Malam berhias gemerlap lampu kota,
Menerangi berbagai sudut kehidupan.
Aku berjalan pada arah yang tak bertujuan, bagaikan harapan yang tak bertuan.Celotehan suara dari jalanan itu,
menambah hingar bingar keramaian kota.
Sedangkan aku?
Tetap saja merasa sepi, disaat berbagai kesenangan seharusnya dapat kutemui.Aku terpaku pada secuil cerita,
dari kisah kita yang telah lama usai.
Aku duduk termenung sendirian,
Dihujan sorot lampu jalan yang terlihat kian menguning,
walau nyatanya ia tak berubah sedikitpun.Suasana malam ini terasa hampa.
Aku duduk diantara bangku-bangku taman yang mulai sepi.
Dan aku tetap sendiri.
Dalam benakku, sempat ingin ku mengulang masa-masa indah bersamamu.
Namun aku tersadar itu hanya semu.Malam semakin larut,
Aku mulai beranjak melangkah pergi.
Meninggalkan sejuta kenangan yang pernah terjadi.
Kini aku merasa sepi,
Terasing,
Tenggelam,
Dalam gelap keramaian kota.
Dan,
Tanpamu disisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEORI MELUPAKAN
PoetryLalu, apakah ada yang lebih indah dari aksara ketika suara sudah tak mampu lagi berkata-kata?