The Second

328 69 12
                                    


Happy Reading

.

.

Pernahkah kalian merasa bahwa hidup ini begitu sepi dan membosankan. Apa yang bisa dilakukan seseorang yang tak mempunyai siapapun dalam hidupnya untuk berbagi tentang perasaannya. Ia hanya merasa nyaman sendiri dan berpikir jalan terbaik baginya adalah sendiri. Tapi semua itu berubah. Sekarang ia ingin mengungkapkan segalanya.

Segalanya pada lelaki cantik bernama Bas ini...

"P' aku mau pulang." ucap Bas takut.

"Bisakah kamu tetap disini Bas?"

"Maaf P'God."

Bas berlari keluar dari apartemen God. Ia berjanji pada dirinya bahwa ia akan melupakan memori bersama P'God. Karena semua itu adalah salah.

"Sial." ucap God saat terdengar pintu tertutup.

Sementara Bas berjalan tak tau tujuan diluar gedung karena ia masih shok dengan apa yang baru saja P'God katakan, ditambah dengan ingatannya kembali akan kamar milik P'God yang dipenuhi oleh gambar dirinya. Tentu saja itu membuat perasaan aneh dalam dirinya.

.

Bas akhirnya tiba di kediamannya.

Ceklek

"Bu. Aku pulang."

Bas langsung menghampiri ibunya dan memeluknya erat.

"Kenapa nak?"

"Tidak apa-apa bu. Aku hanya sedikit bingung."

Ibu Bas melepas pelukan itu dan menatap Bas bertanya-tanya. Bas tak ingin mengatakannya dengan jelas. Akhirnya ia memutuskan bertanya pada ibunya.

"Bu. Bagaimana ibu bisa tau kalau ibu mencintai ayah?"

Ibu Bas terkikik geli. Anaknya ini benar-benar polos. Bagaimana bisa bertanya hal seperti itu.

"Hmm. Mungkin karena ibu selalu merasa nyaman bersama ayahmu dan selalu merindukannya." jawab Ibu Bas dengan tak yakin sebenarnya.

"Ah. Ibu tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata Bas." tambahnya sambil tersipu malu.

Bas mendengar jawaban ibu nya seperti langsung cepat-cepat diserap dalam otaknya.

"Baiklah Bu. Terimakasih." ucap Bas kemudian pergi ke kamarnya dengan diakhiri kecupan di pipi yang ia berikan pada ibu nya tersayang.

Sementara dikamar Bas ia sudah berbaring diatas kasur empuknya. Ia memikirkan apa yang baru saja ibunya katakan. Kalau dipikir, semua yang ibunya katakan benar-benar tak sesuai dengan apa yang terjadi pada hubungannya dengan P'Joss.

Sedari awal Bas menjalin hubungan dengan P'Joss itu karena ia merasa nyaman dengannya, namun dirinya tidak sampai selalu merindukannya. Jujur saja Bas menyukainya hanya karena P'Joss sering membantunya. Apakah ini dinamakan cinta?

Drttt...

Getaran ponsel memecah lamunan Bas yang sibuk memikirkan ucapan ibunya tadi.

"Halo." suara diseberang sana.

"Halo P'."

"Apa kamu baik-baik saja Bas?"

Bas hanya menjawab ya pada Joss yang rupanya tengah menelponnya.

"Maafkan P' soal kemarin malam."

Joss masih merasa Bas marah dan menghindar padanya karena tiba-tiba mencium Bas malam itu.

Because of MunichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang