Tapak demi setapak langkah telah ku arungi,
Bersama debu,angin, dan hujan yang menemani.
Menemukanmu seperti berjalan dalam gelap, sulit dan rumit yang hinggap.Kusandarkan tubuhku pada sejengkal lantunan suara merdu angin, yang menembus batas hati hingga merasuk dalam sukma.
Memanggil beribu kata rindu lalu mengepungku dalam sunyinya malam.
Gemerlap bintang memancarkan cahaya yang berkesinambungan, mencoba menyinari setiap insan yang butuh perhatian.Aku berdiri diantara jurang dan tebing,
Berada pada titik dimana segala ke gusaran hati membayangi.
Berada pada gundah antara bertahan atau meninggalkan.Aku terkekang semesta,
Terpenjara pada dinginnya sikapmu,
Terkungkung pada kakunya parasmu,
Terbelenggu pada acuhnya tatapmu.Biarlah sisa-sisa harapku berkelana mencari makna,
Menyampaikan segala untaian doa yang pernah terucap.
Menunjukkan kepada semesta jika yang tersaikitipun, mampu untuk bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEORI MELUPAKAN
PoetryLalu, apakah ada yang lebih indah dari aksara ketika suara sudah tak mampu lagi berkata-kata?