Tragedi piket kelas

32 7 1
                                    

Guru seni budaya memijat keningnya karena merasa pusing, sebut saja Bu Palas. Pasusa merupakan kelas yang tidak pernah sepi, selalu ribut. Diamnya kelas ini hanya berlangsung kurang dari 5 menit, selebihnya ribut kembali.

Banyak guru yang selalu mengeluh-eluhkan kelas ini. Setiap guru yang sudah kembali dari aktivitas mengajar dikelas ini selalu dengan wajah masam dan langsung protes ke wali kelas tentang perilaku mereka.

Jika kita mensurvei bagaimana pendapat untuk kelas 11 IPS 2 pasti tidak jauh dari kata kelas berisik, kelas pasif, ngga solid, kelas para penyamun berandal, kelas tidak tau aturan. Tapi para penghuni kelas ini tutup kuping, mereka tidak peduli.

Seperti saat ini, kelas sangat ramai di detik-detik jam terakhir. Bu Palas mendengus kesal. "Hei, bisa diam tidak?!" Teriak Bu Palas dengan menggebrak meja membuat semuanya terdiam.

"Saya ini mau memberi pengumuman. Kalian kenapa sih mulutnya itu nggak bisa diem? Ngomong terus, tong kosong nyaring bunyinya!"

"Kentut Anggara juga nyaring bu." Celetuk Agam.

Bu Palas melirik Agam datar, "nggak lucu."

"Siapa juga yang ngelawak caur." Gumam Agam pelan.

Bu Palas terdiam melirik seluruh murid kelas lalu melanjutkan perkataannya. "Jadi sebelum kenaikan kelas kita akan mengadakan pensi. Setiap kelas wajib menampilkan satu penampilan." Jelas Bu Palas dengan menekan kata wajib.

Semua murid saling melirik teman-temannya satu sama lain.

Bonang mengangkat tangannya tinggi, "bu kira-kira tanggal berapa?"

"Udah ih, banyak tanya! Gua mau berak ini, udah di ujung," Maura duduk dengan gelisah.

"Tiga minggu dari sekarang setelah ulangan kenaikan kelas." Ucap Bu Palas.

"Iya bu iya, udah bu ayok pulang,"

"Buru-buru mau kemana sih!" Maura berdecak kesal. Ketika Maura akan membalas, bel pulang berbunyi nyaring.

"ALHAMDULILLAH!" Ujar Maura lantang dan langsung berlari terbirit-birit menuju toilet membuat riuh tawa.

Bu Palas geleng-geleng kepala dengan wajah kesal, "Assalamuallaikum." Salam Bu Palas dengan ketus.

"Waalaikumsallam." Ucap penghuni pasusa dengan serempak dan bahagia.

"Woi piket jangan lupa!!" Teriak Allifa sambil memakai tasnya.

"Iya Allifa manis." Anggara mengedipkan sebelah matanya membuat Allifa melirik sinis.

Devi menahan Bonang yang ingin keluar kelas. "Heh piket lu!"

Bonang mendelik kesal, "Udah kale tadi pagi. Awas ah mau balik."

***

Hari jumat, dimana sekolah mengadakan kultum sebelum masuk ke kelas. Semua murid sudah duduk manis berkumpul di lapangan.

Barisan diatur sesuai kelas, laki-laki berada didepan dan perempuan dibelakangnya. Setelah 30 menit mereka mendengarkan kultum, mereka pun dibubarkan. Namun,

"Untuk kelas 11 IPS 2 di mohon untuk tidak meninggalkan lapangan." Ujar Pak Heri lantang menggunakan mic membuat semua murid melirik ke arah anggota pasusa.

"Naon deui atulah." Damar berdecak kesal, pasalnya kelas mereka selalu ada saja masalahnya.

"Ayo kalian baris!" Seru Pak Heri masih menggunakan mic. "Ini lah contoh yang tidak benar. Kenapa mereka dibariskan disini? Karena kelas ini tidak disiplin, kelasnya luar biasa kotor! Padahal sudah selalu diberi tahu kelas tidak boleh kotor."

PASUSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang