🎼Meh sambat kaleh sinten
Nyen sampun mekaten
Merana urip ku
Aku welasno kangmas
Aku mesakno aku
Aku nangis, nganti metu eluh getih
PutihSayang
Opo kowe krungu, jerite atiku
Mengharap engkau kembali
Sayang
Nganti memutih rambut ku
Ra bakal luntur tresno kuDitengah-tengah ketegangan kejadian poster yang menimpa pasusa, Agam menyetel lagu dangdut dan bergoyang sendirian di depan pojok kelas.
"OOOOO AAAA OOOO EEEE!" Teriaknya sambil berjoget hiperbola. Aby yang baru masuk ke kelaspun langsung bergabung bersama Agam. Kemudian disusul Ikaf, Anggara, dan Hafid.
Allifa yang duduk tidak jauh dari mereka sudah tertawa geli kemudian heboh sendiri melihat Ikaf, "ih ya allah! Ikaf resleting!!" Teriak Allifa sambil menutupi matanya.
Ikaf yang diteriaki begitu panik langsung melihat resleting celananya. "Tapi boong!" Lanjut Allifa tertawa puas mengerjai Ikaf.
Ikaf mendelik kesal, "dasar gelembung balon."
Risa yang sedari tadi memperhatikan tertawa kemudian mendengus, "so asik lo!" Celetuk Risa sewot memandang Allifa, teringat tragedi uji coba kekebalan lantai yang dilakukan oleh Allifa hingga Risa nyusruk.
Sementara dipojok kelas Damar merenung, merenungkan semua masalah yang terjadi dikelasnya, merenungkan betapa ia tidak becus sebagai ketua kelas. Damar merasa gagal. "Hahhhh!" Damar mengacak rambutnya frustasi.
Aqella yang duduk tidak jauh dari Damar langsung mendatangi ketua kelasnya itu.
"Mar!" Merasa dipanggil Damar menengok kearah Aqella dengan heran. Aqella duduk disamping Damar, ingin mengatakan sesuatu tapi ragu.
"Mau ngomong apa?" Tanya Damar seakan mengerti gelagat Aqella.
Melirik sekilas ke arah Damar lalu teriak, "woi Indri sini lu!!" Indri yang diteriaki berlari kecil ke arah Aqella dan Damar.
"Kenapa? Kenapa?" Tanya Indri dengan pembawaannya yang ceria. Aqella seperti memberi kode sambil melirik Damar. Mengerti, Indri langsung memusatkan pandangan pada Damar.
"Gini loh, Mar. Gua sama Aqella mencurigai kelas sebelah." Ucap Indri dengan tangan membentuk tanda kutip.
"Maksudnya?"
"Elah gini loh maksudnya, gua sama Indri curiga kalau kelas sebelah yang bikin banner. Soalnya ya, waktu itu gua sama Indri ke kamar mandi terus mereka ngata-ngatain kita kelas debil! Yang gua siram air segayung, Mar. Inget nggak lu?!" Ujar Aqella menggebu-gebu. Damar terdiam, teringat peristiwa yang belum lama terjadi hingga membuat heboh koridor IPS.
Damar mengangguk-anggukan kepala, "bisa jadi sih, tapi kita nggak boleh asal nuduh juga."
Aqella dan Indri terdiam membetulkan perkataan Damar dalam hati.
***
Maura sibuk memandangi handphonenya dengan suara pekikan tertahan. "Ya Allah jodohku!"
"WOY ELAH NAPA GANTENG BANGET ANJIR KAGA NGERTI LAGI GUE HUEEEE!" Kini Maura histeris ditempatnya. Indri melongokan kepalanya untuk cari tahu apa yang Maura lihat.
"BERISIK!" Celetuk Miranda sambil menutup kupinya lalu berlalu pergi meninggalkan para wanita haus belaian oppa koriyah.
Sementara Indri kini ikut histeris melihat apa yang Maura lihat. "YA ALLAH ITU SUPIR GUE KO ADA DISITU?!" Maura mendelik tidak suka lalu memukul tangan Indri jengkel. "Apa-apaan enak aja lu Chanyeol gua dibilang supir!"
Arsyad yang melihat dua wanita penggila oppa pun menggelengkan kepala. Kini Arsyad melongokan kepalanya diantara Indri dan Maura.
"Cakepan juga gue." Ucap Arsyad sambil ikut menonton. Maura dan Indri menengok lalu mendelik.
Indri menoyor kepala Arsyad, "ngarep lo bambank!"
Damar tiba-tiba berdiri didepan kelas ditengah-tengah Allifa dan Nadira. "WOI DENGERIN YA!" Seru Damar kencang. Sontak warga kelas langsung menghentikan aktifitas mereka masing-masing.
"Udah kesepakatan kelas kita mau drama di pensi nanti. Nah Nadira udah bikin naskah dialognya gengs." Damar menarik nafas panjang lalu melanjutkan. "Kita tau kelas kita lagi dalam keadaan nggak baik-baik aja, tapi kita kesampingkan masalah itu dulu. Selain kita harus fokus buat UKK, kita juga harus fokus buat drama. Gua mohon kerjasamanya, kita harus buktiin kalau kelas kita bisa berprestasi. Urusan siapa yang nempel spanduk, nanti kita cari tau sama-sama."
Kelas langsung hening. Tiba-tiba Raka menggebrak meja,
"Bener! Kita harus tutup bacot bacot diluar sana!" Teriakan Raka disambut heboh yang lainnya.
"HOOO HORAS! HORAS! HORAS! BAH PINTAR KALI KAU!!" Heboh Agam sambil gendang-gendang meja.
"STTT!"
"Kita mau drama apa?" Tanya Kinan sambil mengeluarkan kaca kecil dari dalam tasnya.
Perhatian satu kelas tertuju pada Nadira.
Nadira berdehem sebelum berbicara. "Jadi kita mau ambil tema yang lucu yang kekinian tapi ada unsur kebudayaan negara kita juga." Nadira mengedarkan pandangan pada teman-temannya, "judulnya Kabayanku 2018."
"MANTAP!!"
"Jadi tuh ceritanya tentang kabayan tapi ada unsur dilan-dilannya?" Tanya Agam. Nadira langsung mengangguk-anggukan kepalanya."Biar nggak boring banget ceritanya." Timpal Nadira. Yang lain berseru heboh menyambut ide Nadira. "Kalian setuju? Atau mau ganti cerita? Soalnya kan ini gue bikin tanpa minta usul dari kalian, ya gue lagi iseng gitu. Kalau mau ganti nggak apa ko."
"No.. no! Udha itu ja." Ucap Abi dengan pelafalan seperti biasa.
Ikaf menoyor kepala Abi sambil tertawa, "ngomong naon sih kagak jelas lu malih!" Yang lain juga ikut tertawa.
Nadira langsung membagikan peran-peran untuk drama nanti. Begitu Nadira menyebut Agam sebagai pemeran utama alias kabayan, satu kelas heboh. Apalagi pemeran Iteung adalah Aqella.
"Hah kagak cocok bat buruk rupa sama neng geulis!"
"Bah!! Kebanting banget ini Kabayannya hideng, dekil, kucel, kumel, burikan begini woy!"
"Alah udah lah si Agam jadi belut sawah aja."
"Geus lah jadi bebegig weh sia Gam!"
Sementara yang di ledek nggak peduli, dia malah asik joget-joget di samping mejanya.
***
Udah lama ga muncul ke daratan, don porget tu lyke, komen, & subscribe
KAMU SEDANG MEMBACA
PASUSA
Teen FictionClass without rules *** Mereka bukan kumpulan manusia berbakat. Biasa. Tak lebih. Mereka bukan kumpulan manusia yang selalu menghangatkan suasana. Kadang dingin dan menyebalkan. Mereka hanya kumpulan manusia yang bersedia dengan sukarela untuk salin...