Selfish

462 93 8
                                    

Happy Reading

.

.

Bertemu denganmu hanya suatu impian bagiku. Tak ada lagi harapan impian itu akan menjadi kenyataan. Menatap wajahmu hanya dari sehelai kanvas sudah merupakan suatu kebahagiaan bagiku. Setidaknya ini satu-satunya bukti bahwa aku pernah bertemu denganmu. Setidaknya ini menjadi kenangan yang dapat ku simpan untuk selamanya. Di akhir keputusasaanku aku berdoa. Jika impian ini menjadi kenyataan aku berjanji akan memberikan seluruh hidupku hanya untuknya.

.

Bas berjalan dengan terburu-buru. Ia merasa yakin kalau ada orang yang mengikutinya saat ini. Tapi setiap ia membalikkan wajahnya, tak ada siapapun dibelakangnya. Hari semakin larut dan ia yakin jika ia harus pulang sekarang, maka ia harus menunggu bus terlebih dahulu untuk menuju kediamannya. Bas pikir itu bukan ide yang bagus karena ia ingin segera pulang dan tak mau berlama-lama berada di situasi seperti ini.

Tuhan memang baik. Disaat seperti ini ia memberikan jalan agar Bas merasa aman. Bas ingat di area ini ada kafe tempat dulu ia bekerja. Semoga saja ia bisa bertemu dengan P'Tee disana dan memohon bantuan padanya.

.

"Ya Tuhan. Bas apa benar ini kau?" Teriak Tee histeris.

Wajar saja Tee seperti itu. Sudah satu tahun lamanya Bas tak pernah datang dan bernyanyi di kafenya. Bahkan Bas tak memberikan kabar sedikitpun padanya.

"Kau benar-benar jahat Bas. Mengapa tak pernah mengabariku."

"Maaf P'Tee. Ada masalah dikampus dan masalah-masalah lainnya jadi aku pikir aku butuh waktu sendiri."

"Baiklah kalau itu memang alasannya. Aku tak bisa berkata apapun."

"Maafkan aku tidak bisa membantumu Bas." Ucap Tee.

"Tidak apa-apa P'. Sekarang aku baik-baik saja."

"Syukurlah."

Mereka akhirnya berbincang begitu antusias. Lama tak bertemu membuat keduanya menceritakan banyak hal. Bahkan sepertinya satu haripun tak cukup bagi mereka untuk melepas rindu.

"APA?!" Teriak Tee.

"Jadi sekarang kamu sudah punya kekasih?"

Bas mengangguk mengiyakan.

"Siapa dia?"

"Dia seniorku dikampus."

Tee mengintrogasi Bas mengenai kekasihnya tersebut. Tee merasa ia harus mengetahui semuanya agar dia tenang membiarkan Bas yang sudah ia anggap adiknya sendiri untuk berpacaran dengan Joss. Lama perbincangan mereka. Bas kemudian teringat maksud dirinya datang ke kafe ini.

"P' sebenarnya aku datang kemari ingin meminta bantuan padamu."

"Ada masalah apa Bas? Apa kau butuh uang?"

"Tidak P'. Bukan itu maksudku."

"Sebenarnya sore hari ini aku berniat mencari udara segar di taman dekat sini."

"Lalu?" Tanya Tee.

"Tapi aku merasa aneh P'. Aku merasa ada yang menguntiti ku."

"Bahkan aku merasakannya sampai saat ini."

Because of MunichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang