Ada yang kangen pasusa?
💪💪💪
Bel istirahat berbunyi mengundang sorak girang seluruh murid. Satu-persatu anak mulai meninggalkan kelas yang hanya menyisakan beberapa makhluk hemat biaya makan.
Ada 3 jenis makhluk hemat biaya makan. Yang pertama, mereka yang membawa bekal. Kedua, mereka yang malas pergi keluar kelas atau sedang menghemat. Dan ketiga, yang paling ngenes mereka yang tidak memiliki uang a.k.a boke.
Tapi berbeda dengan kelas 11 Ips 2 yang amat sangat special untuk hari ini. Mereka memiliki tradisi tersendiri saat istirahat pertama setiap akhir bulan, yaitu makan bersama. Kalau sudah begini mereka mengesampingkan sikap subhanallah yang sering membuat guru-guru mengelus dada.
Mereka bergotong-royong membersihkan dan merapihkan kelas, menyingkirkan meja-meja sehingga ruang tengah kelas mereka menjadi kosong. Aqella mengambil tikar miliknya yang sengaja ia simpan di kelas didalam laci meja guru.
"Woi! Minggir mau gelar tiker nih." Mereka pun menyingkir mempersilahkan Aqella untuk menggelar tikar.
Dengan semangat mereka mencari posisi strategis. "Woi minggir! Minggir gua disini!"
"Napa sih Damar ribet banget!" Seru Bonang kesal karena ia hampir saja terjungkal.
Damar dengan cengirannya meraup wajah Bonang dengan tangannya. Bonang makin misuh-misuh kesal.
"Gam, bawa apaan lu?" Tanya Asgar mencuri-curi pandang kearah plastik yang Agam bawa. Agam segera membuka bungkusan plastiknya lalu memperlihatkan kepada Asgar.
"Pete cuy." Bisik Agam dengan alis naik turun.
"Mantap anjeng!" Asgar tertawa bahagia dengan menepuk-nepuk punggung Agam.
"Enak tuh kerupuk!" Teriak Hafid melirik kerupuk yang sedang dipegang Maura, Maura yang memiliki tingkat peka yang tinggi segera melempar bungkusan kerupuknya kearah Hafid.
Mereka semua makan dengan khidmat dan seru. Tawa dan lelucon selalu dilontarkan Agam dan Anggara, dua sejoli semati. Tapi sayang, mereka semua akan tampak baik dan akur seperti ini hanya diwaktu tertentu.
"Makan yang bener, mau nyisain buat besok?" Damar menyingkirkan sebutir nasi di sudut bibir Devi dengan hati-hati. Devi yang diperlakukan seperti itu terdiam memandangi Damar, sementara Risa dan Ira yang melihat kejadian itu hanya mesem-mesem sendiri.
"Sweettt," Bisik Ira yang dengan cepat diangguki oleh Risa.
Disisi lain,
"Rak!" Agam menepuk pundak Raka, ketika Raka menengok kearah Agam dengan kilat Agam membuka mulut lalu mendekat kearah wajah Raka. "HAHHH!"
"Bangsat!" Seru Raka menjauhi Agam. Sementara yang lain tertawa ngakak.
"Semerbaknya harum petai. Hahahaha!"
🏫🏫🏫
Matahari tepat membumbung tinggi di langit dengan terik yang menyilaukan mata. Nadira melamun di bawah pohon dengan seragam paskibra khas sekolahnya.
Karena terlalu serius dengan kegiatan melamunya, Nadira tidak menyadari kehadiran orang lain disampingnya.
"Nad," tepukan dipundaknya menyadarkan Nadira. Dengan cepat ia menoleh kearah dimana sang pelaku penepuk pundaknya berada.
"Ozi, kenapa?" Tanya Nadira tanpa memandang teman satu paskibranya itu.
Lelaki yang bernama Ozi itu menggelengkan kepalanya lalu membuka penutup botol dan meminumnya. Aktifitas itu mengundang Nadira untuk mencuri-curi pandang kearah lelaki tersebut.
