Who ?

29 10 1
                                    

AFA

Hari minggu ini aku bosan sekali, yang biasanya keluar bareng sahabat sekarang hanya diam dirumah.
Aku membuat teh untuk menemani mingguku. "Haiiiiii"sapa seseorang. aku mengenali suara itu, Kak fero.
"Kak ferooo"kataku. aku langsung menghambur kepelukannya. dia adalah kakak tertua ku setelah kak felli, Alfero Ganindra Pranadja.
"mama sama papa mana dek ?"tanya kak fero.
"lagi keluar kak, beli bahan makanan"jelasku.
"kakak kapan berangkat indonesia? kok gak ngabarin sih?"tanyaku.
"kemaren pagi dek, sengaja gak ngasih tau"jawabnya.
"kamu sendirian dong disini, jalan-jalan yuk" ajaknya.
"yuk"jawabku dengan wajah gembira.
"eh, emang nya kakak hapal jalanan disini?"tanyaku heran.
"kan kakak udah lama di Amerika"sambungku.
"hapal dong"jawabnya percaya diri.

Aku langsung bergegas ke kamar untuk mengganti bajuku.
"oh iya, mama sama papa"gumamku. aku langsung meraih hpku untu menelfon mereka.
"halo ma, assalamualaikum"kataku saat mama telah menjawab telfonku.
"waalaikumsalam dek"jawab mama.
"ma, kak fero udah pulang. aku jalan-jalan ya sama kak fero"pintaku.
"iya, hati-hati ya dek"kata mama.
"ok ma, assalamualaikum"kataku saat mengakhiri telfon.
"waalaikumsalam"jawab mama.

'kok mama biasa aja sih pas aku bakalan jalan bareng kak fero?, jangan-jangan udah tau kali ya'

aku berjalan menuruni tangga untuk menemui kak fero. "ayo kak"ajakku dengan antusias.
"oke"jawabnya. kami berjalan menuju garasi untuk mengambil mobil.
"kak kita ke toko buku yuk?"ajakku saat berada didalam mobil.
"pasti mau beli novel"tebaknya.
"that's right"kataku.
"oh god. kamu tu lama dek, kalau udah ke toko buku milih nya gak ingat waktu."katanya.
"sekali-kali bang. banyak novel keluaran baru nih"kataku sedikit memelas.
Ia menatapku dengan tatapan kesal.
"iya deh"jawabnya pasrah.
Aku tersenyum puas mendengar jawabannya.

*****

aku dan bang fero berjalan memasuki gedung mall setelah memarkirkan mobil.
semua mata pengunjung mall itu menatap iri padaku, ya.. karna bang fero tengah merangkul pundakku sekarang.
"bang kok mereka liatin kita kayak gitu?"tanyaku bingung.
"iri kali liat kamu jalan sama cogan"katanya.
"idih pd banget"kataku.
Dia hanya tertawa mendengar perkataanku.

'sebenarnya bang fero itu emang ganteng sih. Tinggi 185cm, badannya tegap, kulit putih bersih, hidungnya mancung dan rambut blonde yang menghiasi kepalanya. wajar menurutku jika semua cewek ingin berada disampingnya'

saat berjalan ketoko buku disana, aku melihat sosok yang tak asing dimataku. kak mozart. aku merunduk saat ia menatap ke arahku, dan tatapannya juga tak lepas dari bang fero.

"kak mozart"sapaku saat aku berada dekat dihadapannya.
"iya"jawabnya.
"siapa?"tanya bang fero yang berdiri dibelakangku.
"kakak kelas aku"jawabku.
"oooh"katanya.
"yaudah pilih bukunya sana"kata bang fero dengan tangannya yang merangkul pundakku.

MOZART

'Siapa dia? Pacar?'
"Mozart, ayo cepat"kata seseorang dari belakang.
"Iya"jawaabku malas.
Aku langsung menuju kasir untuk mebayar buku-buku ku.
"Sayang, kamu mau makan apa?"tanya perempuan cantik disampingku ini.
"Apa aja mi"jawabku.
Dia mamiku, dia cantik dan terlihat masih muda. Umurnya saja baru 35 tahun.
"Kamu pas ditoko buku tadi liatin siapa ?"tanya mami.
"Gak liatin siapa-siapa"kataku datar.
"Yaudah, habis makan kita ke butik ya. Mami mau beli gaun" kata mami.

Aku hanya mendengus kesal.
Kenapa harus aku yang terus di ajaknya untuk kesana kemari hanya sekedar menemaninya membeli baju, perhiasan dan sesuatu yang berbau perempuan.

Aku menatap layar hp ku.
Aku mulai menggerakan jari-jari untuk mengetik sesuatu.

"Fan, afa punya pacar?"tanyaku pada fanny lewat WA.
"Nggak kayak nya"jawabnya.
"Kenapa?, kamu suka sama afa yaa?"tuduhnya.
"Gak"balasku.
"Udah ngaku aja, bakal aku bantu kok"katanya.
"Ngaku apaan?"tanyaku.
"Kalau kamu suka sama afa"balasnya.
"Aku bisa bantuin kamu kok"lanjutnya.
"Emang kamu bisa apa?"tanyaku.
"Bisa buat kamu jadian sama dia"balasnya.
Aku hanya membacanya saja tanpa membalasnya.

"Tanpa bantuan juga aku bakalan bisa dapetin dia"gumamku. Aku menyunggingkan senyum di ujung bibirku.








-TBC-

MOZART Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang