Aku memupuk asa pada senja sore itu,
Memandang indahnya langit menguning bersamamu
Mengharap langit dapat bersahabat dengan keadaan.Kala itu,
aku dan kau duduk bersimpuh dihamparan pasir pantai dan deburan ombak.
Kita saling menatap pada surya di ujung barat sembari menikmati hembusan angin yang menerpa tubuh, aku merasa sangat teduh.Kau,
Menceritakan segala bahagia padaku,
senyum simpul dari bibirmu mengembang,
Kau mendekap aku penuh kasih, hangat dan nyaman.
Kau merayuku, menarik tanganku untuk bermain diantara gulungan air ditepian pantai.
Kau tertawa berlarian dan aku mengejarmu.Kini,
Hariku sepi tiada berarti.
Tiada cerita bahagia darimu lagi, yang ada hanya kesah yang tak bertuah.
Senyum indahmu tak lagi pernah kau suguhkan padaku.
Aku kini hanya bisa menyusuri pantai seorang diri,
Mengingat segala kenangan yang pernah kita ukir bersama.
Dihadapan sang mentari aku duduk merengkuh lutut sembari memikirkan memori yang terlintas pada ingatanku. Tentangmu yang selalu memberikan kehangatan diantara hembusan angin.
Senjaku tiada arti sekarang,
Tanpamu yang dulu selalu menemani.Namun,
Aku tidak akan pernah menyesali yang pernah terjadi.
Yang pasti, aku pernah menjadi yang selalu dihati,
Pernah menjadi tempatmu bercerita,
Pernah menjadi bahagiamu,
Disaksikan, senja sore itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEORI MELUPAKAN
PoetryLalu, apakah ada yang lebih indah dari aksara ketika suara sudah tak mampu lagi berkata-kata?