Nadira menghembuskan nafas panjang membuat Ozi menoleh kepadanya. "Kenapa?" Tanya Ozi yang mendapat gelengan kepala Nadira.
"Nih buat lo." Ozi menyodorkan sebotol air mineral yang masih tersegel rapat. Dengan heran Nadira menerimanya kemudian mengucapkan kata terimakasih.
"Yuk latihan lagi." Ajak Ozi sambil mengulurkan tangannya.
Nadira hanya memandangi uluran tangan Ozi, "Bukan mahromnya." Kemudian berlalu begitu saja tanpa berniat membalas uluran tangan tersebut membuat si empunya tangan merasa kikuk sendiri.
Bukannya merasa tersinggung Ozi merasa begitu terkesan, sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman.
Disekolahnya ekstrakulikuler paskibra termasuk eskul populer yang cukup di pertimbangkan karena selalu menyumbang piala untuk sekolah setiap kali mengikuti lomba.
Walau SMA Global tidak seluas sekolah yang ada di kotanya, tetapi mampu menjadi SMA favorite karena berpredikat terakreditasi A dan prestasi-prestasi dalam bidang akademik maupun non-akademik.
Walau dibanjiri keringat dan wajahnya yang memerah karena panas matahari, Nadira tidak mengeluh dan merasa risih dengan jilbabnya. Nadira menyeka keringat yang ada di dahinya dengan punggung tangan.
"Kembarankuuu!" Teriak Nadif lalu memeluknya tanpa merasa risih dengan keringat-keringat adik kembarnya itu, mengundang tatapan-tatapan dari orang disekitarnya.
Nadif menyodorkan sebotol minum yang segera diterima oleh Nadira. "Nih minum dulu dah. Gila panas banget gini masih aja sih latihan rajin banget lu. Jadi lebih item dari gua kan!"
Nadira tertawa mendengar kecerewetan saudara kembarnya. Walau mereka berdua kembar, tetapi sifat dan perilakunya jauh berbeda.
Nadira memiliki sifat pendiam, murah senyum, rajin beribadah dan belajar, serta sopan. Sangat jauh berbeda dengan Nadif si cowok populer super tampan, ceplas ceplos, urakan, tukang bolos.
Orang yang mendapati fakta bahwa mereka berdua adalah saudara kembar akan terkejut, like oh my god, yang bener aja. Gitu deh..
Tetapi mereka berdua saling melengkapi dengan perbandingan sifat yang sangat, sangat, sangat jauh berbeda.
Nadif yang sibuk berbicara panjang lebar segera berhenti begitu seorang lelaki anggota paskibra melewati mereka berdua. Sementara Nadira hanya terfokus pada botol minum yang diberikan kembarannya.
"Yang itu, Nad?" Tanya Nadif membuat Nadira mengerutkan keningnya.
"Hah?" Nadif langsung memandangi saudara kembarnya yang menurutnya kelewat polos itu. Nadif berdecak.
"Yang itu tuh." Nadif mengarahkan kepala Nadira kearah lelaki yang melewati mereka barusan yang ternyata itu adalah Ozi.
"Dia cowok yang sering buat lu ngelamun kan? Yang sering buat lu deg degan? Cowok yang lu suka?"
Nadira membelalakan matanya, dari mana saudara kembarnya itu tau?
Nadif tersenyum, "ketinggalan jaman banget si lu ah, malu-maluin gua. Sorry, gua baca buku diary lo."
Lantas Nadif mendapatkan bogem mentah dari Nadira membuat Nadif teriak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASUSA
Teen FictionClass without rules *** Mereka bukan kumpulan manusia berbakat. Biasa. Tak lebih. Mereka bukan kumpulan manusia yang selalu menghangatkan suasana. Kadang dingin dan menyebalkan. Mereka hanya kumpulan manusia yang bersedia dengan sukarela untuk salin...