jika memikirkannya."

Dan kini aku yang semakin gila karna melihatnya meneteskan airmata didepanku. Jadi aku reflek menarik lengannya, dan lantas memeluknya. Mengusap lembut kepalanya.

Hatiku benar-benar sakit.

Tapi seketika hatiku benar-benar begitu damai.

Saat ia...

Membalas pelukanku.

—Publish On 17June 2019—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Publish On 17June 2019—

©ayuuohh, 2019.

SENJA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang